Kamis, 03 September 2020

Puisi : Paceklik

Kemarau rupanya telah tiba
Debu-debu berterbangan
Menempel di sela-sela kaca
Angin meniup tirai jendela

Para petani memompa air tanah
Dengan diesel tua berkarat
Agar air mengaliri sawah-sawah
Wajahnya hitam agak memucat

Daun menguning di depan halaman
Berguguran jatuh tanpa sisa
Susah cari uang, susah cari makan
Keluarga semakin kurus tubuhnya

Paceklik melanda seisi dunia
Hutan terbakar sinar mentari
Asap mengepul di udara
Menggangu kehidupan sehari-hari

Hutan yang lebat nan hijau
Kini jadi perumahan dan perkantoran
Hati siapa yang tidak galau
Melihat bukit digunduli tanpa disisakan

Alam pun murka meluapkan bencana
Seisi perut bumi mendidih
Muntahan panas menerjang korbannya
Siksa di dunia tidak kalah pedih

Paceklik semakin mencekik
Manusia tiada berkutik
Tidak seindah ukiran batik
Paceklik pintu menuju pandemik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar