Sibuk, itulah yang aku alami sekarang' karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan demi keberhasilan.
Namun, aku selalu saja mendapat kendala ketika sedang bekerja' yakni batalnya kerjasama dengan pihak yang dahulu menyetujui hasil negosiasi.
Namun, aku selalu saja mendapat kendala ketika sedang bekerja' yakni batalnya kerjasama dengan pihak yang dahulu menyetujui hasil negosiasi.
Aku benar-benar galau, bagaimana bisa terjadi seperti ini ?
Padahal nilai kontraknya besar, tetapi batal begitu saja dan aku kecewa dengan keputusan pihak yang membatalkan proyek itu.
Didepan laptop aku galau tidak karuan, mengetik laporan selalu saja ada gangguan' yakni gangguan akan bayangan yang memperlihatkan kegagalan.
Sambil duduk di kursi, dengan laptop yang berada diatas meja kerja aku mencoba menghilangkan rasa penat.
Lalu, aku panggil dari jauh seorang wanita berambut belah tengah nan panjang' dialah istriku tercinta. Wajah cantik menawan dan bentuk tubuh yang menggairahkan itulah apa yang dimilikinya.
"Sayang, sini dong..." panggilku
Lalu istriku datang dan berdiri dibawah gerbang pintu.
"Ada apa mas..." jawabnya dengan suara pelan
"Buatkan aku secangkir wedang jahe, malam ini dingin sekali" ujarku
"Baik, akan kubuatkan" jawabnya
Kemudian dia bergegas ke dapur untuk membuatkan wedang jahe, minuman favoritku.
Beberapa saat, istriku datang membawa secangkir wedang jahe yang masih hangat. Ia meletakkan minuman itu di samping meja kerjaku.
Aku lantas meminumnya, wah... Hangat sekali rasanya. Aku tidak kedinginan lagi dan pikiran galau yang meracuni jiwa telah lenyap begitu saja.
Sementara itu dari dapur, istriku sedang membuatkan makanan untuk disantap. Baunya sangat harum sehingga menyengat sampai ke lubang hidungku.
"Hmmmm... Baunya enak sekali" kataku dalam hati
Kemudian aku menyimpan hasil ketikkan, lalu mematikan laptopku demi mengetahui makanan yang akan disajikan istriku.
Di ruang makan, aku melihat ada sepotong kue nastar. Tanpa permisi aku makan saja kue itu, ketika sedang menikmati sedapnya kue nastar tersebut' tiba-tiba sesuatu yang lembut merangkulku dari belakang.
"Bagaimana mas... Kuenya ?" tanya istriku
"Wah, enak... Baru dibuat yach ?" balasku
"Iya, kenapa tahu aku bikin kue ?" tanya dia
"Baunya harum sampai ke kamar, jadinya aku penasaran" jawabku
"Oh, begitu..." ujarnya tersenyum
Sangking asyiknya makan, istriku mulai memperlakukanku dengan manja. Dia duduk disampingku sambil memakan kue nastar yang aku makan tadi. Anehnya, dia nampak berbeda dari biasanya.
Ia terlihat nampak manja dan aduhai, karena ia memakai baju lengat panjang warna putih dan celana jeans pendek diatas lutut.
Sontak, bathinku gemetar menyaksikan pemandangan langka ini. Jujur, aku mulai terusik dan mencoba mengalihkan pandangan dari wajahnya.
Lalu, dia berdiri dan menghampiriku dengan senyum ramahnya.
"Kenapa, kelihatannya sedang galau ?" tanya istriku
"Memang Kamu tahu ?" tanyaku
"Bukannya sok tahu, Istri mana yang tidak heran melihat suaminya gelisah begitu" jawabnya sambil memegang pundakku
"Aku galau karena pekerjaan" ujarku lesu
"Namanya juga cari rejeki, rintangan dan cobaan selalu ada menanti" katanya
"Habis mau bagaimana lagi, perjanjian sudah disepakati tapi tidak kunjung terlaksana akhirnya batal terus" protesku dengan nada sesal
Setelah aku mengatakan hal itu, dia begitu prihatin dan mulai memperlihatkan sisi keibuannya.
Maklum, aku dan dia sudah berumah tangga sejak 15 tahun silam. Di usiaku yang sudah mendekati kepala empat, aku masih bisa menyaksikan kesetiaannya dalam mendampingiku sebagai istri.
Semua yang ia inginkan telah kukabulkan, rumah mewah dan kendaraan canggih telah kupersembahkan untuknya.
Padahal nilai kontraknya besar, tetapi batal begitu saja dan aku kecewa dengan keputusan pihak yang membatalkan proyek itu.
Didepan laptop aku galau tidak karuan, mengetik laporan selalu saja ada gangguan' yakni gangguan akan bayangan yang memperlihatkan kegagalan.
Sambil duduk di kursi, dengan laptop yang berada diatas meja kerja aku mencoba menghilangkan rasa penat.
Lalu, aku panggil dari jauh seorang wanita berambut belah tengah nan panjang' dialah istriku tercinta. Wajah cantik menawan dan bentuk tubuh yang menggairahkan itulah apa yang dimilikinya.
"Sayang, sini dong..." panggilku
Lalu istriku datang dan berdiri dibawah gerbang pintu.
"Ada apa mas..." jawabnya dengan suara pelan
"Buatkan aku secangkir wedang jahe, malam ini dingin sekali" ujarku
"Baik, akan kubuatkan" jawabnya
Kemudian dia bergegas ke dapur untuk membuatkan wedang jahe, minuman favoritku.
Beberapa saat, istriku datang membawa secangkir wedang jahe yang masih hangat. Ia meletakkan minuman itu di samping meja kerjaku.
Aku lantas meminumnya, wah... Hangat sekali rasanya. Aku tidak kedinginan lagi dan pikiran galau yang meracuni jiwa telah lenyap begitu saja.
Sementara itu dari dapur, istriku sedang membuatkan makanan untuk disantap. Baunya sangat harum sehingga menyengat sampai ke lubang hidungku.
"Hmmmm... Baunya enak sekali" kataku dalam hati
Kemudian aku menyimpan hasil ketikkan, lalu mematikan laptopku demi mengetahui makanan yang akan disajikan istriku.
Di ruang makan, aku melihat ada sepotong kue nastar. Tanpa permisi aku makan saja kue itu, ketika sedang menikmati sedapnya kue nastar tersebut' tiba-tiba sesuatu yang lembut merangkulku dari belakang.
"Bagaimana mas... Kuenya ?" tanya istriku
"Wah, enak... Baru dibuat yach ?" balasku
"Iya, kenapa tahu aku bikin kue ?" tanya dia
"Baunya harum sampai ke kamar, jadinya aku penasaran" jawabku
"Oh, begitu..." ujarnya tersenyum
Sangking asyiknya makan, istriku mulai memperlakukanku dengan manja. Dia duduk disampingku sambil memakan kue nastar yang aku makan tadi. Anehnya, dia nampak berbeda dari biasanya.
Ia terlihat nampak manja dan aduhai, karena ia memakai baju lengat panjang warna putih dan celana jeans pendek diatas lutut.
Sontak, bathinku gemetar menyaksikan pemandangan langka ini. Jujur, aku mulai terusik dan mencoba mengalihkan pandangan dari wajahnya.
Lalu, dia berdiri dan menghampiriku dengan senyum ramahnya.
"Kenapa, kelihatannya sedang galau ?" tanya istriku
"Memang Kamu tahu ?" tanyaku
"Bukannya sok tahu, Istri mana yang tidak heran melihat suaminya gelisah begitu" jawabnya sambil memegang pundakku
"Aku galau karena pekerjaan" ujarku lesu
"Namanya juga cari rejeki, rintangan dan cobaan selalu ada menanti" katanya
"Habis mau bagaimana lagi, perjanjian sudah disepakati tapi tidak kunjung terlaksana akhirnya batal terus" protesku dengan nada sesal
Setelah aku mengatakan hal itu, dia begitu prihatin dan mulai memperlihatkan sisi keibuannya.
Maklum, aku dan dia sudah berumah tangga sejak 15 tahun silam. Di usiaku yang sudah mendekati kepala empat, aku masih bisa menyaksikan kesetiaannya dalam mendampingiku sebagai istri.
Semua yang ia inginkan telah kukabulkan, rumah mewah dan kendaraan canggih telah kupersembahkan untuknya.
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar