Jumat, 17 Agustus 2018

Kisah Arjuna Sasrabahu : Danaraja Ngraman (Episode 02)


 Gambar : Patih Surata

Tanpa disadari, dari jauh terlihat perahu-perahu besar menyeberangi Selat Selong menuju utara.
Ternyata dari sana ada sekelompok prajurit yang berasal dari negeri Lokapala, artinya memang Prabu Danaraja benar-benar ingin menyerbu negeri Mahespati karena dianggap ikut campur atas sengketa negeri tersebut dengan negeri Alengka.
Pasca kejadian tempo hari, Prabu Danaraja memerintahkan seluruh prajurit Lokapala menyerbu Mahespati karena dianggap mengganggu urusan pribadi.
Negeri Mahespati dalam bahaya, lalu bagaimanakah penjagaan di pos yang dilakukan prajurit-prajurit Mahespati ?

Beberapa anggota intelijen Kerajaan Mahespati yang mengawasi gerak-gerik pasukan dari Kerajaan Lokapala melaporkan kehadiran musuh.
Maka, Prabu Kartawirya memerintahkan untuk segera menyiapkan bala bantuan dan bala cadangan untuk siasat perang yang jitu.
Kali ini Patih Surata yang diberi wewenang untuk membuat formasi tempur. Bahkan Senapati Kartanadi turut menyimak beberapa himbauan agar tidak menganggap remeh Kerajaan Lokapala yang katanya memiliki pasukan mumpuni.


Pasukan kerajaan Lokapala semakin mendekat dan akhirnya secara menyeluruh berhasil mengepung beberapa jalur menuju kutaraja Mahespati.
Akhirnya prajurit-prajurit Mahespati yang berada di perbatasan berjumpa dengan prajurit-prajurit Lokapala,
Mau tidak mau kedua belah pihak pun bentrok, para prajurit kerajaan Lokapala berusaha menekan para prajurit Mahespati agar terdesak sampai ke kutaraja untuk diperlemah.
Akibatnya tidak sedikit wadyabala Mahespati gugur, mereka jadi bulan-bulanan pasukan Lokapala. Dengan mudah, pasukan dari Lokapala menembus sektor vital sehingga negeri Mahespati benar-benar terkepung.

Negeri Mahespati dalam keadaan darurat keamanan, kerajaan itu diserang hingga seluruh pusat kota terjerembab.
Beberapa telik sandi mulai berlarian menuju istana, mereka melapor kepada Patih Surata dan Senopati Kartanadi sambil membawa berita bahwa pasukan besar dari negeri Lokapala telah berhasil menyerbu kutaraja.
Senopati Kartanadi mulai kehilangan kesabaran atas laporan yang disampaikan salah satu telik sandi. Tanpa berkompromi, ia segera maju sendiri memimpi serangan guna mengusir pasukan kerajaan Lokapala.
Patih Surata melihat bahwa kondisi semacam ini harus disampaikan kepada Prabu Kartawirya, lalu bergegaslah sang patih menemui Prabu Kartawirya.
Ketika menemui sang Prabu, rupanya Prabu Kartawirya sedang siaga menjaga permaisurinya yakni Dewi Danuwati yang mengandung tua.
Prabu Kartawirya memerintahkan untuk segera memimpin pasukan untuk mengusir musuh dari kutaraja, dawuh sang prabu lalu dilaksanakan.

Mau tidak mau terjadilah perang di dalam kutaraja sehingga banyak korban berjatuhan yang tidak terhitung.
Patih Surata menyadari bahwa berperang di dalam pemukiman lebih sulit karena masih banyak penduduk yang menetap dan balum banyak yang mengungsi.
Bahkan beberapa orang yang tidak bersenjata dihabisi oleh prajurit-prajurit Lokapala tanpa ampun, lalu Patih Surata segera melakukan operasi darurat yang seharusnya tidak boleh dilakukan.
Perang di dalam kutaraja begitu mengerikan, hampir beberapa sudut dipenuhi prajurit yang sedang adu kadigdayan. Senapati Kartanadi yang memimpin pasukan bahkan harus mengeluarkan banyak jurus untuk menekan musuh agar keluar dari dalam kutaraja.
Negeri Mahespati benar-benar bagaikan bangkai yang dikerumuni jutaan semut, itulah keadaan yang diceritakan saat ini.

Pasukan negeri Lokapala memang sudah mendominasi jalannya pertempuran, satu demi satu beberapa titik sudah dikuasai.
Operasi pengepungan kutaraja dilakukan oleh Patih Banendra, ia adalah patih senior yang merupakan sesepuh sejak jaman pemerintahan Prabu Wisrawa.
Patih Banendra adalah sosok penting dibalik suksesnya penyerangan negeri Lokapala terhadap negeri Mahespati.
Tidak disangka Patih Banendra bertemu dengan Patih Surata di tengah kota, mereka bertempur memihak pasukannya masing-masing.
Jalannya pertempuran yang seru membuat kedua orang terkemuka ini saling memperlihatkan kesaktiannya. Patih Banendra memang seorang ksatria yang tiada tanding, pengalaman bertempurnya sudah teruji.
Patih Banendra sudah bukan sosok yang asing, mengingat dia memimpin peperangan secara langsung dibawah perintah Prabu Danaraja.

Patih Banendra dan Patih Surata saling beradu kesaktian, mereka memang ksatria yang pilih tanding.
Kedua-duanya memiliki cara bertempur yang sama, adu pedang adalah keahlian mereka.
Tebasan pedang-pedang mereka sangatlah cepat bahkan mampu memotong batu, hingga pada akhirnya Patih Banendra dan Patih Surata imbang dalam pertarungan itu.
Karena remis, maka Patih Banendra yang mengakui kehebatan Patih Surata segera mundur untuk memancing keluarnya wadyabala Mahespati.
Ini sengaja dilakukan agar jumlah korban tidak bertambah, apalagi sampai harus membayar ganti rugi.
Patih Surata merasa lega, karena setelah penyerbuan' pasukan dari Lokapala segera mundur dari medan tempur yang berada di kutaraja.

Namun, Patih Surata masih waspada karena itu pasti taktik untuk menghimpun formasi tempur.
Kemudian Patih Surata menghadap Prabu Kartawirya untuk melapor bahwa prajurit-prajurit Lokapala sudah mundur.
Prabu Kartawirya dengan refleks segera memerintahkan untuk tetap waspada agar tidak terpancing oleh siasat musuh.
Patih Surata mengiyakan perintah itu, lantas Patih Surata kembali menemui Senapati Kartanadi beserta seluruh wadyabala Mahespati untuk menghentikan adu senjata untuk sementara waktu.
Malam pun datang menyelimuti seluruh negeri Mahespati, seluruh punggawa berkumpul di tempat rahasia untuk membicarakan mengenai peristiwa penyerangan kutaraja tadi siang.
Dalam pembicaraan itu, Patih Surata menerangkan bahwa seluruh prajurit Lokapala sudah mundur tapi belum pasti meninggalkan wilayah Mahespati.
Prabu Kartawirya juga berfikir demikian, sang prabu menduga bahwa wadyabala pimpinan Patih Banendra sedang menyiapkan pasukan tambahan yang diperkirakan datang malam ini guna penyerangan hari esok.
Prabu Kartawirya begitu khawatir jika penyerangan kembali terjadi, dengan percaya diri Patih Surata dan Senapati Kartanadi siap siaga menjaga keamanan agar peristiwa itu tidak kembali memakan korban.

(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar