Cerita ini bermula saat aku & istriku tercinta baru saja menyatakan janji sehidup semati didepan Bapak Penghulu.
Semua orang dengan khidmat menghadiri proses pernikahan antara dua insan yang dimabuk asmara.
Aku hanyalah pria normal yang memiliki kekurangan, sedangkan istriku
itu wanita yang berbalut kemewahan dan keindahan duniawi. Kami berdua
sudah sah sebagai pasutri dan siap menjalani bahtera rumah tangga.
Aku terlahir dari keluarga biasa saja, gajiku tak seberapa besar dan pangkatku cuma itu-itu saja.
Sedangkan istriku adalah anak saudagar kaya raya, tetapi dia menganggur
karena menurut tradisi keluarganya setiap anak wanita tidak berhak
mencari nafkah dan wajib dinafkahi.
Istriku sebenarnya bukan termasuk anak yang manja, walaupun terlahir dari golongan milyuner kelas wahid.
Tetapi kepolosan dan sopan santunnya itu yang membuat orangtuanya memutuskan untuk mencarikannya calon suami.
Ndilalah, calon suami yang tepat untuknya adalah aku... Kok aku sich ?
Emang nggak ada yang lain ?
Kan, masih banyak anak orang kaya yang mau menafkahi dia dan siap membawakannya mahkota bersulam emas permata.
Tetapi, keluarganya bekomitmen bahwa Pria yang pantas menjadi menantu
dikeluarga itu hanyalah pria yang mau serius bekerja tanpa mengekor
kesuksesan orantuanya.
Dan dialah aku, anak orang biasa yang bekerja siang malam mengais rejeki ditengah majunya peradaban dan teknologi.
Sore itu aku dan istriku bersanding dikursi pelaminan, semua tamu hadir dari berbagai penjuru kota.
Aku sendiri hanya anak desa, aku tidak punya banyak saudara dan keluarga karena aku terlahir dari keluarga sederhana.
Begitu disuguhi kemewahan seperti ini, aku bingung... Mau diapakan semua pemberian orang ini ?
Dalam balutan busana pengantin, aku dan istriku duduk dengan kondisi pikiran yang tidak menentu.
Sebab, inilah pertamakali aku duduk disamping wanita yang diperlihatkan
kepada semua orang. Padahal duduk berdua menurutku dianggap tidak sopan
karena melanggar norma adat.
Tetapi, kalau sudah menikah begini... Rasanya rasa canggung dan malu masih melekat dalam psikologisku.
Waktu berlalu dengan cepat, beberapa jam setelah resepsi... Aku dan
istriku harus melepas pakaian pengantin karena besok harus dipakai
pengantin yang lain.
Malam semakin larut, Jam dinding menunjukkan detik menjelang tengah malam.
Aku dan istriku baru saja melakukan Sholat Isya dan Sholat Sunnah, kubuka pintu kamar dan keadaan makin menegangkan.
Sebab, inilah moment yang tak terlupakan itu terjadi disaat aku baru
membuka pintu. Aku dan istriku sayang mulai melakukan persiapan
menjelang tidur.
Rencananya besok aku dan istriku harus berkunjung ke rumah sanak saudara untuk memperkenalkan kehidupan baru ini.
Aku duduk diserambi ranjang tidur, kulihat istriku sedang ganti baju. Dan saat istriku mau ganti baju, istriku memanggilku...
"Mas, sini dong..." panggilnya
"Ada apa ?" tanyaku
"Aku masih merasa belum terbiasa dengan semua ini" katanya dengan nada pelan
"Sama, aku juga nggak begitu terbiasa... Biasanya tidur langsung
selonjor' eh... Sekarang malah harus begini" kataku sambil menatap
wajahnya
Kalian tahu, istriku yang satu ini memang sensasional
dan tidak seperti wanita umumnya. Dulu aku sering sekali diejek teman
kalau urusan wanita, dan diantara mereka hanyalah aku yang baru menikah.
Teman-temanku menikah sudah cukup lama, bahkan sejak lulus SMA saja
mereka sudah kebelet nikah. Katanya sich nikah itu asyik dan membawa
tantangan luar biasa.
Aku duduk disampingnya, istriku memang agak
pemalu tapi sifat pemalunya itu yang membuatnya tambah cantik. Tidak
kusangka, senyuman dilesung pipinya makin merona.
"Mas, aku senang bisa berduaan disini" katanya
"Aku juga iya, tapi kok kamu masih canggung begitu ?" tanyaku sambil heran
"Sebab, aku nggak pernah berduaan dengan pria lain selain kamu Mas..." katanya jujur
"Emang kamu nggak pernah pacaran ?" tanyaku
"Nggak pernah, malahan orangtuaku bilang pacaran tidak dibenarkan dalam
agama' katanya pacaran itu bisa menjurus ke perzinahan" katanya
"Masa sich, kan nggak perlu berlebihan gituh' itu semua tergantung siapa pelaku pacaran itu sendiri" ujarku
"Cuma, kalau mau berduaan' ya harus nikah dulu seperti tadi' dan setelah itu baru boleh.." bilangnya
"Maksudnya, boleh...?" tanyaku heran
"Boleh..." jawabnya
"Boleh apa ?" tanyaku lagi
"Boleh pegangan tangan" jawab dengan polos
Ya, Ampun... Aku pikir boleh apaan' ternyata cuma pegangan doang toh... Maaf, habis pikiranku terlalu jauh ke sana-sana.
Posisi dudukku semakin minggir-minggir, kali ini semakin dekat dengan
dirinya. Aduh, istriku sudah berganti gaya' biasanya dia terlihat
sangat lugu dengan wajah manisnya.
Kini setelah mengenakan celana pendek berbahan denim dan tanktop putih, kondisnya berubah 180 derajat !
Masya Allah, ternyata dia begitu menawan... Hanya mengenakan pakaian
seperti itu saja aku dibuat tak berdaya memandang bentuk tubuhnya yang
benar-benar sebuah mahakarya dari Sang Pencipta.
Melihatku bengong, istriku bertanya :
"Kenapa, kok bengong ?" tanya dia
"Ah... Nggak kok, cuma baru kali ini aja lihat kamu seperti itu" jawabku sambil pura-pura
Lalu, istriku makin bergeser dan mulai menempel sampingku.
"Mas, aku bener-bener mau merasakan Surga Dunia" kata istriku sambil bersandar disampingku
"Kamu mau ke Surga Dunia ?" tanyaku
"Iya, kan orangtuaku bilang yang namanya Malam Pertama itu Surga Dunia" jawabnya
Tanganku disentuh, aduh... Bulu kuduk berdiri seperti kesetrum.
Otomatis pikiranku campur aduk, antara fantasi dan realita seolah tiada bedanya.
Lantas, sesuatu didalam celana mengeras dengan sendirinya. Wa...Lah... Aku mulai merasakan gejolak birahi melumuri otakku.
"Mas, Ibuku tadi pagi bilang' kalau mau mencapai Surga Dunia...
Pertamakali yang harus dilakukan adalah membelai tangan" kata istriku
sambil membelai tanganku dengan jari lentiknya.
Aku dibuat melayang hanya dengan sentuhan tangannya, gila sekali aku ini...
"Sayang, aku kok jadi begini ?" tanyaku yang hampir tak sadar
"Mas... Aku sengaja memancingmu biar cepat terangsang" jawabnya dengan nada manja
Tak disangka aku pun mulai terpengaruh, dan tak perlu kompromi' aku pun
membalasnya dengan pijatan di kedua pahanya yang terpampang indah.
"Mas, kok pegang pahaku sich ?" tanya istriku
"Kamu tuch, karena yang mulai duluan itu kamu' maka aku balas sekarang juga" jawabku mengancam
"Oh, ya... Kalau begitu silahkan sentuh aku sepuas hatimu" kata istriku yang lantas berbaring diatas ranjang dengan senyuman.
Tak butuh banyak bicara, aku pun mulai mencengkeram kedua tangannya agar tidak lolos.
Anehnya justru istriku hanya diam tersenyum seakan siap-siap
menyambutku. Lalu, aku menindih tubuhnya yang aduhai itu. Masih
langsing, mungil dan payudaranya terlihat membesar dari biasanya.
"Mas, ayo mendekat' jangan lama-lama" ajaknya dengan suara menggoda
"Baik, sekarang kita mulai" kataku sambil membuka kaos.
Telanjang dada, itulah yang aku lakukan didepan wajahnya. Dia tersenyum didepanku dengan bibir yang mulai merekah.
Rasa ingin bercumbu mulai memanas dihatiku, aku pun menempelkan dahiku ke dahinya.
"Sayang, maafkan aku... Aku harus melakukan ini" kataku sambil minta izin
"Jangan lama-lama, cepat cium aku !" rengeknya seperti anak kecil
Dan...
Bibirku beradu dengan bibirnya, ciuman dahsyat yang kulakukan ke mulutnya membuat seluruh tubuhnya seperti tersiram air dingin.
Aku tidak bergeming, lidahku dan lidahnya bertemu saling menjilat satu
sama lain. Wah... Semakin tidak karuan rasanya, hawa panas menyelimuti
seisi ruangan.
"Sayang, bibirmu basah... Kamu tambah cantik saja" pujiku
"Bisa aja kalau ngomong, lanjutkan lagi yuk..." katanya
"Ayo..." jawabku dengan semangat
Kali ini aku melanjutkan peraduan liar ini dengan saling berpelukan, tentunya diatas ranjang.
Sambil duduk aku dan istriku seperti sepasang monyet yang beradu tatap.
"Mas, kamu mencintaiku kan ?" tanya dia
"Tentu, aku mencintaimu..." jawabku
"Buktikan dong !" seru dia
"Baiklah... Kalau itu maumu" jawabku
Lalu, aku mendekap tubuhnya makin erat ditambah aku lucuti tanktop putihnya sehingga telanjang dada juga dia.
"Kamu nakal dech, masa aku juga ditelanjangin..." katanya
"Nggak usah lama-lama, Nurut aja apa kataku" ujarku
Kemudian, aku cium dadanya yang membesar itu hingga istriku ini geli.
Ekspresi wajah yang terlihat, membuatku semakin bersemangat dan seperti direbus didalam tungku api.
Padahal udara malam itu lumayan dingin, soalnya baru saja hujan reda.
Tetapi energi panas yang keluar dari tubuhku dan tubuhnya mempengaruhi
suhu didalam kamar yang sebenarnya tidak ber AC.
Payudara montok
yang kucium ini adalah perhiasan terindah milik istriku, sudah lama
tidak kulihat... Rupanya beginilah bentuknya.
"Mas, geli... Mas... Ciumin terus dong..." ucap istriku
"Ehhhmmm.... Ehmmmmm mmmmmmmmmm" sambil kucium keduanya
"Aduh.... Jangan buru-buru dong, tambah geli nich Mas..." rengek istriku yang rupanya sudah terangsang
Kulihat pupil matanya, makin membesar dan nafasnya seperti orang lari
marathon. Padahal cuma ciuman, tapi rasanya seperti berolahraga.
Tatapan tajam terlihat dari mata istriku, dia sesekali memandangku yang sendari tadi mencium payudaranya.
"Mas... Aku... Aku... Aku..." kata istriku terbata-bata
"Kenapa, kamu mulai enak ?" tanyaku
Istriku mengangguk-angguk sambil membuka mulutnya, lalu aku lantas menggerayangi perutnya yang langsing itu.
Dia semakin menggila, tubuhnya mengeluarkan keringat dan hawa panas yang menggelora.
Ekspresi wajahnya terlihat seperti orang kesetanan, saat aku pijat
perutnya yang langsing seperti penari striptis itu, dia menggelinjang
dan semakin basah saja keringat disekujur tubuhnya.
Tuhan... Dia begitu cantik malam ini, dibalik wajahnya yang lugu ternyata menyimpan gairah menggoda.
"Mas... Tadi aku diapakan ?" tanya dia
"Pemanasan, agar tidak cepat pegal" jawabku sambil mengelus pusarnya
"Aku mau yang lebih dari ini..." katanya
"Oh, baiklah... Kamu siap-siap yach !" ujarku
Lalu, aku meremas payudaranya sehinga dirinya mulai merasa melayang tanpa terbang.
Edan, makin lama kuremas payudaranya makin membesar pula ukurannya. Dia
semakin anggun dan seksi, raut wajahnya yang lugu mendadak cantik
karena ia telah menjelma menjadi bidadari.
Dia tergolong istri yang menurutku berbakti, terutama kepada suami.
Wajah cantik, Budi pekerti luhur dan tentu keindahan tubuh merupakan
kombinasi sempurna seorang istri yang akan menjadi Ibu dari anak-anakku
dan Nenek dari cucu-cucuku.
Permainan asmara antara aku dan istriku mulai mendekati babak final, tanpa kusadari rupanya istriku sudah ngompol.
"Mas... Aku ngompol' tapi rasanya nggak karuan nikmatnya" ucap istriku disela-sela permainan.
"Sekarang buka celanamu, biar aku teliti" kataku
Saat kuteliti rupanya sudah ngompol betulan, tapi bukan air kencing
yang membasahi celananya tetapi air lengket seperti lem tikus.
Baunya benar-benar wangi, apa karena dia masih perawan ?
So.. Pasti !
Dia kan masih terjaga dan belum pernah dinodai selain aku. Dia menatapku dengan mata sayunya yang seakan berbicara.
Tanpa kuberitahu, aku pun melepas celananya yang pendek nan sempit itu. Ketika terbuka, wahhh... Basah nggak karuan dech.
"Kamu sudah merasa enak ?" tanyaku sambil memandang wajahnya
"Sudah mas, kan cuma diremas doang' tapi yang basah itu daerah kewanitaanku" jawab istriku dengan nada polos
"Kayaknya udah siap nich..." kataku
"Siap apa ?" tanya dia
"Katanya mau terbang ke surga..." jawabku sambil senyum genit
Mendengar jawabanku, istriku tersadar bahwa inilah moment terbaik yang akan ia kenang seumur hidupnya.
"Mas, peganglah tanganku... Jangan sesekali dilepas' aku takut jatuh" kata istriku dengan nada mesra
"Sekarang gantian aku yang buka celana" kataku sambil membuka celana dalam
Lantas, muncullah sebatang alat vitalku yang panjang tapi hanya
sepanjang jari jempol. Walaupun panjangnya cuma segitu, tapi ini
anugerah dari Allah.
"Mas, aku mau itumu..." katanya dengan senyuman
"Siap-siap, kamu mau minta berapa kali ?" tanyaku
"10 kali saja, tapi yang pelan-pelan' jangan terlalu kasar... Nanti aku sakit" jawabnya
Kemudian kucengkram kedua tangannya, wajahku memandang wajahnya sehingga kami siap bertarung dengan kuda-kuda sempurna.
Kudekati wajahnya, dia menatapku dengan wajah penuh harap. Begitu ku tekan dengan slow, istriku menjerit.
"Awwww..." jeritnya
"Kenapa ?" tanyaku
"Mas, kok sakit sekali ?" tanya dia
"Kan baru masuk, nanti kalau udah agak kedalam' nanti enak sendiri kok..." jawabku sambil menenangkan pikirannya
Itu tadi baru penetrasi pertama, lalu segera kulakukan penetrasi kedua hingga kelima.
Wah... Istriku menjerit tapi nadanya beda' rupanya sudah merasa nikmat.
Bagus dech... Dia akhirnya bisa kunikmati' Wajah cantik dan tubuh
sempurna adalah modal utama untuk menjadi santapan malam pertama.
Penetrasi keenam, istriku makin tidak karuan merasakan kenikmatan
duniawi. Dia begitu senang meskipun harus mendesah berkali-kali.
Kemampuannya menahan rasa sakit betul-betul kukagumi, karena hal berbau
kenikmatan tidak perlu sakit kan...
"Ahhh... Ahhh.... Auwww... Auwww...." istriku mendesah dalam cengkeraman
"Mau lagi ?" tanyaku
Istriku hanya diam, dia seakan sudah siap dibuat lemas tak berdaya.
Penetrasi yang perlahan membuat dia merasa nyaman' wajahnya makin
menunjukkan betapa nikmatnya pergerumulan malam itu.
"Ahhh... Ahhh... Ehhhhh... Ehhhh... Uhhhhhmmm.... Ahhhhh...." istriku mendesah dengan santai
Suara desahan istriku makin memperpanas suasana, dia yang sendari tadi
telanjang bulat dan hanya ditutupi selimut hanya bisa meratap ingin
digagahi.
"Uhhhh... Uhhhhh.... Ehhhhmmm... Ihhhhh..... Hawwwww....." istriku mendesah lagi
Penetrasi yang kulakukan sudah hampir mendekati puncak, kali ini istriku memberi isyarat lewat ciuman.
"Mas... Cium bibirku' aku sudah nggak tahan mau keluar" kata istriku sambil menatap wajahku
"Baiklah... Kita mulai" jawabku sambil mendekati bibirnya
Tak lama penetrasi terakhirku bersamaan dengan orgasme yang dikeluarkan
istriku. Wah... Dahsyat sekali rasanya, tubuhku menindih tubuhnya yang
indah itu.
Cairan lengket yang ada didalam tubuhnya menyatu
dengan cairan yang keluar dari alat vitalku. Rasanya hangat dan seperti
berendam di kolam air belerang, ditambah licin kulitku dan kulitnya yang
saling bersentuhan membuat akhir peraduan ini menjadi berkesan.
"Sayang, aku sudah berhasil membuatmu puas" kataku
"Aku juga mas, apa yang tadi kamu lakukan benar-benar membuatku percaya bahwa aku tidak salah pilih" jawabnya
"Sekarang aku mau menindihmu sebentar, aku masih ingin bersentuhan dengan kulitmu" kataku
"Boleh, tapi aku mau satu lagi" katanya
"Apa itu ?" tanyaku heran
"Cium aku sampai puas" jawabnya
Tanpa aku beritahu, aku mencium bibirnya dengan penuh semangat meski kondisi sudah cukup lelah dan mengantuk.
"Terima Kasih, udah ngajak aku terbang" katanya dengan senyum
"Sama-sama, sekarang aku mau tidur" jawabku
Lalu, ketika alat vitalku sudah mengecil maka tinggal dicabut saja
karena tugas sudah selesai. Kemudian aku terlelap disamping tubuhnya
yang topless. Malam itu aku tertidur hingga suatu ketika aku terbangun
sendiri.
Kulihat disampingku masih terdapat istriku yang tetap
telanjang, dan dengan inisiatifku sendiri aku cium bibirnya sebagai cara
membangunkannya.
Tak lama, kedua matanya pun terbuka dan memandangku. Dia tidak melawan, hanya terpaku dengan apa yang kulakukan.
Dia begitu sempurna dimataku, wanita yang tetap menjaga kesucian diri
hingga datangnya sang pemilik sesungguhnya' dialah aku sebagai suami.
Kemudian aku lepas ciuman bibirku, dia menatapku dengan senyuman manis dan tentu dia begitu terkagum denganku.
"Mas... Orangtuaku nggak salah pilih' ternyata orang yang bisa membuatku puas hanyalah kamu" katanya sambil menyentuh jariku
Aku dibuat terpana oleh ekspresi wajahnya dan suara yang
dikeluarkannya. Kemudian dia memeluk tubuhku sembari duduk diatas
ranjang. Dia menyandarkan kepalanya yang ditumbuhi rambut panjang
sepunggung. Aku merasa sangat bahagia, ciumanku berbalas pelukannya.
Hangat dan nyaman, itulah yang kurasakan saat dia memelukku. Tanpa
kusadari, dia mendongak kearah wajahku dengan tatapan yang tajam tetapi
penuh harap.
"Mas, belai aku sekali lagi sebelum beraktivitas" bilang dia sambil memegang bahuku
"Kalau begitu sudah siap ?" tanyaku
Tanyaku dibalas senyum, lalu akupun mencium pipi kiri dan kanan.
Rupanya dihari sepagi ini aku malah disuguhi makanan pembuka yang
nikmat. Yaitu Love In Morning Day, sebuah istilah barat yang selalu
dilakukan setiap orang dipagi hari.
Sambil berguling-guling aku
dan istriku merasakan panasnya pagi dikala mentari belum terbit' waktu
itu sekitar jam 03.30. Masih dibilang hampir subuh, tetapi nikmatnya
benar-benar ada.
"Rabalah tubuhku sepuas hatimu..." kata istriku saat kubelai rambutnya
"Baiklah..." jawabku dengan semangat
Hitung-itung olahraga, mumpung masih pagi dan sangat menyehatkan.
Aku dan istriku justru melanjutkan kegiatan semalam. Bahkan istriku
belum keramas sama sekali, tetapi aku tidak akan berhubungan intim lagi
dengannya.
Karena aku harus bekerja dan menahan nafsuku untuk
hari yang lain. Kali ini aku meraba kedua pahanya yang mulus, dia
menggeliat seperti kesetanan.
"Aduh... Mas... Geli.... Mas... Geli..." jerit istriku
Aku cuma bisa tersenyum melihat ekspresi wajahnya yang dari tadi merasa
terangsang. Kemudian rupanya waktu sudah menujuk pukul 04.15 dan aku
menyudahi permainan ini.
Wah... Nikmatnya sarapan pagi' yakni bercumbu melepas ketegangan setelah tidur malam.
Aku pun berdiri dari tempat tidur merapihkan seprei dan bantalnya
sekaligus. Istriku juga membantu, dia begitu antusias merapihkan kamar
yang berantakan.
"Mas, jujur dech... Aku benar-benar cukup puas' meskipun cuma main gelitik-gelitikan" kata istriku sambil merapihkan sprei
"Itu bagus dong, artinya dalam membangun kehidupan baru ini harusnya pakai pendekatan bathin" ujarku sambil menatapnya
"Coba, lain kali kita lakukan ditempat lain... Mau kan ?" tanya dia
"Boleh... Boleh... Terus maunya dimana ?" balasku
"Dimana aja... Asal tempatnya sepi dan bukan ditempat umum" jawabnya menuntut
"Baik sayang... Insya Allah ada waktu ada kesempatan" jawabku penuh optimis
Pagi pun mulai menyapa, suara kokok ayam jantan menghiasi redupnya
cahaya bintang. Setelah Sholat Subuh dan Mandi Pagi, aku siap-siap
berdandan untuk menemui Orangtuaku.
Dimeja makan, Ayah dan Ibuku serta adikku sudah berada disana sembari menyantap hidangan.
Sambil senyum-senyum sendiri, aku datang menghampiri mereka bertiga.
Adikku yang duduk disampingku heran, melihatku senyum-senyum sendiri.
"Mas kenapa yach... Kok Senyum-senyum sendiri ?" tanya adikku heran
"Kamu tuch... Mau tahu urusan orang aja" jawabku sambil mengambil nasi
"Emangnya tadi habis ngapain ?" tanya adikku ngotot
"Ini urusan orang dewasa, kamu masih kecil... Nggak berhak tahu" jawabku
"Yeee.... Masa nggak mau bilang jujur" jawab adikku
Lalu Ibuku menegur adikku,
"Nak, kamu tuch jangan suka ganggu urusan orang' dosa..." kata Ibuku
"Iya, kamu jangan berani mengetahui sesuatu yang belum waktunya tahu" sahut Ayahku
"Masa cuma ingin tahu aja nggak boleh" protes adikku
"Nanti kalau kamu sudah dewasa, baru tahu sendiri rasanya" ujar Ibuku
Seperti biasa, didalam keluargaku kami semua berkumpul setiap pagi untuk menyantap hidangan.
Dan tidak diduga, istriku baru saja selesai dandan berjalan menuju
arahku. Ayah dan Ibuku menatapnya, dia begitu tersipuh malu saat kedua
orangtuaku menatapnya.
"Maaf, tadi saya terlambat kemari' habis sibuk dandan" jawab istriku
"Tidak apa-apa, namanya juga perempuan... Dandan itu sudah rutinitas yang tidak bisa dihindari" kata Ibuku
"Ayo duduk sini..." ajakku
"Ya, Mas..." jawabnya sambil menarik kursi
Aku lupa, kami tidak berempat tetapi berlima karena ada istriku.
Hebatnya lagi dia begitu sopan didepan Ayah dan Ibuku juga Adikku.
"Tidak usah sungkan-sungkan, makanlah hidangan ini' anggap saja ini rumahmu" kata Ayahku
"Terima Kasih..." jawab Istriku dengan mimik agak malu
Biarpun istriku itu orang yang menakjubkan, ternyata dia adalah seorang
pemalu. Tetapi itulah sisi lain darinya yang menjadikan dirinya begitu
seksi.
Setelah hari ini, kehidupanku bersama istriku semakin
dinamis dan memiliki keistimewaan. Padahal aku bukan laki-laki yang
gemar pacaran, dalam arti aku dulunya itu jomblo tulen.
Hebatnya
ketika aku menikah, justru aku memperoleh istri yang cantik dan berbudi
pekerti luhur. Persis idaman orangtuaku yang menginginkan menantu yang
baik.
Namun, kalau urusan seks... Seperti yang kuceritakan diatas
tadi bahwa dia adalah istri yang berbakti pada suami. Hari-hariku tiada
habisnya memandang wajahnya, karena menurutku dia lebih dari wanita.
Rencananya, bulan depan aku dan istriku akan pindah ke rumah baru yang
lokasinya cukup jauh. Tetapi romansa cinta antara kami berdua tidak
pernah padam meski harus berpisah dengan orangtua.
Aku berharap,
suatu saat esok bisa lebih baik dari hari ini. Cinta memang menjadi
kekuatan hidup setiap manusia yang menginginkan impian.
(END)