Rabu, 05 Desember 2018

Puisi : Bertemu Untuk Berpisah

Sejak dahulu kau mengetahui
Justru kini aku mengerti
Dimana ada pertemuan
Disana ada perpisahan

Saling merindukan
Saling mendambakan
Malah menjadi kebencian
Malah menjadi kehancuran

Mengapa aku harus berjumpa ?
Dengan dirimu yang kini pergi
Mengapa kau harus berjumpa ?
Dengan diriku yang kini sendiri

Haruskah aku melupakan segala kenangan ?
Kenangan yang terukir dalam hikayat asmara
Haruskah aku meninggalkan segala kenangan ?
Kenangan yang tergambar dalam lukisan bahagia

Inikah takdir yang harus diterima
Walau masih ada harapan bersama
Engkau pergi dengan kebencian di hati
Mengubur mimpi untuk bersama kembali

Puisi : Hitam Katamu, Putih Kataku

Kau dan aku sulit berpadu
Kau dan aku sulit bersatu
Hanya karena berbeda selera
Cuma karena berbeda rasa

Rasanya tidak akan lama
Kisah diantara kita berdua
Perbedaan yang amat jauh panggangnya
Perbedaan yang amat dekat parahnya

Hitam katamu putih kataku
Hitam hatimu putih hatiku
Hitam cintamu putih cintaku
Hitam nasibku putih nasibmu

Akhiri saja malam ini
Akhiri saja cinta ini
Lupakan saja semua mimpi
Lupakan saja semua janji

Aku malas mendengar ocehanmu
Aku malas melihat wajahmu
Malas... Malas... Malas...

Aku benci membaca suratmu
Aku benci melihat tingkahmu
Benci... Benci... Benci...

Puisi : Selamat Siang


Selamat siang, waktunya makan
Tapi jangan sampai ketinggalan
Kalau ketinggalan bisa kehabisan
Selamat siang, waktunya rehat

Tapi jangan sampai terlewat
Kalau terlewat bisa gawat

Aku disini menatap jarum jam
Menanti dirimu sampai lebam

Hingga mentari terbenam
Urusan malah jadi runyam
Cobalah mengerti aku disini
Diselimuti rasa yang sunyi

Walau sampai akhir nanti
Aku takkan berhenti sama sekali

Puisi : Nyanyian Seorang Pendosa

Foto : Yusuf Martak

Katanya di negeriku banyak orang bodoh
Mereka selalu bertindak ceroboh
Korupsi bukan suatu rahasia lagi
Anak kecil sampai orang dewasa tiada peduli

Oh, inikah masa depan bangsaku ?
Dimanakah moral yang selama ini berlaku ?
Mungkinkah negeri ini dihuni para pendosa
Kerjanya makan uang rampasan kaum dhuafa

Hidup mewah layaknya seorang dewa
Sok kuasa bertindak semau hatinya
Oh, inikah masa depan bangsaku ?
Semakin lama semakin jauh dari rasa malu

Biarlah Tuhan yang menghukum mereka saja
Karena pendosa berhak atas masa depannya
Tinggal waktu yang akan menjawabnya
Entah dibuang ke surga atau ke neraka

Jumat, 09 November 2018

Puisi : Koitus

Aku hanyalah manusia biasa
Tempatnya salah dan lupa
Kadang tak bisa begitu saja
Melewatkan kesempatan yang ada

Dua mahluk yang saling mencintai
Terseret arus perubahan zaman ini
Dimana iblis berkuasa atas nurani
Gelap mata melihat kenyataan ini

Pelukan demi pelukan menghanyutkan
Ciuman demi ciuman menghanyutkan

Tongkat panjang dimasukan ke dalam lubang
Desahan asmara membuat aku melayang

Inikah kenikmatan dunia...
Tak kuasa aku menahannya...

Lepaskan kalori turunkan emosi
Hadirkan bahagia dalam jiwa
Pergulatan hati teramat hakiki
Bangunkan asa yang membara

Puisi : Malas

Hari-hariku penuh kesibukan
Tiada waktu luang untuk istirahat
Hingga akhirnya pusing tak karuan
Pikiran melayang dan tubuh bagai tersayat

Merana diriku, mendengar kata-katamu
Merana diriku, melihat tingkah lakumu
Semenjak kau pergi, aku jadi malas
Semenjak kau lari, rasanya begitu malas

Ingin sekali aku menulis dibuku
Catatan asmara yang teramat pilu

Antara engkau dan aku
Tiada lagi ikatan nurani
Antara engkau dan aku
Tiada lagi hasrat birahi

Aku malas... Sungguh aku malas...
Melihat wajah cantikmu
Aku tak puas... Sungguh tak puas...
Melihat tubuh telanjangmu

Lupakan saja diriku yang hina ini
Lanjutkan saja kisahmu dengan pria selingkuhanmu
Biarkan saja diriku sendiri disini
Memulihkan jiwa sekaligus raga yang rapuh bagai kursi kayu

Puisi : Jangan Panggil Aku Lonte

Banyaknya cobaan hidup seolah tiada henti
Melewati jalur penuh tajamnya duri
Berdarah-darah sepasang kaki
Hingga membusuk lukaku ini

Celoteh tetangga berkoar dimana-mana
Caci maki terlontar diseluruh penjuru
Sungguh mereka anggap diriku nista
Hanya karena termakan hasut cemburu

Jangan panggil aku lonte
Padahal cuma jualan lotre
Jangan panggil aku lonte
Padahal tiap hari makan tape

Seribu duka bercampur dalam aliran nadi
Rasanya sakit sekali sekujur tubuh ini
Kucoba untuk memahami arti kehidupan
Mencari jalan keluar untuk raih kebahagiaan

Kamis, 01 November 2018

Cerita Anak Muda : Rocker Pensiun (Episode 07)

Semakin hari, lagu-lagu dari album kedua makin digemari masyarakat. Popularitas The New Bad Boys justru sudah mencapai puncaknya.
Dalam waktu dekat semua akan menjadi hal yang nyata bahwa penghargaan tertinggi insan musik siap diserahkan.

The New Bad Boys kini menjalani hidup lebih mapan, karena segala-galanya kini telah ada dalam genggaman. Mulai dari kartu ATM hingga kendaraan mewah sudah sering dipakai kenamapun mereka berada. Lain halnya dengan Sahili, personil baru grup musik ini lebih suka naik sepeda motor dan ngebut di jalanan agar dibilang keren seperti pembalap.


Semakin hari The New Bad Boys berada diatas angin, tidak ada satupun grup musik selain mereka yang menggeser posisi puncak popularitas. Hampir tidak tertandingi dan sulit dikalahkan, tetapi ini merupakan bagian dari titik kelemahan mereka.

Suatu ketika, grup musik ini sedang memulai konferensi pers dengan agenda membahas angka penjualan album yang kian melambung. Album kedua The New Bad Boys mulai menjadi bagian dari topik pembahasan dan menjadi bahan penelitian para mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan seni di berbagai universitas.


Omen dan Zabdiel diwawancarai oleh seorang jurnalis dari kalangan mahasiswa.
Waktu itu Omen sedang menjawab salah satu pertanyaan yang dilontarkan, rupanya orang yang bertanya itu adalah seorang gadis cantik. Omen sampai kebingungan mau menjawab dengan bahasa yang bagaimana. Tapi, karena demi profesionalitas' Omen tentu berani menjawab pertanyaan itu meskipun gugup.

Wartawan berwajah cantik itu membuat Omen semakin tidak bisa menahan rasa malunya, mengingat baru kali ini dia didekati wanita. Zabdiel hanya tersenyum melihat kejadian yang agak lucu tersebut lantaran wawancara berjalan lama gara-gara kehabisan kata-kata.

(Bersambung)



Minggu, 14 Oktober 2018

Suara Kita : 7 Tipe Wanita yang cocok dijadikan pasangan menurut selera Pria

Di zaman sekarang ini banyak pria yang kebingungan mencari pacar yang bisa menyesuaikan diri dengan perilaku dan gaya hidup kita sebagai kaum adam.
Sayangnya banyak wanita yang tidak mau tahu mengenai selera pria, bahkan terkesan apatis dengan apa pun hal mengenai gaya hidup pria.

Kali ini kita akan memberitahu untuk para pria yang masih berpegang teguh dengan gaya hidupnya, bagaimana caranya memilih wanita yang cocok dijadikan pacar/istri.
Mulai dari perilaku, selera makan, kendaraan, pakaian yang digemari, kegiatan yang disukai dan tipe wajah yang digandrungi.

01. WANITA YANG SUKA MENONTON SEPAK BOLA

 Foto : Intan Saumadina

Wanita yang satu ini benar-benar gemar menonton sepak bola dan tahu betul seluk beluk tentang olahraga si kulit bundar. Meski suka menonton, tapi cuma sekedar pakai kaos bola saja itu sudah cukup. Bahkan sebagian besar pria lebih menyukai wanita yang suka pakai kaos bola dibanding memakai cadar atau burqa !

Percaya atau tidak, anda harus berani melakukan ini (Khususnya Wanita), jangan ragu-ragu untuk mengganti kebiasaan anda yang hobinya bergosip kini harus dihentikan karena berdosa, maka menonton sepakbola adalah cara yang tepat untuk melunturkan keburukan itu.

02. WANITA YANG MENYAYANGI BINATANG

 Foto : Wanita dan Kucing

Kalau yang satu ini anda mungkin harus cari di kelompok/komunitas pecinta hewan, misalnya komunitas pecinta reptil atau komunitas pecinta kucing. Kalian tahu sendiri bahwa kucing lebih menarik untuk dipelihara oleh wanita, karena kucing itu hewan peliharaan yang paling manja dan lucu dari berbagai segi.

Kalau pun dia mencintai reptil, entah itu ular atau biawak mungkin anda harus pilih-pilih...
Sebab, kalau sampai dia memelihara ular yang membahayakan' tentu nyawa anda jadi taruhannya dan mungkin siap-siap adaptasi dengan dunia seperti itu.

03.  WANITA YANG SUKA BERTAMASYA

Foto : Angie Ang
Ngomong-omong soal tamasya, mungkin wanita yang seperti ini memang tidak pernah melewatkan masa-masa mudanya untuk bertamasya meski uang tidak cukup. Terlebih dia bahagia dengan apa yang selama ini dia lakukan. Meski cuma jalan-jalan ke Pantai atau menyaksikan keindahan panorama bukit-bukit hijau di pegunungan' itu tidak jadi soal.

Walau masih muda, jangan terlalu sibuk kerja' lama-lama bisa kacau pikiranmu kalau tidak istrirahat.
Cobalah anda mencari sensasi dengan mengunjungi lokasi-lokasi wisata yang biaya tiketnya murah dan memiliki fasilitas' setidaknya ada warung leseha untuk makan siang. Semua pria tentu setuju kalau wanita yang suka bertamasya itu memang asyik untuk diajak menjalin hubugan.

04. WANITA YANG MENCINTAI SENI

Foto : Wanita Yang Sedang Bernyanyi

Seni, adalah keindahan ciptaan manusia yang wajib dilestarikan agar bisa dinikmati oleh generasi-generasi selanjutnya. Wanita memang keram menjadi objek aktivitas seni, ada yang jadi penyanyi dan ada yang jadi penari. Kalau kedua bakat tersebut bergabung menjadi satu, maka dia akan menjelma menjadi sosok yang menggoda dan tentu punya prestasi.

Wanita bisa juga menjadi pelukis, sebab mereka sangat teliti dan tidak salah pilih warna' karena warna yang cocok akan membuat lukisan memiliki nilai jual tinggi. Renungka sejenak, banyak wanita pegiat seni yang punya andil besar menggaungkan kebudayaan Indonesia' mereka patut didukung dan mendapat apresiasi. Kalian tidak akan rugi kalau menjadi kekasih mereka karena kalian juga menyukai seni kan ?

05. WANITA YANG BERMORAL

 Foto : Anastasia Praditha

Moral katanya cuma sekedar cerita dalam kitab sastra, tapi patut menjadi pegangan hidup agar mendapat kesan positif dari orang lain. Terutama wanita, moral perul dijaga dan jangan sampai menjadi figur yang suka membuat keonaran serta kegaduhan dimana-mana.

Punya moral bukan berarti harus merubah penampilan, sebab penampilan belum tentu mencerminkan perilaku seseorang. Mungkin kalian sedang sebal dengan kelakuan Hj. Neno Warisman yang katanya sok alim dan beragama, nyatanya malah menjadi pencetus gerakan pemberontakan menjelang Pemilu. Wanita semacam itu tidak pantas dimuliakan sebab penampilan tertutup belum tentu mencerminkan moral yang baik.

Tidak sedikit wanita-wanita berpakaian seksi melakukan aksi sosial untuk menolong korban bencana, dan tidak sedikit pula wanita berpakaian tertutup tapi punya sifat pelit/bakhil terhadap sesama' karena moral itu tidak ada hubungannya dengan kulit pembungkus kepala.

06. WANITA YANG SENANG MEMAKAI JAKET KULIT & SEPATU BOOTS

 Foto : Happy Goeritman

Apa kesan kalian dengan wanita yang memakai jaket kulit ?
Kesan itu sudah pasti semakin cantik dan sulit lepas pandangan, apalagi mereka juga kerap berpose di depan kamera sambil menatap tajam' bukannya benci justru malah semakin dimabuk kepayang karena sisi liar seorang wanita ada pada pakaian yang dikenakkannya tanpa terkecuali jaket kulit.

 Foto : Maya Susanti

Tidak lengkap rasanya kalau pakai jaket kulit kalau tidak dikombinasikan dengan Sepatu Boots' karena sepatu yang satu ini memang cenderung radikal untuk kaki wanita. Tetapi, Sepatu Boots bukan cuma sekedar alas kaki yang biasa dipakai tentara, polisi dan pembalap saja.
Warna tidak jadi soal, yang penting nyaman dipakai sekaligus melindungi kaki dari tajamnya paku dan pecahan kaca yang berserakan di jalanan.

Foto : Angie Ang

Sepatu Boots mungkin menjadi alternatif selain Sepatu High Heels, karena itu banyak wanita memakai sepatu berbahan kulit ini untuk memperkejam penampilan tetapi tetap menawan dihadapan semua orang. Coba sekali-kali naik motor bersama pasangan sambil memakai jaket kulit dan sepatu boots, anda tentu akan terlihat berbeda bahkan dianggap sebagai suatu keharusan karena kedua barang itu merupakan piranti wajib untuk keselamatan berkendara.

07. WANITA YANG SUDAH SIAP MENJADI ISTRI & IBU

 Foto : Nitia Anisa

Wah... inilah yang menjadi uraian pamungkas dalam pertemuan kali ini' sebab ini adalah metamorfosa terakhir dari seorang wanita yang masih gadis berubah menjadi wanita yang siap menjadi istri & ibu. Kalian sebagai pria tentu harus menjadi suami yang baik untuk mereka dan tentu konsistensi pendewasaan menjadi kunci sukses mengarungi bahtera rumah tangga.

Kadang kita melihat sendiri kehidupan orang tua yang melahirkan dan membesarkan kita hingga sekarang, betapa sabarnya mereka diterpa angin fitnah dan badai skandal yang bertubi-tubi menggoyahkan iman. Namun, kalau kita mau cerdas menyikapi, sudah pasti akan dilewati dengan mudah tanpa bertele-tele.

Hidup ini hanyalah kepingan yang terasing dilautan, memaksa kita memendam kepedihan.
Hidup ini hanyalah kepingan yang terasing dilautan, memaksa kita merubah jadi tawa.

Itulah penggalan lagu yang dinyanyikan Pas Band, grup musik asal Bandung' Jawa Barat mengenai jatuh bangun kehidupan manusia terkadang membuat kita terpaksa berpura-pura hanya demi gengsi semata-mata.

Wanita yang menjadi istri itu tandanya punya mental kuat dan kesiapan dini yang matang, hal ini merupakan kriteria agar kokohnya hubungan keluarga bisa berjalan hingga mau memisahkan.

Inilah yang cukup disampaikan, semoga ada manfaatnya dan jangan lupa optimis !!!

(Selesai)



Rabu, 03 Oktober 2018

Lirik Lagu Tegalan : Poma Rong Poma

Nyungsang njempalit, enyong ngudag rejeki
Nggo makani bojo, karo anak loro
Saben dinane enyong kudu riwa-riwi
Nggoleti gawean sing bisa dadi duit

Kadang mangkat esuk balike bengi
Kadang ninggal sholat klanen ngaji
Mung bae hasile... belih ngorupi
Kayong ngenes temen nasibe wong lanang, sing gemiyen sungkan luruh kepinteran

Hai... bocah enom' aja nganti urip kaya enyong
Umpamane sambel terasi laka uyahe
Nyesel saiki langka gunane
Mung bisa pasrah, apa anjoge ?

Enyong mung nuturi
Kentenga ngangsuh ilmu dinggo sangu
Mbesuk angger ngalami tua
Ora keder luruh sandang pangan

Urip bakal seneng, ibadah anteng...
Poma rong poma, aja pada tiru enyong
Cukup samene, enyong bae contone...

Minggu, 09 September 2018

Puisi : Revolusi Moral

Debu-debu jalanan menerkam mataku
Angin bertiup merepa rambut hitamku
Tukang parkir berambut cepak nan garang
Berebut lahan dengan cara yang curang

Keperawanan sudah bukan lagi kebanggaan
Terjual murah hanya demi uang recehan
Pakai sorban, wajah berjenggot dan berjubah panjang
Teriak bid'ah, haram dan thogut pada semua orang

Aku sendiri cuma menyinyir
Aku sendiri hanya menyindir
Geleng-geleng kepala
Geleng-geleng mata

Moral merosot akibat gangguan jiwa
Penyakit hati sudah seperti hama musiman
Nilai sosial diukur dari hadiah semata
Jeratan setan mencekik hak keadilan

Tinggal menunggu waktunya tiba
Yang benar dianggap salah
Tinggal menunggu harinya tiba
Yang salah dianggap benar

Individualistis agamis kacaukan konstitusi
Hedonis kapitalis menyumbat hati nurani
Inikah sebuah revolusi ?
Ataukah sebuah demoralisasi ?

Tanyakan otakmu...
Tanyakan hatimu...
Terserah kau saja...
Terserah kalian saja...

Puisi : Amarah


Sungguh tiada kusangka
Dirimu berani mendua
Menghentikan cinta kita
Yang cukup lama terbina

Cerita indah berakhir duka
Dirimu sudah tak lagi setia
Pahitnya lagi kau berdusta
Setelah hadirnya nestapa

Mungkin aku telah berdosa
Membiarkan terhanyut dalam nikmatnya luka
Lebih parah dari secuil realita
Ironi membusuk dalam alur asmara

Meletus dan memuntahkan lava
Amarah bercampur dengan nista
Melepuhkan hati nurani di jiwa
Menghanguskan akal sehat di kepala

Puisi : Sendu Di Kala Hujan

Angin kencang disertai petir
Hujan pun turun basahi hilir
Kedua mataku seakan tersihir
Saat kehilangan cinta bergilir

Surat terakhirmu telah kubaca
Pipiku terasa berlinang air mata
Rasa rindu justru berakhir pilu
Kenangan bersamamu telah berlalu

Banjir pipiku membendung air mata sendu
Membaca surat undangan pertunanganmu
Takdir seperti tiada kunjung bahagia
Mungkinkah aku akan menjadi gila

Hilang sabarku, luntur senyumku
Mencair nuraniku, pudar akalku
Kilat menjadi saksi hancurnya diri
Meluap sudah kemarahanku ini

Ingin kubantai semua orang di dunia ini
Termasuk lelaki yang kini bersanding disisimu
Sebagai tumbal amarah senduku ini
Biar dunia tahu aku masih mencintai dirimu

Puisi : Ular Tua

Hai kau... Ular tua
Hidup di semak-semak itu
Keluarlah dari sarangmu
Tunjukkan siapa sebenarnya dirimu

Hai kau... Ular tua
Kulitmu terkelupas habis tiada sisa
Taringmu tajam cairan berbisa
Racunmu lumpuhkan segalanya

Panjang tubuhmu melilit korbannya
Mati tercekik dalam cengkeramannya
Mencari mangsa tanpa pilih kasih
Sikat habis sasaran sampai bersih

Masuk ke lubang yang dalam
Mencari kenikmatan yang terpendam

Ular tua... Ular tua... Usia semakin senja
Ular tua... Ular tua... Tubuh lemah tak bertenaga
Ular tua... Ular tua... Lidah menjulur panjang
Ular tua... Ular tua... Kerjanya mencari peluang

Ingat istri, anak, menantu dan cucumu
Jangan hanya menuruti keinginan dan nafsumu
Sergapanmu melingkari tubuh perawan
Perawan terlena segala macam rayuan

Jangan harap dirimu menjadi seekor naga
Bagiku dirimu hanyalah seekor cacing tanah
Semakin tua kau semakin gila wanita
Dagingmu dari jauh tercium bau tanah

Puisi : Hari Raya Kelabu

Setiap kumengingat datangnya bulan syawal
Hatiku sakit kala mendengar suara itu
Apa lagi ketika memandag wajah dicermin
Kuteringat kisah cinta yang dahulu terjadi

Pada awal bulan Sya'ban, kutemui sepucuk surat undangan
Terlihat jelas untuk diriku, undangan ini kudapatkan

Alangkah terkejutnya diriku, tertulis namamu bersanding dengan nama orang lain
Rupanya engkau lebih memilih yang lain, daripada denganku

Kupikir keputusanmu akan berubah untuk kembali padaku
Namun nyatanya itu malah membuatmu lupa denganku
Jangan harap aku akan datang memberi restu kepadamu
Sebab aku masih enggan memberi maaf kepadamu

Lupakan saja, kenangan dimasa dulu
Lupakan saja, jadilah ini hari raya kelabu

Puisi : Tak Sudi Menerimamu Kembali

Sudah terlambat kau meminta maaf
Kini kutak mau lagi mendengar seluruh alasanmu
Tiada lagi wajah ramah untuk kuperlihatkan
Kepada dirimu yang dahulu mendustaiku

Anggap saja kita tak pernah bertemu
Anggap saja kita tak pernah saling mencintai
Mulai sekarang kita adalah musuh
Mulai sekarang kita saling menjatuhkan

Tak sudi menerimamu kembali
Tak sudi menerimamu disini
Coretan lama yang tercetak indah
Coretan lama berubah jadi masalah

Aku tak ingin kau banyak bicara
Sekarang sudah terbukti kebenarannya
Biarpun kini kau telah berkeluarga
Sekarang aku akan mencoba berbalik buat kau menderita

Puisi : Di Bawah Matahari Yang Sama

Kulihat fajar menyingsing gelapnya malam
Ayam berkokok diatas atap rumahku
Embun pagi jatuh menetes dari kelopak bunga
Jatuh membasahi tanah yang mengigil dingin

Manusia merenung dan mengurung diri di kamar mandi
Apa yang akan terjadi hari ini ?, Itulah katanya...

Mereka berada dibawah matahari yang sama
Merasakan panasnya hingga hangus kulitnya
Mereka berada dibawah matahari yang sama
Merasakan terangnya yang menyilaukan mata

Sepanjang hari hanya memikirkan diri sendiri
Seakan tak peduli nasib lainnya
Sepanjang malam hanya makan minum
Seakan esok tiada orang menanti bantuannya

Jatuhlah mereka kala matahari menjilat ubun-ubunnya
Terbakar ditengah gurun keabadian

Puisi : Hijaunya Alam


Bukit gundul tanpa pepohonan
Kini terlihat mengkhawatirkan
Lebatnya rumput tinggal kenangan
Terik mentari membakar seluruh hutan

Terdiam membisu aku termenung
Dunia menjerit wajahnya murung
Hijaunya alam itulah mimpiku
Hijaunya bumi itulah harapanku

Ku tak ingin terulang lagi
Hancurnya alam karena bencana
Ku tak ingin terjadi lagi
Terlantarnya alam karena manusia

Puisi : Entah Dimana ?


Aku bingung sendiri
Aku kecewa sendiri
Aku terpuruk sendiri
Aku menangis sendiri

Di Depan Kedua Mataku
Kau Menghilang Jauh
Di Dalam Relung Hatiku
Kau Menghilang Jauh

Entah Dimana Kau Berada
Entah Dimana Kau Bersembunyi
Kucari, Kunanti, Kuhadapi
Kucari, Kunanti, Kuhadapi

Kenyataan ini, Rintangan ini
Pasti akan kulewati sendiri

Puisi : Pantat Berkarat


Foto : Via Vallen

Menari-nari sambil bernyanyi
Suara buruk tiada peduli
Uang mengalir ke rekening pribadi
Asal perut selalu terisi

Malam menjelang udara dingin
Diluar banyak penjilat berdarah dingin
Lagi-lagi terlihat disana
Gemerlap lampu panggung menyala

Setan tertawa terbahak-bahak
Riasan wajah terlihat galak
Mau sampai kapan ini terjadi
Pantat berkarat menjijikan sekali

Tiada peduli ocehan masyarakat
Walaupun diri dianggap bangsat
Goyang pantat, pantat berkarat
Lebih berharga dari emas 24 karat

Puisi : Kejamnya Dunia


Sudah lama kujalani hidup ini
Namun tiada berubah nasib ini
Berbagai macam cara dilakukan
Bahkan sampai rela jadi korban

Makan asam garam
Minum air raksa
Mandi keringat darah
Tidur berselimut derita

Rasanya alangkah membosankan
Merasakan kejamnya dunia fana
Harga diri kini telah tergadaikan
Demi sebuah kenikmatan sementara

Puisi : Bayangan & Harapan


Perkataanmu sungguh meyakinkan
Namun berujung menyakitkan
Perbuatanmu begitu mengagumkan
Malah akhirnya menjadi memilukan

Aku sangat percaya padamu
Sejak awal aku yakin padamu
Janji tempo hari kuingat selalu
Hingga terbawa angin lalu

Kalau saja aku tidak meyakinimu
Mungkin tiada kata sesal dihatiku
Semua itu hanya bayang semu
Semua itu hanya harapan palsu

Jumat, 07 September 2018

Puisi : Hanya Ada Satu Kata

Keadaan semakin tak menentukan
Ketika bangkai-bangkai berserakan
Seakan tak mampu melawan
Namun itu bukanlah suatu alasan

Percikan api membakar nurani
Hanguskan jiwa raga insani
Kotoran menempel dan berbekas
Ayo bangkit, janganlah malas

Hanya ada satu kata
Untuk bangunkan raga
Hanya ada satu kata
Untuk dinginkan jiwa

Maju terus pantang mundur
Jangan kabur apalagi tersungkur
Cinta kasih kini hancur lebur
Nasi sudah menjadi bubur

Hanya ada satu kata
Lawan... Lawan... Lawan... !
Hanya ada satu kata
Lawan... Lawan... Lawan... !

Perjuangan belum usai
Tak pantas kita lalai
Bukan waktunya berandai-andai
Apalagi sampai jatuh terbuai

Puisi : Kembali Bersemi

Kering kerontang seluruh jiwaku
Menanti hujan turun lebat nan deras
Gersang membentang seluruh ragaku
Menanti hujan basahi tubuhku yang panas

Seakan tiada arti, aku jalani semua ini
Bila keadilan kembali, pasti aku akan mencari lagi

Kehidupan sunyi tanpa kawan
Mencengkram seluruh perasaan
Gusar sudah konsentrasi di otak ini
Melihat kebodohan sudah jadi suratan

Ingin rasanya melawan ketidakadilan ini
Namun semua itu sulit untuk diwujudkan
Kembali bersemi impian yang dulu terpendam
Hingga akhirnya berbuah menjadi dendam

Kembali bersemi harapan yang dulu terbayang
Semoga nanti akan datang waktu yang gemilang

Bercumbu dengan waktu
Melepas sisa-sisa masa lalu
Mencoba keluar dari jalan buntu
Demi tuntaskan kisah yang pilu

Jumat, 17 Agustus 2018

Kisah Arjuna Sasrabahu : Danaraja Ngraman (Episode 04)

 Gambar : Bathara Narada

Prabu Kartawirya harus segera sampai di sana agar tidak ketinggalan jalannya pertempuran.
Dengan mengendarai kuda, raja Mahespati itu melaju cepat' suara hentakan kaki kuda menjadi penentu kapan Prabu Kartawirya bisa bersatu dengan rombongan.
Tidak disangka, sesampainya di pinggiran medan tempur' sang prabu mulai mendengar gemuruh yang diduga adalah bunyi denting pedang dan tombak.
Prabu Kartawirya menyedari bahwa prajurit-prajurit Mahespati tidak bisa bertempur dengan baik tanpa komandonya. Sebagai wujud kehadirannya di medan tempur, Prabu Kartawirya mengirim pesan lewat ilmu telepati kepada Patih Surata.
Di medan tempur, Patih Surata merasakan firasat positif dan hal itu menjadi pertanda bahwa Prabu Kartawirya sudah berada di medan perang.
Optimis, itulah kata yang ada didalam pikiran Patih Surata setelah ia menduga bahwa dirinya memperoleh pesan lewat ilmu telepati.

Pasukan dari Mahespati masih menguasai jalannya pertempuran, tetapi dalam tekanan yang besar karena lawan yang dihadapi adalah pasukan dari Lokapala' karena menang jumlah, pasukan yang menyerbu jauh lebih agresif.
Patih Surata kewalahan menghadapi puluhan bahkan ribuan serangan dari berbagai penjuru. Dan tidak disangka, tanpa sadar Patih Surata mulai mengetahui berapa perbandingan kekuatan pasukan Mahespati dengan pasukan Lokapala.
Jumlah pasukan Mahespati rupanya tidak cukup menguasai, akhirnya banyak prajurit yang gugur. Sementara itu Senapati Kartanadi masih berkutat dalam pengepungan dan tidak bisa berbuat banyak.

Akan tetapi suasana dalam tekanan itu berubah 180 derajat setelah dari jauh muncul sesosok penunggang kuda.
Akhirnya Prabu Kartawirya datang membantu pasukannya yang bertempur dalam kepungan, sambil berkendara di atas pelana' sang Prabu melepas anak panah neraca bala sehingga puluhan prajurit dari Lokapala menyebar karena takut terkena panah.
Patih Banendra yang menikmati jalannya pertempuran mulai terkejut saat pasukan dibawah kendalinya bubar mawut. Dari jauh ia melihat anak panah yang jumlahnya ribuan' sontak Patih Banendra menduga bahwa orang yang melepas anak panah sebanyak itu bukan orang sembarangan.
Patih Banendra lantas mengirim pesan lewat ilmu telepati kepada Prabu Danaraja bahwa orang yang dinanti sudah muncul.
Sementara itu, di negeri Lokapala' Prabu Danaraja menerima pesan itu dan segera bergegas menyusul ke medan perang.

Prabu Kartawirya dengan gagah berani melawan seluruh prajurit Lokapala yang mulai mundur perlahan.
Melihat sang Prabu beraksi, seluruh prajurit Mahespati ikut terbakar semangatnya dan mengikuti Prabu Kartawirya untuk membantu memundurkan musuh.
Tetapi, perlawanan pasukan Mahespati tidak berlangsung lama' dari jauh muncullah orang yang selama ini ditunggu. Dialah Prabu Danaraja dari Lokapala yang mulai menampakkan diri turut berperang.
Keadaan semakin mencekam dan sulit diprediksi, langit pun mulai mendung dan suara petir terdengar mengguncang mayapada.

Prabu Danaraja memperlihatkan kegagahannya dengan menaiki seekor kuda cokelat. Sambil membawa sebilah pedang, Prabu Danaraja melaju kencang menerjang barisan lawan.
Prabu Kartawirya menyambut kedatangan lawan utamanya, sambil mempersiapkan diri' sang Prabu memikirkan siasat guna mengalahkan raja Lokapala itu.
Suasana mengguncang jagad raya karena Prabu Kartawirya dan Prabu Danaraja akan beradu senjata pusaka. Maka terjadilah adu panah dari jarak jauh antara dua orang raja.
Prabu Kartawirya melepas panah-panah saktinya, begitu pun Prabu Danaraja yang juga melakukan hal serupa. Seluruh prajurit yang masih terlibat baku hantam malah turut menjadi korban hujan jemparing panah.
Tidak sedikit korban bergelimpangan diantara kedua belah pihak, prajurit Mahespati dan Lokapala bubar berantakan karena mencoba menghindar dari serbuan anak panah.

Para Dewa menyaksikan pertarungan sengit antara Prabu Kartawirya dengan Prabu Danaraja, mereka begitu khawatir lantaran raja Lokapala tersebut memiliki jurus rahasia yang membuatnya sulit dikalahkan yakni Jurus Rawarontek.
Dari kahyangan Jonggirisaloka, Batara Guru mulai was-was jika Jurus Rawarontek muncul dimedan perang karena bisa membahayakan semua orang.
Lantas, Batara Guru memerintahkan Batara Narada untuk datang ke Pertapaan Grastina dimana Dewi Danuwati berada. Tugasnya sudah jelas, ialah membantu istri Prabu Kartawirya bersalin dengan bantuan para Bidarari sebagai bidan.
Batara Narada segera memenuhi perintah, patih para dewa itu turun ke bumi bersama para bidadari menuju Pertapaan Grastina.
Cerita berganti di pertapaan Grastina, Resi Gotama dan Dewi Indradi masih mengawasi kondisi kesehatan Dewi Danuwati yang mulai labil akibat kontraksi.
Resi Gotama berharap kondisi permaisuri Prabu Kartawirya baik-baik saja, tapi rupanya diluar perkiraan sang dewi mulai merasakan sakit yang teramat sangat.
Resi Gotama memerintahkan Dewi Indradi menenangkan Dewi Danuwati yang mulai kesakitan, suara teriakan semakin nyaring terdengar.

Untungnya Batara Narada datang tepat waktu, bersama para bidadari dewa bertubuh cebol itu mengunjungi Resi Gotama yang sedang khawatir.
Resi Gotama menghaturkan sembah, Batara Narada menerima sembah sang Begawan. Kali ini tujuan Batara Narada ke bumi adalah turut membantu kelahiran Dewi Danuwati. Resi Gotama cukup senang dengan apa yang ditawarkan oleh Batara Narada.
Tanpa basa-basi, Batara Narada segera memerintahkan para bidadari memproses persalinan Dewi Danuwati agar cepat selesai.
Suasana dramatis mewarnai jalannya proses persalinan, Dewi Danuwati mulai menjalani tahap demi tahap persalinan yang menyakitkan.
Keringat dan jerit menjadi bumbu yang tidak bisa terlepas, para bidadari dengan cekatan dan telaten berhasil membuat Dewi Danuwati sukses melahirkan seorang anak.
Sesuai ramalan, anak yang lahir berjenis laki-laki dengan cahaya berkilau. Bisa jadi anak yang baru lahir itu adalah titisan Batara Wisnu.
Kemudian setelah semuanya berlalu, para bidadari melapor kepada Batara Narada bahwa persalinan telah usai dan berjalan sukses.
Lalu, Resi Gotama dan Dewi Indrandi ikut masuk ke dalam menemui Dewi Danuwati. Mereka berdua memuji syukur atas keselamatan sang dewi, rupanya tidak hanya sang bayi yang lahir tetapi juga munculnya sebuah senjata sakti.
Resi Gotama mengambil senjata sakti itu disamping sang bayi, pertapa tua itu mengatakan bahwa senjata sakti ini adalah milik Batara Wisnu.

Batara Narada segera memerintahkan Resi Gotama untuk mengirim senjata itu kepada Prabu Kartawirya yang sedang bertempur guna mengusir wadyabala Lokapala.
Resi Gotama pun lantas berangkat ke medan perang menemui Prabu Kartawirya. Cerita berganti, kali ini di medan perang' Prabu Kartawirya dengan gesit melakukan serangan-serangan terhadap Prabu Danaraja.
Keduanya saling beradu kesaktian, tidak jarang banyak prajurit dari kedua belah pihak yang terkena sisa serangan.
Ada yang terbakar tubuhnya, ada yang patah kakinya, ada yang putus leher dari kepalanya dan ada yang buntung kedua tangannya.
Dampak dari pertarungan itu menyebabkan korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Nyatanya dua raja besar itu tidak ada yang mau mengalah.

Untuk mengakhiri pertarungan, Prabu Kartawirya menggunakan senjata pusaka berupa anak panah. Dilepaskanlah anak panah itu dan tepat menebas leher Prabu Danaraja. Hebatnya, Prabu Danaraja tidak bisa mati karena tubuhnya dilindungi oleh Aji Rawarontek yang membuat organ tubuhnya kembali bersatu seperti sedia kala.
Tidak kehilangan akal, Prabu Kartawirya kembali melepas anak panah yang jumlahnya lebih banyak. Satu per satu banyak anak panah yang melukai tubuh Prabu Danaraja.
Kedua tangan dan kaki jebol terhempas anak panah, bahkan kepala sang prabu juga ikut jebol terhempas pula. Tetapi, sekali lagi Aji Rawarontek bekerja cepat dan kembali utuh kedua tangan maupun kaki hingga kepalanya.
Prabu Kartawirya begitu jengkel menyaksikan pemandangan yang tidak lazim itu. Ia berganti senjata dari busur ke senjata keris pusaka.
Raja Mahespati itu mencoba bertarung secara dekat agar bisa mencari titik lemahnya. Namun, berkali-kali ditusuk bahkan ditebas sekali pun' Prabu Danaraja begitu digdaya tiada tanding.

Prabu Danaraja amat sakti, ia tidak bisa dikalahkan begitu saja.
Pasukan dari pihak Mahespati mulai khawatir jika raja mereka akan kalah dalam pertempuran.
Prabu Kartawirya semakin nekat, ia akhirnya berani menghadapi raja Lokapala itu dari jarak dekat.
Maka adu hantam tidak terhindarkan, tebasan keris melukai tubuh Prabu Danaraja hingga darah mengalir seperti tetesan air hujan.
Meski sudah dilukai, raja Lokapala putra Begawan Wisrawa itu masih terlihat tangguh bahkan jumawa.

Prabu Kartawirya mulai putus asa karena berkali-kali menyerang tidak kunjung berhasil.
Lalu, dari arah belakang' muncul Resi Gotama membantu Prabu Kartawirya dengan membawa senjata cakra. Alangkah gembiranya Prabu Kartawirya setelah diberi bantuan, maka sang prabu kembali bertarung.
Melihat Prabu Kartawirya membawa senjata cakra, Prabu Danaraja jadi teringat pesan kakeknya yakni Prabu Lokawana raja Lokapala terdahulu.
Mendiang Prabu Lokawana pernah bercerita bahwa kelak akan muncul ksatria penitisan Bathara Wisnu dengan membawa senjata cakra untuk menumpas angkara murka.
Prabu Danaraja mulai ketakutan, ia memerintahkan seluruh pasukan untuk mundur agar tidak merasakan kedahsyatan senjata cakra.

Seluruh wadyabala Lokapala mundur atas perintah Prabu Danaraja karena melihat bantuan datang bagi Prabu Kartawirya.
Akhirnya pertarungan pun dimenangkan tanpa harus mengorbankan lebih banyak korban.
Meski begitu, Prabu Kartawirya masih khawatir jika mereka kembali lagi menduduki bumi Mahespati. Namun, Resi Gotama menjamin bahwa semua masalah keamanan tidak akan mengacaukan kedamaian di masa mendatang.


(Bersambung)


Kisah Arjuna Sasrabahu : Danaraja Ngraman (Episode 03)

 Gambar : Resi Gotama

Prabu Kartawirya memutuskan untuk menyerang pasukan Lokapala pada esok hari, kali ini sang Prabu menargetkan kemenangan untuk mencegah pertempuran yang jauh lebih ganas.
Mengingat kondisi kutaraja sudah porak-poranda akibat serbuan musuh, Prabu Kartawirya menyarankan Patih Surata mengorganisir penduduk untuk segera memperbaiki seisi kota agar tertata rapi.

Sedangkan Senapati Kartanadi ditugaskan memimpin pertempuran melawan wadyabala Lokapala yang diduga bersembunyi di tengah hutan.
Mereka siap sedia menjalankan tugas esok pagi dan pertemuan pun selesai pada malam itu.
Seusai mengadakan pertemuan, Prabu Kartawirya menemui sang Permaisuri Dewi Danuwati yang sedang hamil. Diceritakan Prabu Kartawirya khawatir dengan sang istri yang berbadan dua, kekhawatiran Prabu Kartawirya adalah bagaimana bisa sang permaisuri yang hendak memasuki usia tua kandungan dapat melahirkan dalam situasi yang kurang aman.

Prabu Kartawirya mendapat ide, ia akhirnya mengungsikan Dewi Danuwati ke pertapaan Grastina yang merupakan lokasi paling aman.
Kemudian Prabu Kartawirya segera mengungsikan Dewi Danuwati ke pertapaan Grastina dibawah pengawasan Resi Gotama yang tidak lain adalah guru semasa masih menjadi pangeran.
Resi Gotama menerima kehadiran Prabu Kartawirya, sang Resi juga siap menjalankan perintah demi keselamatan permaisuri.
Bahkan selama Dewi Danuwati berada di pertapaan Grastina, ia ditemani Dewi Indrandi yang merupakan istri Resi Gotama.
Dalam sebuah pertemuan, Resi Gotama memberitahu kabar baik untuk Prabu Kartawirya bahwa sebentar lagi titisan Bhatara Wisnu akan turun ke alam mayapada memberantas angkara murka. Prabu Kartawirya ingin tahu, siapakah titisan Bhatara Wisnu yang dimaksud ?
Dengan ringkas, Resi Gotama mengatakan bahwa titisan Bhatara Wisnu tersebut adalah anak yang dikandung Dewi Danuwati.

Alangkah gembiranya Prabu Kartawirya mengenai berita baik nan agung itu. Ini merupakan sebuah kehormatan bagi dirinya, karena dipercaya menjadi Ayah dari seorang ksatria titisan Dewa.
Resi Gotama mengatakan sudah saatnya Dewi Danuwati untuk bersalin, jaraknya sekitar seminggu lagi. Lantas, Prabu Kartawirya tetap tinggal di pertapaan Grastina selama seminggu guna menanti kelahiran sang janin.
Tak disangka saat pembicaraan antara Prabu Kartawirya dengan Resi Gotama berlangsung, datanglah Bhatara Narada menemui kedua figur terhormat itu.
Dengan penuh kegembiraan, Bhatara Narada mengatakan bahwa titisan Bhatara Wisnu akan segera lahir. Dan yang lebih menggembirakan lagi bukan cuma satu tetapi ada dua' namun yang kedua ini masih dirahasiakan.
Yang jelas titisan Bhatara Wisnu yang kedua ini akan menjadi pendamping anak yang dikandung Dewi Danuwati kelak.
Menurut petunjuk, titisan Bhatara Wisnu yang kedua itu nantinya akan menjadi Patih di negeri Mahespati pada zaman pemerintahan sesudah Prabu Kartawirya.
Uniknya, titisan Bhatara Wisnu yang kedua ini terlahir dari keluarga trah Witaradya/kaum Brahmana dan memiliki senjata ampuh bernama Cakrabaskara.
Sedangkan janin yang dikandung Dewi Danuwati adalah titisan Bhatara Wisnu dengan kelebihan mampu berubah wujud menjadi Brahala Sewu/Raksasa Berkepala Seribu yang mengerikan.

Bhatara Narada mengatakan bahwa titisan Wisnu yang akan turun ke mayapada nanti dipercaya akan menjadi pemimpin bijaksana dan mampu memakmurkan rakyatnya.
Atas saran Bhatara Narada, Prabu Kartawirya harus melakukan ritual untuk menyambut kelahiran sang jabang bayi dengan menyiapkan sesaji berupa seekor kuda.
Prabu Kartawirya menyanggupi dawuh Bhatara Narada, sedangkan Resi Gotama ditugaskan untuk memimpin ritual penyambutan kelahiran.
Seusai memberitahu, Bhatara Narada undur diri dari hadapan kembali ke Kahyangan. Kemudian, Prabu Kartawirya segera melaksanakan apa yang diamanatkan tadi.
Keesokan harinya, seluruh cantrik di pertapaan Grastina bergotong royong menyiapkan piranti guna menyempurnakan sebuah ritual.
Selesai menyiapkan piranti, para Cantrik melapor bahwa seluruh persiapan telah matang dan siap dilaksanakan.

Dengan khidmat ritual suci di pertapaan Grastina berlangsung, seluruh persiapan sudah dijalankan. Giliran Prabu Kartawirya dan Dewi Danuwati yang sudah memakai busana serba putih disirami air bunga tujuh rupa.
Resi Gotama membacakan mantra dan doa-doa suci kepada Dewata agar keselamatan janin yang dikandung terjaga dengan baik.
Berikutnya Resi Gotama memimpin penyerahan sesaji berupa seekor kuda, dalam bahasa sansekerta disebut Aswawedha. Kemudian kuda yang sudah dimandikan itu dilepas sebagai pertanda bahwa seluruh malapetaka akan segera menjauh dari seluruh kehidupan manusia.

Cerita berganti, dimana suasana ramai meliputi wilayah perbatasan negeri Mahespati.
Patih Surata dan Senapati Kartanadi berdiri memimpin pasukan guna menggempur dan menekan para prajurit Lokapala yang diduga bersembunyi di hutan.
Seluruh pasukan siap siaga dengan persenjataan lengkap, mereka menunggu aba-aba dari Senapati Kartanadi. Meskipun belum memulai penyerangan, Patih Surata meminta agar tetap waspada karena takut diserang secara mendadak.
Senapati Kartanadi begitu khawatir dengan keadaan Prabu Kartawirya yang kini berada di pertapaan Grastina bersama sang permaisuri.
Namun, Patih Surata menjamin keselamatan sang Prabu aman karena berlindung di tempat dimana dahulu menimba ilmu.

Seluruh pasukan dari Mahespati terlihat waspada dan tetap pada posisinya. Prajurit berkuda masih di bagian belakang prajurit bersenjatakan tombak, Prajurit bersenjatakan pedang dan prajurit penamah juga siap.
Lalu, dari kejauhan terdengar suara hentakan yang menyerupai suara terompah. Patih Surata menduga suara terompah itu adalah hentakan kaki pasukan dari Lokapala yang mengiring Patih Banendra sebagai panglima perang.
Patih Surata sudah menanti kemunculan Patih Banendra yang dahulu ia hadapi saat pertempuran di kutaraja.
Kemudian, semakin dekat suara langkah pasukan Lokapala mendekati rombongan pasukan Mahespati. Akhirnya muncullah mereka yang sudah lama menanti-nanti, tanpa aba-aba serbuan dimulai dari pihak Lokapala yang dikomandoi oleh Patih Banendra.
Patih Surata tidak tinggal diam, pasukan Mahespati serukan maju melawan pasukan dari Lokapala.

Pertempuran antara kedua belah pihak tidak bisa dihindari, Patih Surata dan Senapati Kartanadi menyerang pasukan pimpinan Patih Banendra dari Lokapala.
Denting pedang dan lesatan anak panah mewarnai jalannya pertempuran di perbatasan.
Patih Surata berharap Prabu Kartawirya segera menyusul rombongan pasukan Mahespati agar moral seluruh wadyabala bisa berkobar layaknya api tersiram minyak.
Patih Surata belum mau menyerang dulu karena Patih Banendra belum juga turun gelanggang. Sementara itu Senapati Kartanadi maju melawan ribuan prajurit Lokapala yang lumayan mumpuni.
Akibatnya tebasan pedang yang diayunkan Senapati Kartanadi berhasil menghabisi puluhan nyawa prajurit yang mengepung dirinya.
Sedangkan prajurit Mahespati yang mengawalnya menyebar membantu lainnya demi memperoleh dominasi tanpa balasan.
Patih Banendra punya rencana, dimana ia sudah memprediksi akan dikalahkan. Tetapi, itu baru sekedar mengulur waktu karena orang nomor satu di Kerajaan Lokapala akan datang mengikuti perang.

Patih Surata dari jauh begitu heran dengan mimik wajah Patih Banendra yang tidak khawatir dengan kondisi pasukannya yang kian menipis.
Lalu, Patih Surata memerintahkan seluruh pasukan untuk memperlambat tempo penyerangan agar menghemat tenaga. Semua prajurit yang mendengar suaranya segera melaksanakan perintahnya.
Cerita berganti di pertapaan Grastina, Prabu Kartawirya sedang memakai baju perangnya dan mempersiapkan senjata tempur untuk menyusul rombongan pasukan Mahespati.
Dewi Danuwati takut bila terjadi apa-apa pada suaminya itu, namun Resi Gotama mencoba menenangkan hati Dewi Danuwati yang kala itu sedang hamil tua. Begitu pun Dewi Indrandi yang ikut mengawasi kondisi fisiknya.
Prabu Kartawirya pamit, ia segera berangkat menuju medan perang menemui Patih Surata yang masih bergelut dengan suasana penuh kekejaman.

(Bersambung)

Kisah Arjuna Sasrabahu : Danaraja Ngraman (Episode 02)


 Gambar : Patih Surata

Tanpa disadari, dari jauh terlihat perahu-perahu besar menyeberangi Selat Selong menuju utara.
Ternyata dari sana ada sekelompok prajurit yang berasal dari negeri Lokapala, artinya memang Prabu Danaraja benar-benar ingin menyerbu negeri Mahespati karena dianggap ikut campur atas sengketa negeri tersebut dengan negeri Alengka.
Pasca kejadian tempo hari, Prabu Danaraja memerintahkan seluruh prajurit Lokapala menyerbu Mahespati karena dianggap mengganggu urusan pribadi.
Negeri Mahespati dalam bahaya, lalu bagaimanakah penjagaan di pos yang dilakukan prajurit-prajurit Mahespati ?

Beberapa anggota intelijen Kerajaan Mahespati yang mengawasi gerak-gerik pasukan dari Kerajaan Lokapala melaporkan kehadiran musuh.
Maka, Prabu Kartawirya memerintahkan untuk segera menyiapkan bala bantuan dan bala cadangan untuk siasat perang yang jitu.
Kali ini Patih Surata yang diberi wewenang untuk membuat formasi tempur. Bahkan Senapati Kartanadi turut menyimak beberapa himbauan agar tidak menganggap remeh Kerajaan Lokapala yang katanya memiliki pasukan mumpuni.


Pasukan kerajaan Lokapala semakin mendekat dan akhirnya secara menyeluruh berhasil mengepung beberapa jalur menuju kutaraja Mahespati.
Akhirnya prajurit-prajurit Mahespati yang berada di perbatasan berjumpa dengan prajurit-prajurit Lokapala,
Mau tidak mau kedua belah pihak pun bentrok, para prajurit kerajaan Lokapala berusaha menekan para prajurit Mahespati agar terdesak sampai ke kutaraja untuk diperlemah.
Akibatnya tidak sedikit wadyabala Mahespati gugur, mereka jadi bulan-bulanan pasukan Lokapala. Dengan mudah, pasukan dari Lokapala menembus sektor vital sehingga negeri Mahespati benar-benar terkepung.

Negeri Mahespati dalam keadaan darurat keamanan, kerajaan itu diserang hingga seluruh pusat kota terjerembab.
Beberapa telik sandi mulai berlarian menuju istana, mereka melapor kepada Patih Surata dan Senopati Kartanadi sambil membawa berita bahwa pasukan besar dari negeri Lokapala telah berhasil menyerbu kutaraja.
Senopati Kartanadi mulai kehilangan kesabaran atas laporan yang disampaikan salah satu telik sandi. Tanpa berkompromi, ia segera maju sendiri memimpi serangan guna mengusir pasukan kerajaan Lokapala.
Patih Surata melihat bahwa kondisi semacam ini harus disampaikan kepada Prabu Kartawirya, lalu bergegaslah sang patih menemui Prabu Kartawirya.
Ketika menemui sang Prabu, rupanya Prabu Kartawirya sedang siaga menjaga permaisurinya yakni Dewi Danuwati yang mengandung tua.
Prabu Kartawirya memerintahkan untuk segera memimpin pasukan untuk mengusir musuh dari kutaraja, dawuh sang prabu lalu dilaksanakan.

Mau tidak mau terjadilah perang di dalam kutaraja sehingga banyak korban berjatuhan yang tidak terhitung.
Patih Surata menyadari bahwa berperang di dalam pemukiman lebih sulit karena masih banyak penduduk yang menetap dan balum banyak yang mengungsi.
Bahkan beberapa orang yang tidak bersenjata dihabisi oleh prajurit-prajurit Lokapala tanpa ampun, lalu Patih Surata segera melakukan operasi darurat yang seharusnya tidak boleh dilakukan.
Perang di dalam kutaraja begitu mengerikan, hampir beberapa sudut dipenuhi prajurit yang sedang adu kadigdayan. Senapati Kartanadi yang memimpin pasukan bahkan harus mengeluarkan banyak jurus untuk menekan musuh agar keluar dari dalam kutaraja.
Negeri Mahespati benar-benar bagaikan bangkai yang dikerumuni jutaan semut, itulah keadaan yang diceritakan saat ini.

Pasukan negeri Lokapala memang sudah mendominasi jalannya pertempuran, satu demi satu beberapa titik sudah dikuasai.
Operasi pengepungan kutaraja dilakukan oleh Patih Banendra, ia adalah patih senior yang merupakan sesepuh sejak jaman pemerintahan Prabu Wisrawa.
Patih Banendra adalah sosok penting dibalik suksesnya penyerangan negeri Lokapala terhadap negeri Mahespati.
Tidak disangka Patih Banendra bertemu dengan Patih Surata di tengah kota, mereka bertempur memihak pasukannya masing-masing.
Jalannya pertempuran yang seru membuat kedua orang terkemuka ini saling memperlihatkan kesaktiannya. Patih Banendra memang seorang ksatria yang tiada tanding, pengalaman bertempurnya sudah teruji.
Patih Banendra sudah bukan sosok yang asing, mengingat dia memimpin peperangan secara langsung dibawah perintah Prabu Danaraja.

Patih Banendra dan Patih Surata saling beradu kesaktian, mereka memang ksatria yang pilih tanding.
Kedua-duanya memiliki cara bertempur yang sama, adu pedang adalah keahlian mereka.
Tebasan pedang-pedang mereka sangatlah cepat bahkan mampu memotong batu, hingga pada akhirnya Patih Banendra dan Patih Surata imbang dalam pertarungan itu.
Karena remis, maka Patih Banendra yang mengakui kehebatan Patih Surata segera mundur untuk memancing keluarnya wadyabala Mahespati.
Ini sengaja dilakukan agar jumlah korban tidak bertambah, apalagi sampai harus membayar ganti rugi.
Patih Surata merasa lega, karena setelah penyerbuan' pasukan dari Lokapala segera mundur dari medan tempur yang berada di kutaraja.

Namun, Patih Surata masih waspada karena itu pasti taktik untuk menghimpun formasi tempur.
Kemudian Patih Surata menghadap Prabu Kartawirya untuk melapor bahwa prajurit-prajurit Lokapala sudah mundur.
Prabu Kartawirya dengan refleks segera memerintahkan untuk tetap waspada agar tidak terpancing oleh siasat musuh.
Patih Surata mengiyakan perintah itu, lantas Patih Surata kembali menemui Senapati Kartanadi beserta seluruh wadyabala Mahespati untuk menghentikan adu senjata untuk sementara waktu.
Malam pun datang menyelimuti seluruh negeri Mahespati, seluruh punggawa berkumpul di tempat rahasia untuk membicarakan mengenai peristiwa penyerangan kutaraja tadi siang.
Dalam pembicaraan itu, Patih Surata menerangkan bahwa seluruh prajurit Lokapala sudah mundur tapi belum pasti meninggalkan wilayah Mahespati.
Prabu Kartawirya juga berfikir demikian, sang prabu menduga bahwa wadyabala pimpinan Patih Banendra sedang menyiapkan pasukan tambahan yang diperkirakan datang malam ini guna penyerangan hari esok.
Prabu Kartawirya begitu khawatir jika penyerangan kembali terjadi, dengan percaya diri Patih Surata dan Senapati Kartanadi siap siaga menjaga keamanan agar peristiwa itu tidak kembali memakan korban.

(Bersambung)

Kisah Arjuna Sasrabahu : Danaraja Ngraman (Episode 01)

Gambar : Prabu Danaraja

Suatu hari di negeri Mahespati, ada seorang raja yang luar biasa kekuasaannya dan sakti mandraguna. Dialah Prabu Kartawirya yang berkuasa atas wewengkon negeri Mahespati.
Ia merupakan keturunan dari Prabu Heriya, pendiri negeri Mahespati.
Hari itu ia dihadapkan dengan seluruh jajaran menteri dan pejabat kerajaan.

Pada hari itu Prabu Kartawirya sedang berbahagia bahwa permaisuri tercinta, Dewi Danuwati sedang hamil.
Berita ini membuat semua pejabat negeri Mahespati bersukacita karena nantinya akan lahir calon penguasa baru kelak.
Prabu Kartawirya berharap kondisi sang permaisuri baik-baik saja, mengingat saat ini negeri Mahespati sedang dirundung krisis keamanan.
Negeri Mahespati kali ini akan diganggu keamanannya akibat gagalnya sebuah hubungan kerjasama dengan Negeri Lokapala.
Negeri Lokapala berniat meminta bantuan kepada Negeri Mahespati agar mau memerangi Negeri Alengka yang berstatus daerah jajahan Lokapala.
Namun, pihak negeri Mahespati tidak mau memberikan bantuan karena dianggap hendak membinasakan negeri Alengka.


Negeri Mahespati sejatinya tidak menghendaki adanya peperangan antara Negeri Lokapala dengan Negeri Alengka yang terhitung masih dalam satu pulau.
Prabu Kartawirya mencoba mencairkan hubungan kedua negara yang sedang berseteru itu, namun ternyata malah menjadi sebuah bantahan oleh Negeri Lokapala.
Konon, Negeri Lokapala dipimpin oleh Prabu Danaraja yang merupakan putra Resi Wisrawa dengan Dewi Lokawati.
Prabu Danaraja waktu itu ingin sekali membinasakan Negeri Alengka yang dinilai jarang memberikan upeti kepada Negeri Lokapala. Sebuah peraturan berlaku mengatakan bahwa negeri jajahan dibawah kekuasaan Negeri Lokapala yang tidak pernah membayar upeti maka akan dihancurkan.
Itulah yang dikhawatirkan Prabu Kartawirya sebagai raja Negeri Mahespati, jika Lokapala dan Alengka berseteru terus menerus maka akan menjadi perang besar.

Prabu Kartawirya mengutus Patih Surata untuk berangkat ke negeri Lokapala untuk meminta kejelasan mengenai nasib negeri Alengka.
Patih Surata pun berangkat menuju negeri Alengka sambil membawa sepucuk surat yang ditulis oleh Prabu Kartawirya sendiri.
Dengan menaiki perahu penyeberangan, Patih Surata pergi sambil didampingi Senapati Agung Kartanadi berlayar menuju negeri Lokapala.
Harapan Prabu Kartawirya setelah mengirim surat lewat utusan Patih Surata dan Senapati Agung Kartanadi adalah mencairnya perseteruan antara negeri Lokapala dengan negeri Alengka.

Sesampainya di negeri Lokapala, Patih Surata dan Senapati Agung Kartanadi segera menghadap Prabu Danaraja yang sedang didampingi Patih Banendra.
Patih Surata datang membawa surat berisi usulan agar negeri Lokapala tidak mencaplok wilayah negeri Alengka, surat itu kemudian dibaca oleh Prabu Danaraja.
Lalu, setelah membaca isi surat itu Prabu Danaraja murka karena keinginannya untuk membasmi kaum denawa tidak disetujui.
Akhirnya, Patih Surata diusir dari negeri Lokapala dan rencana mendamaikan situasi di negeri itu gagal. Sebagai balasan, negeri Lokapala akan menyerbu negeri Mahespati dengan alasan bahwa Prabu Kartawirya telah ikut campur urusan negara lain.

Keadaan mulai gawat, Patih Surata dan Senapati Bambang Kartanadi undur diri dari hadapan Prabu Danaraja.
Ketika sudah keluar dari keraton, rupanya mereka berdua sudah dikepung seluruh prajurit Lokapala. Maka pertarungan pun tak terelakkan lagi, mau tidak mau misi perdamaian berubah menjadi misi pertumpahan darah.
Keributan terjadi diluar, Patih Surata menganggap ini adalah cara seorang raja menerima tamu dari luar yang tidak sependapat dengannya.

Adu fisik tidak bisa dihindari, seluruh prajurit Lokapala menyerang Patih Surata dengan berbagai macam senjata.
Mulai dari pedang, tombak dan panah mulai membuat keadaan semakin brutal. Patih Surata tidak tinggal diam, ilmu kanuragan yang ia dapat dari Begawan Jumanten, tidak lain dan tidak bukan adalah ayah Senapati Kartanadi ia gunakan untuk menyerang prajurit.
Namun, karena ini hanya sebatas misi diplomatik maka Patih Surata tidak akan membunuh satu orang pun. Ia hanya cukup membuat seluruh lawannya kelelahan.
Bahkan berbagai macam jurus tipuan digunakan untuk menyerang.

Prajurit Lokapala kian terdesak akibat jurus-jurus tipuan milik Patih Surata.
Alhasil, seluruh lawan sudah disingkirkan tanpa menelan korban jiwa. Namun, pertarungan belum selesai...
Senapati Kartanadi masih dalam keadaan kacau, ia masih sibuk menghindari amukan prajurit bersenjatakan tombak. Namun, apa yang terjadi setelah itu' Senapati Kartanadi berhasil membuat konsentrasi semua lawannya buyar.

Kemudian, Senapati Kartanadi menemui Patih Surata dan menyarankan rencana untuk pergi dari Kerajaan Lokapala.
Patih Surata setuju dengan saran Senapati Kartanadi, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk meninggalkan negeri itu agar tidak terjadi huru-hara lagi.
Misi Perdamaian berjalan gagal, tidak ada cara lain selain itu karena Kerajaan Lokapala masih bernafsu untuk menduduki Kerajaan Alengka.
Cerita berganti, Prabu Kartawirya duduk di atas singgasana sambil ditemani para nayaka praja. Sang prabu sedang mengadakan perjamuan minum teh untuk mencairkan suasana setelah beberapa waktu memimpin jalannya sidang istimewa.

Tanpa diduga kembalilah Patih Surata dan Senapati Kartanadi, mereka melaporkan bahwa misi telah gagal.
Prabu Kartawirya pun menyadari bahwa kejadian ini tak bisa dielak lagi, karena masalah ini sudah mencapai titik terpanas. Kemudian, Prabu Kartawirya segera memerintahkan Senapati Kartanadi membentuk formasi penjagaan ketat di seluruh wilayah Mahespati. Hal ini dilakukan agar musuh yang terlibat konfrontasi tidak mudah masuk ke wilayah negeri Mahespati, Senapati Kartanadi setuju atas usulan Prabu Kartawirya dan segera melaksanakannya.

Lalu, seluruh prajurit Mahespati segera melakukan penjagaan yang cukup ketat di seluruh wilayah perbatasan.
Mereka terdiri dari beberapa kompti pasukan kelas atas dan kumpulan jago-jago tanding yang dihasilkan dari pertapaan.
Semua siap siaga dalam menghadapi segala kemungkinan, entah apa yang akan terjadi selanjutnya.

Prabu Kartawirya mewaspadai kedatangan pasukan musuh agar tidak masuk wilayah kerajaan Mahespati.
Apalagi, saat ini permaisuri Prabu Kartawirya sedang hamil tua dan tinggal menunggu hari kelahiran si jabang bayi.

Malam pun menjelang, hawa dingin mulai mendekap seluruh negeri Mahespati.
Prajurit-prajurit Mahespati sibuk berjaga di pos penjagaan, ada yang sedang fokus menatap ke depan bahkan ada yang tertidur karena lelah.
Prabu Kartawirya menatap langit sambil memanjatkan doa kepada dewata agar tidak terjadi hal yang membahayakan seluruh rakyat Mahespati.

(Bersambung)

Selasa, 07 Agustus 2018

Puisi : Seraut Wajah Perawan

Senyum manis dari bibir yang tipis
Oh, terlihat begitu manis
Mengobati luka hati yang teriris-iris
Oh, betapa sangat manis
Gairah di dalam jiwa bagaikan seekor ikan
Terpancing oleh bayangan umpan
Merangsang kerasnya nurani mencairkan diri
Menjadi sangan dingin sekali
Putih merona seraut wajahnya
Membuat terdiam terpana
Tak berdaya orang melihatnya
Seakan diserap semua dahaga
Akankah dirinya menyatu dalam jiwa
Untuk mengisi kekosongan di dalam raga
Merangkul seluruh isi jiwa
Mencumbui seluruh isi raga
Perawan semakin rawan
Terseret arus zaman
Kehilangan kebanggaan
Semakin tak karuan

Sabtu, 04 Agustus 2018

Puisi : Semakin Panas Semakin Membara

Aku tak terima dengan semua ini
Pengkhianatan yang sudah terjadi
Goreskan belati yang lukai dada
Membuatku begitu teramat murka

Janji-janjimu yang dahulu
Tak kunjung kau wujudkan
Yang ada hanya tinggalkan pilu
Terhempas badai di tengah lautan

Ingin rasanya aku menangis
Namun air mataku sudah habis
Ingin rasanya aku pergi darimu
Namun bayangmu menghantuiku

Semakin panas semakin membara
Bila kuingat senyuman wajahmu
Semakin panas semakin membara
Kala kuingat rayuan mautmu

Kalau saja aku menolak cintamu
Takkan begini jadinya nasibku
Terlambat sudah untuk sesali
Bila hati sudah terlanjur mati

Minggu, 22 Juli 2018

Puisi : Bukan Main


Mendapat pasangan sepertimu
Tak hanya rupawan dan menawan
Namun juga seorang yang dermawan
Betapa beruntung diriku

Betapa bangga hatiku
Memiliki pasangan seindah dirimu
Enak dipandang wajahnya
Merdu didengar tutur katanya

Apalagi kalau urusan diranjang
Lagaknya persis dewi cinta
Merayu menggoda secara menantang
Membuat diriku betah dengan dirinya

Perlakuanmu terhadap diriku
Oh... Sungguh bukan main
Perhatianmu terhadap diriku
Oh... Memang tidak main-main

Kewalahan meladeni permainanmu
Kelelahan menghadapi permainanmu
Berlarut-larut dibelai kedua tanganmu
Kesetiaanku selalu hanya untukmu

Rabu, 18 Juli 2018

Puisi : Jeratan Radikalisme

Sikap intoleran mulai bermunculan
Orang-orang semakin diluar jangkauan
Saling caci maki bahkan menjegal sesama
Jadi bahan konsumsi masyarakat kita

Penutup wajah dan penutup kepala
Menjadi simbol perlawanan terhadap kebebasan
Agama cuma jadi sampul belaka
Demi menutupi segala kejahatan

Negara dibangun dengan susah payah
Seenaknya mau diganti dengan khilafah
Adu domba meramaikan persaingan
Setan tertawak terbahak tak tertahan

Teror berdarah merebak dimana-mana
Nyawa tak berdosa jadi korbannya
Kegalauan dan kekhawatiran menggila
Tiada aman lagi mencari segenggam cinta

Surga yang dijanjikan, omong kosong belaka
Tubuh hancur lebur bersama angan-angan
Neraka yang tak diharapkan, menanti dengan suka cita
Radikalisme lunturkan persatuan dalam perbedaan

Puisi : Sholawat Nyupang

Uang dimana uang
Nasi dimana nasi
Jabatan dimana jabatan
Harta dimana harta

Setiap hari kami mencarimu
Sejak fajar hingga senja berlalu
Kuras tenaga dan pikiran tanpa ragu
Membuang waktu dan terus melaju

Namun malah tiada jua didapat
Hingga wajah dikerumuni lalat
Terpaksa bertapa di bawah beringin
Meski harus merasakan hawa dingin

Asal tidak jadi pemuja setan
Apalagi sampai jadi pengabdi setan
Perut ingin kenyang tanpa biaya
Punya harta tanpa banyak kerja

Nyupang... Oh... Nyupang...
Nyupang... Oh... Nyupang...
Jalan pintas untuk sejahtera
Pilihan logis untuk bahagia

Puisi : Senandung Masa Bokek


Hidup ini seakan tiada artinya
Ketika pekerjaan sulit dicari
Hidup sederhana apa adanya
Rasanya cuma bisa gigit jari

Mau beli ini... Mau beli itu...
Uang receh pun tak tersedia
Mau makan ini... Mau minum itu...
Lapar semakin menjerat jiwa

Bokek, itulah kondisi dompetku
Bokek, inilah kondisi nasibku
Bokek, sampai kapankah terjadi ?
Bokek, sampai habis kesabaran ini

Tuntutan hidup mengoyak nurani
Mencabik akal hingga terkapar mati
Harga barang naik tak terkendali
Tiada lagi pilihan selain mencuri

Puisi : Berantakan & Berserakan

Kau hancurkan hidupku
Kau hancurkan mimpiku
Janji yang lama kini kau ingkari
Lembaran yang baru kau ludahi

Makin tidak menentu masa depanku
Makin jauh dari harapanku
Seakan berlanjut tanpa rasa ragu
Lebur bersama nestapa yang pilu

Berantakan sudah sisa-sisa hidupku
Menangis meratapi kisah yang lalu
Berserakan sudah serpihan kenanganku
Merasakan nikmatnya derita sampai ngilu

Kusadari semua sudah terlukis dilangit ke tujuh
Terlambat sudah emosi ini untuk luluh
Tak peduli segala ancaman mereka
Maju saja jalani kenyataan dunia fana

Puisi : Beri Aku Senyum


Frustasi tiada henti seakan melewati batas nurani
Tersiksa dalam ketidakpastian yang terabaikan
Coba kau selami danau keraguan ini
Agar bisa kau temui dimana kebenaran

Wajah cemberut terlihat dari pipimu
Kurasa kau sedang merana karena asmara
Jangan begitu nanti lama-lama jadi galau
Luapkan emosi dengan lesung pipi ceria

Beri aku senyum dari wajahmu
Jangan ragu-ragu hadapi harimu
Bungkam suara saja suara sumbang
Rebutlah kesempatan jadilah pemenang

Puisi : Sejuta Keluh Kesah Bersamamu


Hari-hari yang lalu bersamamu
Melewati jalan setapak yang kelabu
Terperangkap jeratan rindu
Walau harus terpisah sementara waktu

Jauh aku menatap langit biru
Terbayang selalu wajahmu
Keringat mengucur diwajahku
Menanggung banyak beban pilu

Apa pun yang terjadi saat ini
Kita selalu bersama disini
Menahan serangan bertubi-tubi
Melewati rintangan yang menghalangi

Sejuta keluh kesah bersamamu
Bagian dari rangkaian perjalanan cinta
Demi menggapai yang dituju
Korbankan jiwa raga atas nama cinta

Puisi : Generasi Merah Putih

Pemuda-pemudi Nusantara
Berbeda-beda Bahasa
Pemuda-pemudi Indonesia
Berbeda-beda Budaya

Satukanlah asa untuk bangsa
Satukanlah cinta untuk negara
Indonesia Raya...
Indonesia Jaya...

Generasi Merah Putih
Generasi Pancasila
Generasi Berhati Bersih
Generasi Empat Lima

Singsingkan lengan baju
Janganlah kalian malu
Tunjukkan kehebatanmu
Majulah tanpa ragu

Nusantara tercinta menyapamu
Tetesan peluhmu bukti cintamu
Indonesia tercinta memanggilmu
Tetesan darahmu bukti baktimu

Generasi Merah Putih
Generasi Nusantara Raya
Generasi Merah Putih
Generasi Emas Indonesia

Selasa, 03 Juli 2018

Cerita Anak Muda : Rocker Pensiun (Episode 06)

Konser Tour 20 Kota yang akan dijalani The New Bad Boys untuk menghibur seluruh penggemar.
Hebatnya konser ini begitu akbar lantaran diperkuat dengan sound system kualitas internasional dan teknisi alat musik yang tahu selera para personil The New Bad Boys.
Konser tour sudah berlangsung di 6 kota dengan rekor penonton yang berlimpah ruah. Apalagi lagu-lagu mereka itu digemari seluruh kawula muda, bayaran konser yang diterima begitu fantastis.

Cerita berlanjut saat Omen, Zabdiel, Ferry dan Lucky mulai sukses meraih popularitas. Tidak disangka mereka kerepotan untuk mencari pemain tambahan, gunanya untuk menemani posisi Zabdiel sebagai gitaris.
Tidak butuh waktu lama, muncul seorang pemuda bernama Sahili yang bekerja sebagai teknisi gitar.
Kehadiran Sahili membuat seluruh kru konser heran, apalagi sosok yang satu ini bukanlah orang lama. Sahili memang berprofesi sebagai teknisi tapi dia juga bisa bermain gitar, Zabdiel awalnya ragu-ragu memilih Sahili.
Tetapi, karena tidak ada waktu untuk mencari pendamping maka terpilihlah dia sebagai personil tambahan untuk konser-konser yang akan datang.

Konser 20 Kota yang diselenggarakan untuk mendukung promosi album perdana The New Bad Boys berjalan lancar, hampir seluruh kota bergemuruh menyaksikan kehadiran grup musik itu.
Sahili yang notabene personil baru ikut merasakan efek dari popularitas The New Bad Boys.
Dinilai layak, maka Omen mememutuskan untuk mengangkat Sahili sebagai personil ke 5. Semuanya setuju saja, namun mereka harus minta izin dulu kepada mentor-mentor mereka yakni para pemandu bakat yang dahulu menyatukan mereka.

Konser Tour berjalan sukses dan berakhir dengan manis, Omen salut dengan kemampuan Sahili yang mampu mengimbangi ganasnya petikan gitar Zabdiel.
Sahili sudah direkomendasi oleh Omen untuk menjadi personil baru, namun Omen harus meminta izin kepada Eddy' pentolan The Ex Bad Boys yang menjadi orang dibalik terbentuknya The New Bad Boys.
Seminggu kemudian, Omen dan Sahili datang menemui Eddy yang kebetulan berada di markasnya.
Omen bilang bahwa Sahili telah diangkat sebagai anggota baru grup musik tersebut. Mendengar pernyataan Omen, Eddy merasa dilukai karena pengangkatan Sahili sebagai personil baru cukup mengejutkannya.
Sebab, Eddy belum mengenal Sahili dan menurutnya anak muda itu (Sahili) dianggap bukan gitaris hebat dan hanya bisa mengimbangi bahkan belum bisa menyamai kehebatan Zabdiel.

Eddy mengatakan bahwa Sahili belum bisa diterima sebagai anggota baru The New Bad Boys, rupanya restu tidak menyertai.
Di markas The New Bad Boys, Omen sebal karena gagal mendapat restu atas diangkatnya Sahili sebagai gitaris baru.
Kemudian, Lucky memberi masukan bahwa Sahili harus sering ikut konser untuk membuktikan bahwa secepatnya diadakan pengangkatan secara resmi.
Lalu, The New Bad Boys melakoni konser untuk memeriahkan pagelaran budaya di sebuah gedung pertemuan. Disitulah Sahili diberi kesempatan untuk melakoni aksi kedua setelah konser tour beberapa saat yang lalu.
Para wartawan hadir untuk meliput konser itu dan menyorot sosok baru pada lini The New Bad Boys' siapa lagi kalau bukan Sahili yang terkesan membantu Zabdiel memainkan gitar.

Konser berjalan sukses, meski hanya memainkan 5 lagu saja tetapi itu sudah cukup untuk memeriahkan acara.
Sahili terlihat impresif dan bergairah saat memainkan gitarnya, Zabdiel agak senang dan puas dengan apa yang dilakukan rekan barunya itu.
Seusai konser, Zabdiel diwawancarai oleh sejumlah wartawan. Dirinya mengatakan bahwa Sahili adalah sosok yang bisa dibilang sebagai bantuan kekuatan terbaik.

Ketika Zabdiel diwawancarai, para personil The New Bad Boys beristirahat sambil meminum segelas teh yang disediakan panitia.
Omen memulai pembicaraan, dia berkata bahwa Sahili harus segera dipermanenkan sebagai personil biarpun tanpa seizin dari mentor.
Lucky sependapat, sebab ia mengusulkan agar proyek album kedua segera digarap lantaran permintaan pasar meningkat.
Omen setuju dengan usulan Lucky, maka dari itu Omen menargetkan konser di beberapa kota harus tuntas dan memperoleh pendapatan cukup untuk menyiapkan materi album.
Omen bilang bahwa Sahili harus terlibat dalam penggarapan album walaupun nantinya tidak dikehendaki oleh pihak senior.

Tanpa persetujuan, Sahili diangkat sebagai personil baru The New Bad Boys. Tetapi, untuk mengelabuhi mentor-mentor mereka' Zabdiel dan Omen menyuruh Sahili untuk tidak menampakkan diri sebelum para mentor benar-benar ikhlas menerima keberadaannya.
Album kedua siap untuk digarap dengan kekuatan baru dari sosok Sahili, bahkan perencanaan ini sama sekali tidak diketahui oleh mentor. Mereka menggarap album berada di lokasi yang jauh agar tidak di-intervensi pihak manapun, termasuk media.

Disini, The New Bad Boys benar-benar sudah mulai jauh dari arahan karena mereka benar-benar ingin merdeka.
Omen bahkan mulai menulis banyak lirik lagu untuk direkam, meski isinya kurang masuk akal.
Ditambah, Sahili dan Zabdiel mulai memperlihatkan kombinasi tangguh ketika perekaman album berlangsung.
Mungkin inilah tampilan berbeda yang selama ini dirahasiakan kepada penggemar mengenai The New Bad Boys.

Album kedua yang digarap tanpa proses koordinasi ini akhirnya rampung dan siap edar.
Seminggu kemudian, ditoko-toko kaset banyak ditemukan album The New Bad Boys yang baru. Sontak orang-orang yang berjalan di depan toko segera masuk ke dalam untuk menghilangkan rasa penasarannya.

Meski tidak diputar oleh stasiun radio sebagai promosi, album ini perlahan sukses terjual 200 keping dalam waktu hitungan jam.
Luar biasanya, di televisi sama sekali tidak muncul video clip yang menampilkan lagu-lagunya.
Zabdiel menganggap ini adalah inovasi rebelius yang rupanya melawan arus komersialisme. Sebab, musik yang dihasilkan dirinya dan kawan-kawannya cukup aneh bahkan diluar dugaan.
Meski begitu, The New Bad Boys tetap masih jadi grup musik nomor satu. Semua stasiun radio setiap jam memberitakan kemunculan album ini tanpa promosi.
Rupanya ada pihak perusahaan rekaman dimana grup musik ini bernaung sengaja merahasiakan proses distribusi album.

Omen dan kawan-kawan sukses membuat penggemar terkejut lewat album kedua The New Bad Boys.
Tidak ada yang menyangka akan sefantastis ini, bila ditelusuri lebih lanjut bahwa The New Bad Boys mempromosikan album dengan cara sebaliknya agar tidak dipotong pajak.


(Bersambung)