Angin kencang disertai petir
Hujan pun turun basahi hilir
Kedua mataku seakan tersihir
Saat kehilangan cinta bergilir
Surat terakhirmu telah kubaca
Pipiku terasa berlinang air mata
Rasa rindu justru berakhir pilu
Kenangan bersamamu telah berlalu
Banjir pipiku membendung air mata sendu
Membaca surat undangan pertunanganmu
Takdir seperti tiada kunjung bahagia
Mungkinkah aku akan menjadi gila
Hilang sabarku, luntur senyumku
Mencair nuraniku, pudar akalku
Kilat menjadi saksi hancurnya diri
Meluap sudah kemarahanku ini
Ingin kubantai semua orang di dunia ini
Termasuk lelaki yang kini bersanding disisimu
Sebagai tumbal amarah senduku ini
Biar dunia tahu aku masih mencintai dirimu
Hujan pun turun basahi hilir
Kedua mataku seakan tersihir
Saat kehilangan cinta bergilir
Surat terakhirmu telah kubaca
Pipiku terasa berlinang air mata
Rasa rindu justru berakhir pilu
Kenangan bersamamu telah berlalu
Banjir pipiku membendung air mata sendu
Membaca surat undangan pertunanganmu
Takdir seperti tiada kunjung bahagia
Mungkinkah aku akan menjadi gila
Hilang sabarku, luntur senyumku
Mencair nuraniku, pudar akalku
Kilat menjadi saksi hancurnya diri
Meluap sudah kemarahanku ini
Ingin kubantai semua orang di dunia ini
Termasuk lelaki yang kini bersanding disisimu
Sebagai tumbal amarah senduku ini
Biar dunia tahu aku masih mencintai dirimu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar