Cerita ini bermula beberapa bulan menjelang pernikahan, aku bekerja
disebuah perusahaan swasta terkenal dan jabatanku cukup strategis.
Waktu itu aku sedang sibuk menyelesaikan tugas dari direktur agar proyek berhasil. Giat bekerja adalah sebuah dedikasiku yang mantap demi kemajuan perusahaan.
Saat aku sudah selesai menyelesaikan tugas, diluar pintu terdengar suara ketuk pintu.
"Siapa disitu...?" tanyaku
"Ini aku..." jawabnya
Eh, ternyata dia pacarku yang tidak lain adalah bawahanku sendiri. Lalu kupersilahkan dia membuka pintu dan menemuiku didalam.
"Ada apa kemari ?" tanyaku
"Aku mau ngobrol sebentar, bisa nggak ?" tanya dia
"Boleh... Emangnya kenapa ?" tanyaku lagi
"Perusahaan kita akan melakukan proyek besar, aku sebagai karyawati punya keinginan jika sudah berhasil" katanya
"Keinginan, emang kamu mau pengen apa ?" tanyaku
"Aku mau kita berdua mengikat hubungan lebih serius" jawabnya
Mendengar hal itu bathinku bergetar, siapa sangka pacarku yang tidak lain bawahanku sendiri mengatakan hal yang membuatku ingin memeluknya.
"Kamu mau....?" tanyaku
"Iya... Aku mau kamu jadi pendampingku selamanya" jawabnya
Wah... Tidak kusangka' orang yang selama ini menjadi mitra kerjaku akan menyatakan keinginannya menjadi pendamping hidupku. Bagaikan didalam mimpi, aku lantas mendekatinya.
"Kamu serius mau jadi istriku ?" tanyaku
"Iya, orangtuaku memang sudah cocok dengan keinginanku" jawabnya
Lalu, aku pun bersujud syukur karena apa yang selama ini aku nantikan akhirnya terjadi. Dia ternyata mau menjadi teman hidupku.
Saat aku sedang bersujud, dia merunduk dan aku berkata padanya.
"Mulai sekarang, kita berdua akan selalu bersama dan saling menjaga" kataku
Lalu, air mata menetes dipipi kami berdua karena moment datangnya jodoh benar-benar sangat mengagumkan. Sampai-sampai inilah yang disebut Most Emotional Love Experience.
Cerita berlanjut, bulan depan aku datang ke rumah calon istriku untuk melamarnya. Di iringi keluarga dan kerabat, aku berhadapan dengan calon mertuaku dan calon istriku. Sambil membawa mahar, kedua belah pihak saling bernegosiasi.
Negosiasi cukup lama karena dicampur ngobrol yang aneh-aneh, malahan sambil ngelawak.
Sampai-sampai tawa canda menghiasi pertemuan ini, dan hasil akhir pertemuan tersebut kedua belah pihak menyatakan siap menikahkan calon mempelai.
"Aku bersyukur, akhirnya kesampaian juga punya keinginan untuk melanjutkan hubungan lebih serius" gumamku setelah pertemuan itu
Sementara itu pacarku kemudian menemuiku, dia menggandeng tanganku dan berkata padaku.
"Hai... Ngapain sendirian disini ?" tanya dia
"Ahhh... Kamu, aku lagi pengen ngilangin stress aja" jawabku
"Tapi, nanti kapan kita saling berjanji ?" tanya dia
"Aku masih bingung, soalnya aku belum gajian... Jadi mungkin ditunda dulu kali" jawabku
Dia pun menggenggam tanganku semakin erat, dia berbisik ditelingaku.
"Kenapa ditunda, lebih cepat lebih baik" bisiknya
Suara bisikan yang masuk kelubang telingaku membuat aku tak berdaya. Seolah dia tidak mau menunggu lama.
"Baik, kalau itu maumu... Aku akan melakukannya" jawabku
Setelah kujawab pintanya, dia lantas memelukku sambil menatap wajahku. Tatapan matanya menandakan bahwa dia benar-benar ingin dinikahi tanpa menunggu proses panjang.
Beberapa minggu kemudian, dengan uang tabungan yang cukup aku dan pacarku mendaftar di KUA. Setelah mendaftar, kami sudah siap untuk mengucapkan janji sehidup semati.
Kami pulang berboncengan, aku didepan lantas dia dibelakang. Kami pulang dengan perasaan tenang dan senang. Saat kuantar ke rumahnya, dia pun turun dari kendaraanku.
"Terima Kasih... Udah nganterin aku" kata dia
"Sama-sama..." jawabku
Dia pun berjalan menuju pintu rumah, sambil menoleh kearahku dia tersenyum manis. Karena suasana hati begitu deg-degan saat dia benar-benar mencintaiku.
Waktu itu aku sedang sibuk menyelesaikan tugas dari direktur agar proyek berhasil. Giat bekerja adalah sebuah dedikasiku yang mantap demi kemajuan perusahaan.
Saat aku sudah selesai menyelesaikan tugas, diluar pintu terdengar suara ketuk pintu.
"Siapa disitu...?" tanyaku
"Ini aku..." jawabnya
Eh, ternyata dia pacarku yang tidak lain adalah bawahanku sendiri. Lalu kupersilahkan dia membuka pintu dan menemuiku didalam.
"Ada apa kemari ?" tanyaku
"Aku mau ngobrol sebentar, bisa nggak ?" tanya dia
"Boleh... Emangnya kenapa ?" tanyaku lagi
"Perusahaan kita akan melakukan proyek besar, aku sebagai karyawati punya keinginan jika sudah berhasil" katanya
"Keinginan, emang kamu mau pengen apa ?" tanyaku
"Aku mau kita berdua mengikat hubungan lebih serius" jawabnya
Mendengar hal itu bathinku bergetar, siapa sangka pacarku yang tidak lain bawahanku sendiri mengatakan hal yang membuatku ingin memeluknya.
"Kamu mau....?" tanyaku
"Iya... Aku mau kamu jadi pendampingku selamanya" jawabnya
Wah... Tidak kusangka' orang yang selama ini menjadi mitra kerjaku akan menyatakan keinginannya menjadi pendamping hidupku. Bagaikan didalam mimpi, aku lantas mendekatinya.
"Kamu serius mau jadi istriku ?" tanyaku
"Iya, orangtuaku memang sudah cocok dengan keinginanku" jawabnya
Lalu, aku pun bersujud syukur karena apa yang selama ini aku nantikan akhirnya terjadi. Dia ternyata mau menjadi teman hidupku.
Saat aku sedang bersujud, dia merunduk dan aku berkata padanya.
"Mulai sekarang, kita berdua akan selalu bersama dan saling menjaga" kataku
Lalu, air mata menetes dipipi kami berdua karena moment datangnya jodoh benar-benar sangat mengagumkan. Sampai-sampai inilah yang disebut Most Emotional Love Experience.
Cerita berlanjut, bulan depan aku datang ke rumah calon istriku untuk melamarnya. Di iringi keluarga dan kerabat, aku berhadapan dengan calon mertuaku dan calon istriku. Sambil membawa mahar, kedua belah pihak saling bernegosiasi.
Negosiasi cukup lama karena dicampur ngobrol yang aneh-aneh, malahan sambil ngelawak.
Sampai-sampai tawa canda menghiasi pertemuan ini, dan hasil akhir pertemuan tersebut kedua belah pihak menyatakan siap menikahkan calon mempelai.
"Aku bersyukur, akhirnya kesampaian juga punya keinginan untuk melanjutkan hubungan lebih serius" gumamku setelah pertemuan itu
Sementara itu pacarku kemudian menemuiku, dia menggandeng tanganku dan berkata padaku.
"Hai... Ngapain sendirian disini ?" tanya dia
"Ahhh... Kamu, aku lagi pengen ngilangin stress aja" jawabku
"Tapi, nanti kapan kita saling berjanji ?" tanya dia
"Aku masih bingung, soalnya aku belum gajian... Jadi mungkin ditunda dulu kali" jawabku
Dia pun menggenggam tanganku semakin erat, dia berbisik ditelingaku.
"Kenapa ditunda, lebih cepat lebih baik" bisiknya
Suara bisikan yang masuk kelubang telingaku membuat aku tak berdaya. Seolah dia tidak mau menunggu lama.
"Baik, kalau itu maumu... Aku akan melakukannya" jawabku
Setelah kujawab pintanya, dia lantas memelukku sambil menatap wajahku. Tatapan matanya menandakan bahwa dia benar-benar ingin dinikahi tanpa menunggu proses panjang.
Beberapa minggu kemudian, dengan uang tabungan yang cukup aku dan pacarku mendaftar di KUA. Setelah mendaftar, kami sudah siap untuk mengucapkan janji sehidup semati.
Kami pulang berboncengan, aku didepan lantas dia dibelakang. Kami pulang dengan perasaan tenang dan senang. Saat kuantar ke rumahnya, dia pun turun dari kendaraanku.
"Terima Kasih... Udah nganterin aku" kata dia
"Sama-sama..." jawabku
Dia pun berjalan menuju pintu rumah, sambil menoleh kearahku dia tersenyum manis. Karena suasana hati begitu deg-degan saat dia benar-benar mencintaiku.
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar