Kemarau rupanya telah tiba
Debu-debu berterbangan
Menempel di sela-sela kaca
Angin meniup tirai jendela
Para petani memompa air tanah
Dengan diesel tua berkarat
Agar air mengaliri sawah-sawah
Wajahnya hitam agak memucat
Daun menguning di depan halaman
Berguguran jatuh tanpa sisa
Susah cari uang, susah cari makan
Keluarga semakin kurus tubuhnya
Paceklik melanda seisi dunia
Hutan terbakar sinar mentari
Asap mengepul di udara
Menggangu kehidupan sehari-hari
Hutan yang lebat nan hijau
Kini jadi perumahan dan perkantoran
Hati siapa yang tidak galau
Melihat bukit digunduli tanpa disisakan
Alam pun murka meluapkan bencana
Seisi perut bumi mendidih
Muntahan panas menerjang korbannya
Siksa di dunia tidak kalah pedih
Paceklik semakin mencekik
Manusia tiada berkutik
Tidak seindah ukiran batik
Paceklik pintu menuju pandemik
Debu-debu berterbangan
Menempel di sela-sela kaca
Angin meniup tirai jendela
Para petani memompa air tanah
Dengan diesel tua berkarat
Agar air mengaliri sawah-sawah
Wajahnya hitam agak memucat
Daun menguning di depan halaman
Berguguran jatuh tanpa sisa
Susah cari uang, susah cari makan
Keluarga semakin kurus tubuhnya
Paceklik melanda seisi dunia
Hutan terbakar sinar mentari
Asap mengepul di udara
Menggangu kehidupan sehari-hari
Hutan yang lebat nan hijau
Kini jadi perumahan dan perkantoran
Hati siapa yang tidak galau
Melihat bukit digunduli tanpa disisakan
Alam pun murka meluapkan bencana
Seisi perut bumi mendidih
Muntahan panas menerjang korbannya
Siksa di dunia tidak kalah pedih
Paceklik semakin mencekik
Manusia tiada berkutik
Tidak seindah ukiran batik
Paceklik pintu menuju pandemik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar