Semua manusia dilahirkan untuk berdosa seumur hidupnya, Kecuali jika ia mau mengikuti perintah Agama dan peraturan Negara.
Selasa, 15 Desember 2020
Puisi : Sebuah Pujian
Rabu, 09 Desember 2020
Jumat, 04 Desember 2020
Selasa, 01 Desember 2020
Puisi : TAI CELENG RASA COKELAT
Angin Timur berhembus ke dalam hatiku
Kamis, 26 November 2020
Puisi : Keluarga
Puisi : Zaman Kemajuan
Puisi : Kapan Kita Punya Rumah ?
Selasa, 17 November 2020
Puisi : Barisan Sakit Hati
Rabu, 04 November 2020
Selasa, 03 November 2020
Puisi : Engkau
Puisi : Doa Tengah Malam
Puisi : Salah Jalan
Puisi : Pemutusan Hubungan
Jumat, 23 Oktober 2020
Puisi : Biarlah Semua Itu Berlalu
Sabtu, 17 Oktober 2020
Senin, 05 Oktober 2020
Kisah Arjuna Sasrabahu : Memboyong Taman Sriwedari (Episode 11)
Jumat, 25 September 2020
Puisi : Cintaku Tertinggal Di Pesurungan
Malam ini aku akan pergi
Merantau ke luar negeri
Diantar oleh dirimu
Wahai Kekasihku
Sehabis aku membeli tiket bis kota
Kau peluk aku sambil berurai air mata
Seakan tak ingin kehilanganku
Namun aku coba tenangkan dirimu
Pesurungan di malam hari
Aduhai sungguh dingin sekali
Jaket kulit ini menjadi saksi
Keberangkatanku
Pesurungan di malam hari
Angin bertiup kencang sekali
Semakin dingin udara malam ini
Kuharap engkau mengerti semua ini
Suara mesin dari knalpot bis
Hatiku semakin teriris-iris
Lambaian tanganmu itu
Akan kuingat-ingat selalu
Jangan pernah anggap perpisahan ini
Sejatinya itu hanyalah sebuah permulaan
Cintaku dan cintamu kini sedang diuji
Ketika jarak dan waktu memisahkan
Bersiaplah untuk menerima
Kepulangankan lusa nanti
Pastikan engkau tetap setia
Menanti kepulanganku nanti
Cintaku tertinggal di Pesurungan
Menghadirkan hangatnya kerinduan
Entah sampai kapan semuanya berlalu
Oh, sayang nantikan kehadiranku
Senin, 21 September 2020
PKI SUDAH MATI, TAPI CARANYA DIPAKAI LAGI
PKI memang sudah mati, tapi ajaran ideologinya masih hidup bahkan abadi hingga kini.
Apa itu ideologi PKI ?
Ideologi PKI adalah menghalalkan segala cara untuk merebut kekuasaan dengan cara menciptakan kekacauan dalam segala bidang.
PKI sudah tidak ada, namun sisa-sia peninggalannya masih bisa kita temui. Lantas mengapa bangsa Indonesia membenci PKI dan menjadikan PKI sebagai sumber umpatan terhadap orang yang tidak seideologi ?
Jawabannya adalah faktor politik, karena persaingan menuju kursi kekuasaan amat ketat. Maka cara kasar dan tidak manusiawi kadang dilakukan oleh sekelompok orang yang dibutakan oleh kemilau jabatan.
Sudah sering kita temui betapa hasrat untuk berkuasa jauh lebih dominan daripada mawas diri. Karena cerita lama tentang gerakan kiri masih jadi bahan omongan semua orang, jadi siapa pun yang tahu hal ini pasti menyimpan rasa penasaran tinggi.
Diam bukan berarti membiarkan, ideologi kiri sebenarnya bisa ikut mati bersama penciptanya. Namun, seiring berjalannya waktu ideologi kiri malah dipakai juga oleh orang berideologi kanan.
Alasannya jelas seperti tadi, politik yang menyilaukan mata hati sehingga butalah orang bermoral itu.
Orang bermoral pun menganggap PKI adalah rujukan untuk merebut kekuasaan secara tidak sah.
Jiwa revolusi masing-masing dimiliki setiap manusia, mereka berhak untuk merevolusi diri sendiri agar bisa merubah haluan politiknya.
Ideologi khas PKI kini jelas terasa dalam kehidupan kita, saling menjatuhkan dan saling melecehkan itulah khasnya.
Mungkin sulit untuk dihilangkan karena apa saja halal untuk dilakukan asal tujuan tercapai.
Rabu, 16 September 2020
Puisi : Sok Suci Sok Bersih
Engkau tiada bedanya dengan sampah
Merasa paling suci sebagai manusia
Merasa paling bersih dari dosa-dosa
Jangan sok bersih
Jangan sok suci
Di dalam hatimu belum tentu bersih
Apalagi isi otakmu belum tentu suci
Kau pamerkan kebaikanmu demi pencitraan
Membagi harta benda tanpa perhitungan
Senyum manismu cerminan sejuta kebohongan
Manis ucapanmu hanyalah sebuah bualan
Manusia terlahir harus berdosa
Tak ada satu pun yang tak berdosa
Ibaratnya bagai kehilangan tongkat
Akhirnya kau menjadi manusia sesat
Kau bangga jadi penguasa
Hanya karena punya segalanya
Belum tentu kau masuk surga
Hanya karena punya kunci surga
Lagakmu bagai seorang mafia
Rakus, tamak dan juga serakah
Sengaja engkau tanam bibit-bibit nista
Tumbuhlah jiwa angkara murka berbuah antah berantah
Puisi : Masih Terasa
Untuk pergi keluar kota
Mencari sebuah pekerjaan
Di tengah luasnya ibukota
Merenungi nasibmu
Tak tahu harus apa lagi
Saat aku harus melepasmu
Masih terasa hangat pelukanmu
Masih terasa segala kebaikanmu
Masih terasa suara dari bibirmu
Semakin hari semakin tak menentu
Dinginnya malam ini tanpa dirimu
Kehadiranmu hangatkan malamku
Tak mampu menggantikan dirimu
Bila suatu saat nanti kau kembali
Engkau masih mengingat diriku
Selasa, 15 September 2020
Cerita Anak Muda : Rocker Pensiun (Episode 13)
Sabtu, 12 September 2020
Jumat, 11 September 2020
Suara Kita : Sertifikasi Ulama Bukan Berarti Membatasi Dakwah
Alasan kenapa MUI menolak sertifikasi ulama karena takut hak berdakwah dan berfatwa dibatasi oleh negara, padahal sertifikasi ulama sejatinya dilakukan untuk membantu ulama dalam perekonomian keluarga mereka.
Sertifikasi ulama dilakukan untuk menolong ulama dari jeratan kemiskinan dan ketergantungan hidup pada umat. Karena ulama adalah tokoh rohaniwan yang biasa hidup miskin, maka wajar ada yang menolak program ini.
Keuntungan sertifikasi ulama adalah ulama dapat bantuan operasional dari negara guna meringankan beban hidup. Jadi inilah kebaikan negara terhadap ulama dan bukan sebagai cara untuk mempersempit jalur dakwah para ulama.
Bukan berarti setelah sertifikasi, para ulama tidak bisa berdakwah secara leluasa. Mereka para ulama justru akan diberi kesempatan untuk menekuni program lain karena memiliki sertifikasi resmi demi kelangsungan hidupnya.
Khususnya bagi ulama-ulama yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, mereka akan memperoleh beasiswa untuk memperlancar pendidikan sekaligus memperkuat ukhuwah antara kaum agamawan dengan kaum birokrat demi persatuan bangsa.
Ulama yang tidak mencerminkan perilaku seorang agamawan akan dibina untuk mendapat sertifikasi supaya bisa diringankan hidupnya. Jadi sertifikasi ulama bukanlah cara untuk mematikan dakwah namun memperjelas nasib ulama agar tidak terkatung-katung.
Dengan demikian, ulama tidak perlu lagi khawatir masa depan mereka terancam dan tidak usah beralih pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan. Manfaatkanlah kemudahan ini supaya kelak bisa memberika kontribusi dalam pembangunan moral bangsa yang berdasarkan pada Pancasila & UUD 1945.
Karya : Joko Lelur
Ide : Joko Lelur
Kamis, 03 September 2020
Suara Kita : Keabadian Menurut Jaksa Fedrik Adhar
Dan hanya tergantung pada manusia kemana ia akan masuk. Tuhan ingin manusia semua berada di surga, dan ia telah dan sedang melakukan yang terbaik untuk kita agar kita masuk ke surga. Tihan, bahkan tuhan, tidak dapat lebih dari ini.
Untuk Kristen, yahudi, muslim, tao, buddhis, hindu, semuanya!
Dan sangat mudah untuk hidup abadi di surga! Cukup percaya pada Yesus Kristus saat ini juga dan anda akan selamat!
Komentar saya : Itu katanya begitu mudah.
Tapi lihat : Bagi yahudi, Kristen adalah aliran sesat yang menyimpangkan ajaran agamanya dengan modifikasi. Anda tidak akan masuk surga kalau ikut ajaran sesat.
Bagi islam, tuhan tidak punya anak dan tidak diperanakkan. Anda tidak akan masuk surga kalau menganggap tuhan punya anak.
Bagi tao, ada banyak tuhan, yesus bias jadi salah satunya, tapi ada yang lebih hebat dari tuhan yaitu tao. Tao jauh lebih hebat lagi dari surga, kenapa harus mengejar surga.
Bagi hindu, ada lebih banyak lagi tuhan, tapi yesus bukan salah satunya. Bila ya, bagaimana hubungannya dengan tuhan lainnya?
Bagi Buddha, tidak perlu yesus untuk mencapai nirwana.
Bagi Fedrik Adhar, mana buktinya?
Bukti kalau keabadian itu ada dua dan kalau agama anda benar ?
Keabadian Diciptakan Secara "Gak Sengaja"
Jadi Masuk Surga atau Neraka pun menurut penurutan Malaikat'
Katanya "Gak Sengaja" Juga Kan...
Berdosa Gak Sengaja
Berbuat Baik Gak Sengaja
Selingkuh Gak Sengaja
Korupsi Juga Gak Sengaja
Apapun Serba Gak Sengaja, Ngelonte Pun Gak Sengaja...
Penulis : Ari Indra Mardjaman
Pengedit : Joko Lelur
Sumber : Akun Pribadi Penulis
Puisi : Paceklik
Debu-debu berterbangan
Menempel di sela-sela kaca
Angin meniup tirai jendela
Para petani memompa air tanah
Dengan diesel tua berkarat
Agar air mengaliri sawah-sawah
Wajahnya hitam agak memucat
Daun menguning di depan halaman
Berguguran jatuh tanpa sisa
Susah cari uang, susah cari makan
Keluarga semakin kurus tubuhnya
Paceklik melanda seisi dunia
Hutan terbakar sinar mentari
Asap mengepul di udara
Menggangu kehidupan sehari-hari
Hutan yang lebat nan hijau
Kini jadi perumahan dan perkantoran
Hati siapa yang tidak galau
Melihat bukit digunduli tanpa disisakan
Alam pun murka meluapkan bencana
Seisi perut bumi mendidih
Muntahan panas menerjang korbannya
Siksa di dunia tidak kalah pedih
Paceklik semakin mencekik
Manusia tiada berkutik
Tidak seindah ukiran batik
Paceklik pintu menuju pandemik