Penetrasi keenam, istriku makin tidak karuan merasakan kenikmatan
duniawi. Dia begitu senang meskipun harus mendesah berkali-kali.
Kemampuannya menahan rasa sakit betul-betul kukagumi, karena hal berbau
kenikmatan tidak perlu sakit kan...
"Ahhh... Ahhh.... Auwww... Auwww...." istriku mendesah dalam cengkeraman
"Mau lagi ?" tanyaku
Istriku hanya diam, dia seakan sudah siap dibuat lemas tak berdaya. Penetrasi yang perlahan membuat dia merasa nyaman' wajahnya makin menunjukkan betapa nikmatnya pergerumulan malam itu.
"Ahhh... Ahhh... Ehhhhh... Ehhhh... Uhhhhhmmm.... Ahhhhh...." istriku mendesah dengan santai
Suara desahan istriku makin memperpanas suasana, dia yang sendari tadi telanjang bulat dan hanya ditutupi selimut hanya bisa meratap ingin digagahi.
"Uhhhh... Uhhhhh.... Ehhhhmmm... Ihhhhh..... Hawwwww....." istriku mendesah lagi
Penetrasi yang kulakukan sudah hampir mendekati puncak, kali ini istriku memberi isyarat lewat ciuman.
"Mas... Cium bibirku' aku sudah nggak tahan mau keluar" kata istriku sambil menatap wajahku
"Baiklah... Kita mulai" jawabku sambil mendekati bibirnya
Tak lama penetrasi terakhirku bersamaan dengan orgasme yang dikeluarkan istriku. Wah... Dahsyat sekali rasanya, tubuhku menindih tubuhnya yang indah itu.
Cairan lengket yang ada didalam tubuhnya menyatu dengan cairan yang keluar dari alat vitalku. Rasanya hangat dan seperti berendam di kolam air belerang, ditambah licin kulitku dan kulitnya yang saling bersentuhan membuat akhir peraduan ini menjadi berkesan.
"Sayang, aku sudah berhasil membuatmu puas" kataku
"Aku juga mas, apa yang tadi kamu lakukan benar-benar membuatku percaya bahwa aku tidak salah pilih" jawabnya
"Sekarang aku mau menindihmu sebentar, aku masih ingin bersentuhan dengan kulitmu" kataku
"Boleh, tapi aku mau satu lagi" katanya
"Apa itu ?" tanyaku heran
"Cium aku sampai puas" jawabnya
Tanpa aku beritahu, aku mencium bibirnya dengan penuh semangat meski kondisi sudah cukup lelah dan mengantuk.
"Terima Kasih, udah ngajak aku terbang" katanya dengan senyum
"Sama-sama, sekarang aku mau tidur" jawabku
Lalu, ketika alat vitalku sudah mengecil maka tinggal dicabut saja karena tugas sudah selesai. Kemudian aku terlelap disamping tubuhnya yang topless. Malam itu aku tertidur hingga suatu ketika aku terbangun sendiri.
Kulihat disampingku masih terdapat istriku yang tetap telanjang, dan dengan inisiatifku sendiri aku cium bibirnya sebagai cara membangunkannya.
Tak lama, kedua matanya pun terbuka dan memandangku. Dia tidak melawan, hanya terpaku dengan apa yang kulakukan.
Dia begitu sempurna dimataku, wanita yang tetap menjaga kesucian diri hingga datangnya sang pemilik sesungguhnya' dialah aku sebagai suami.
Kemudian aku lepas ciuman bibirku, dia menatapku dengan senyuman manis dan tentu dia begitu terkagum denganku.
"Mas... Orangtuaku nggak salah pilih' ternyata orang yang bisa membuatku puas hanyalah kamu" katanya sambil menyentuh jariku
Aku dibuat terpana oleh ekspresi wajahnya dan suara yang dikeluarkannya. Kemudian dia memeluk tubuhku sembari duduk diatas ranjang. Dia menyandarkan kepalanya yang ditumbuhi rambut panjang sepunggung. Aku merasa sangat bahagia, ciumanku berbalas pelukannya.
Hangat dan nyaman, itulah yang kurasakan saat dia memelukku. Tanpa kusadari, dia mendongak kearah wajahku dengan tatapan yang tajam tetapi penuh harap.
"Mas, belai aku sekali lagi sebelum beraktivitas" bilang dia sambil memegang bahuku
"Kalau begitu sudah siap ?" tanyaku
"Ahhh... Ahhh.... Auwww... Auwww...." istriku mendesah dalam cengkeraman
"Mau lagi ?" tanyaku
Istriku hanya diam, dia seakan sudah siap dibuat lemas tak berdaya. Penetrasi yang perlahan membuat dia merasa nyaman' wajahnya makin menunjukkan betapa nikmatnya pergerumulan malam itu.
"Ahhh... Ahhh... Ehhhhh... Ehhhh... Uhhhhhmmm.... Ahhhhh...." istriku mendesah dengan santai
Suara desahan istriku makin memperpanas suasana, dia yang sendari tadi telanjang bulat dan hanya ditutupi selimut hanya bisa meratap ingin digagahi.
"Uhhhh... Uhhhhh.... Ehhhhmmm... Ihhhhh..... Hawwwww....." istriku mendesah lagi
Penetrasi yang kulakukan sudah hampir mendekati puncak, kali ini istriku memberi isyarat lewat ciuman.
"Mas... Cium bibirku' aku sudah nggak tahan mau keluar" kata istriku sambil menatap wajahku
"Baiklah... Kita mulai" jawabku sambil mendekati bibirnya
Tak lama penetrasi terakhirku bersamaan dengan orgasme yang dikeluarkan istriku. Wah... Dahsyat sekali rasanya, tubuhku menindih tubuhnya yang indah itu.
Cairan lengket yang ada didalam tubuhnya menyatu dengan cairan yang keluar dari alat vitalku. Rasanya hangat dan seperti berendam di kolam air belerang, ditambah licin kulitku dan kulitnya yang saling bersentuhan membuat akhir peraduan ini menjadi berkesan.
"Sayang, aku sudah berhasil membuatmu puas" kataku
"Aku juga mas, apa yang tadi kamu lakukan benar-benar membuatku percaya bahwa aku tidak salah pilih" jawabnya
"Sekarang aku mau menindihmu sebentar, aku masih ingin bersentuhan dengan kulitmu" kataku
"Boleh, tapi aku mau satu lagi" katanya
"Apa itu ?" tanyaku heran
"Cium aku sampai puas" jawabnya
Tanpa aku beritahu, aku mencium bibirnya dengan penuh semangat meski kondisi sudah cukup lelah dan mengantuk.
"Terima Kasih, udah ngajak aku terbang" katanya dengan senyum
"Sama-sama, sekarang aku mau tidur" jawabku
Lalu, ketika alat vitalku sudah mengecil maka tinggal dicabut saja karena tugas sudah selesai. Kemudian aku terlelap disamping tubuhnya yang topless. Malam itu aku tertidur hingga suatu ketika aku terbangun sendiri.
Kulihat disampingku masih terdapat istriku yang tetap telanjang, dan dengan inisiatifku sendiri aku cium bibirnya sebagai cara membangunkannya.
Tak lama, kedua matanya pun terbuka dan memandangku. Dia tidak melawan, hanya terpaku dengan apa yang kulakukan.
Dia begitu sempurna dimataku, wanita yang tetap menjaga kesucian diri hingga datangnya sang pemilik sesungguhnya' dialah aku sebagai suami.
Kemudian aku lepas ciuman bibirku, dia menatapku dengan senyuman manis dan tentu dia begitu terkagum denganku.
"Mas... Orangtuaku nggak salah pilih' ternyata orang yang bisa membuatku puas hanyalah kamu" katanya sambil menyentuh jariku
Aku dibuat terpana oleh ekspresi wajahnya dan suara yang dikeluarkannya. Kemudian dia memeluk tubuhku sembari duduk diatas ranjang. Dia menyandarkan kepalanya yang ditumbuhi rambut panjang sepunggung. Aku merasa sangat bahagia, ciumanku berbalas pelukannya.
Hangat dan nyaman, itulah yang kurasakan saat dia memelukku. Tanpa kusadari, dia mendongak kearah wajahku dengan tatapan yang tajam tetapi penuh harap.
"Mas, belai aku sekali lagi sebelum beraktivitas" bilang dia sambil memegang bahuku
"Kalau begitu sudah siap ?" tanyaku
Tanyaku dibalas senyum, lalu akupun mencium pipi kiri dan kanan.
Rupanya dihari sepagi ini aku malah disuguhi makanan pembuka yang
nikmat. Yaitu Love In Morning Day, sebuah istilah barat yang selalu
dilakukan setiap orang dipagi hari.
Sambil berguling-guling aku dan istriku merasakan panasnya pagi dikala mentari belum terbit' waktu itu sekitar jam 03.30. Masih dibilang hampir subuh, tetapi nikmatnya benar-benar ada.
"Rabalah tubuhku sepuas hatimu..." kata istriku saat kubelai rambutnya
"Baiklah..." jawabku dengan semangat
Hitung-itung olahraga, mumpung masih pagi dan sangat menyehatkan. Aku dan istriku justru melanjutkan kegiatan semalam. Bahkan istriku belum keramas sama sekali, tetapi aku tidak akan berhubungan intim lagi dengannya.
Karena aku harus bekerja dan menahan nafsuku untuk hari yang lain. Kali ini aku meraba kedua pahanya yang mulus, dia menggeliat seperti kesetanan.
"Aduh... Mas... Geli.... Mas... Geli..." jerit istriku
Aku cuma bisa tersenyum melihat ekspresi wajahnya yang dari tadi merasa terangsang. Dan rupanya waktu sudah menujuk pukul 04.15 dan aku menyudahi permainan ini.
Wah... Nikmatnya sarapan pagi' yakni bercumbu melepas ketegangan setelah tidur malam.
Aku pun berdiri dari tempat tidur merapihkan seprei dan bantalnya sekaligus. Istriku juga membantu, dia begitu antusias merapihkan kamar yang berantakan.
"Mas, jujur dech... Aku benar-benar cukup puas' meskipun cuma main gelitik-gelitikan" kata istriku sambil merapihkan sprei
"Itu bagus dong, artinya dalam membangun kehidupan baru ini harusnya pakai pendekatan bathin" ujarku sambil menatapnya
"Coba, lain kali kita lakukan ditempat lain... Mau kan ?" tanya dia
"Boleh... Boleh... Terus maunya dimana ?" balasku
"Dimana aja... Asal tempatnya sepi dan bukan ditempat umum" jawabnya menuntut
"Baik sayang... Insya Allah ada waktu ada kesempatan" jawabku penuh optimis
Pagi pun mulai menyapa, suara kokok ayam jantan menghiasi redupnya cahaya bintang. Setelah Sholat Subuh dan Mandi Pagi, aku siap-siap berdandan untuk menemui Orangtuaku.
Dimeja makan, Ayah dan Ibuku serta adikku sudah berada disana sembari menyantap hidangan.
Sambil senyum-senyum sendiri, aku datang menghampiri mereka bertiga. Adikku yang duduk disampingku heran, melihatku senyum-senyum sendiri.
"Mas kenapa yach... Kok Senyum-senyum sendiri ?" tanya adikku heran
"Kamu tuch... Mau tahu urusan orang aja" jawabku sambil mengambil nasi
"Emangnya tadi habis ngapain ?" tanya adikku ngotot
"Ini urusan orang dewasa, kamu masih kecil... Nggak berhak tahu" jawabku
"Yeee.... Masa nggak mau bilang jujur" jawab adikku
Lalu Ibuku menegur adikku,
"Nak, kamu tuch jangan suka ganggu urusan orang' dosa..." kata Ibuku
"Iya, kamu jangan berani mengetahui sesuatu yang belum waktunya tahu" sahut Ayahku
"Masa cuma ingin tahu aja nggak boleh" protes adikku
"Nanti kalau kamu sudah dewasa, baru tahu sendiri rasanya" ujar Ibuku
Seperti biasa, didalam keluargaku kami semua berkumpul setiap pagi untuk menyantap hidangan.
Dan tidak diduga, istriku baru saja selesai dandan berjalan menuju arahku. Ayah dan Ibuku menatapnya, dia begitu tersipuh malu saat kedua orangtuaku menatapnya.
"Maaf, tadi saya terlambat kemari' habis sibuk dandan" jawab istriku
"Tidak apa-apa, namanya juga perempuan... Dandan itu sudah rutinitas yang tidak bisa dihindari" kata Ibuku
"Ayo duduk sini..." ajakku
"Ya, Mas..." jawabnya sambil menarik kursi
Aku lupa, kami tidak berempat tetapi berlima karena ada istriku. Hebatnya lagi dia begitu sopan didepan Ayah dan Ibuku juga Adikku.
"Tidak usah sungkan-sungkan, makanlah hidangan ini' anggap saja ini rumahmu" kata Ayahku
"Terima Kasih..." jawab Istriku dengan mimik agak malu
Biarpun istriku itu orang yang menakjubkan, ternyata dia adalah seorang pemalu. Tetapi itulah sisi lain darinya yang menjadikan dirinya begitu seksi.
Setelah hari ini, kehidupanku bersama istriku semakin dinamis dan memiliki keistimewaan. Padahal aku bukan laki-laki yang gemar pacaran, dalam arti aku dulunya itu jomblo tulen.
Hebatnya ketika aku menikah, justru aku memperoleh istri yang cantik dan berbudi pekerti luhur. Persis idaman orangtuaku yang menginginkan menantu yang baik.
Namun, kalau urusan seks... Seperti yang kuceritakan diatas tadi bahwa dia adalah istri yang berbakti pada suami. Hari-hariku tiada habisnya memandang wajahnya, karena menurutku dia lebih dari wanita.
Rencananya, bulan depan aku dan istriku akan pindah ke rumah baru yang lokasinya cukup jauh. Tetapi romansa cinta antara kami berdua tidak pernah padam meski harus berpisah dengan orangtua.
Aku berharap, suatu saat esok bisa lebih baik dari hari ini. Cinta memang menjadi kekuatan hidup setiap manusia yang menginginkan impian.
Sambil berguling-guling aku dan istriku merasakan panasnya pagi dikala mentari belum terbit' waktu itu sekitar jam 03.30. Masih dibilang hampir subuh, tetapi nikmatnya benar-benar ada.
"Rabalah tubuhku sepuas hatimu..." kata istriku saat kubelai rambutnya
"Baiklah..." jawabku dengan semangat
Hitung-itung olahraga, mumpung masih pagi dan sangat menyehatkan. Aku dan istriku justru melanjutkan kegiatan semalam. Bahkan istriku belum keramas sama sekali, tetapi aku tidak akan berhubungan intim lagi dengannya.
Karena aku harus bekerja dan menahan nafsuku untuk hari yang lain. Kali ini aku meraba kedua pahanya yang mulus, dia menggeliat seperti kesetanan.
"Aduh... Mas... Geli.... Mas... Geli..." jerit istriku
Aku cuma bisa tersenyum melihat ekspresi wajahnya yang dari tadi merasa terangsang. Dan rupanya waktu sudah menujuk pukul 04.15 dan aku menyudahi permainan ini.
Wah... Nikmatnya sarapan pagi' yakni bercumbu melepas ketegangan setelah tidur malam.
Aku pun berdiri dari tempat tidur merapihkan seprei dan bantalnya sekaligus. Istriku juga membantu, dia begitu antusias merapihkan kamar yang berantakan.
"Mas, jujur dech... Aku benar-benar cukup puas' meskipun cuma main gelitik-gelitikan" kata istriku sambil merapihkan sprei
"Itu bagus dong, artinya dalam membangun kehidupan baru ini harusnya pakai pendekatan bathin" ujarku sambil menatapnya
"Coba, lain kali kita lakukan ditempat lain... Mau kan ?" tanya dia
"Boleh... Boleh... Terus maunya dimana ?" balasku
"Dimana aja... Asal tempatnya sepi dan bukan ditempat umum" jawabnya menuntut
"Baik sayang... Insya Allah ada waktu ada kesempatan" jawabku penuh optimis
Pagi pun mulai menyapa, suara kokok ayam jantan menghiasi redupnya cahaya bintang. Setelah Sholat Subuh dan Mandi Pagi, aku siap-siap berdandan untuk menemui Orangtuaku.
Dimeja makan, Ayah dan Ibuku serta adikku sudah berada disana sembari menyantap hidangan.
Sambil senyum-senyum sendiri, aku datang menghampiri mereka bertiga. Adikku yang duduk disampingku heran, melihatku senyum-senyum sendiri.
"Mas kenapa yach... Kok Senyum-senyum sendiri ?" tanya adikku heran
"Kamu tuch... Mau tahu urusan orang aja" jawabku sambil mengambil nasi
"Emangnya tadi habis ngapain ?" tanya adikku ngotot
"Ini urusan orang dewasa, kamu masih kecil... Nggak berhak tahu" jawabku
"Yeee.... Masa nggak mau bilang jujur" jawab adikku
Lalu Ibuku menegur adikku,
"Nak, kamu tuch jangan suka ganggu urusan orang' dosa..." kata Ibuku
"Iya, kamu jangan berani mengetahui sesuatu yang belum waktunya tahu" sahut Ayahku
"Masa cuma ingin tahu aja nggak boleh" protes adikku
"Nanti kalau kamu sudah dewasa, baru tahu sendiri rasanya" ujar Ibuku
Seperti biasa, didalam keluargaku kami semua berkumpul setiap pagi untuk menyantap hidangan.
Dan tidak diduga, istriku baru saja selesai dandan berjalan menuju arahku. Ayah dan Ibuku menatapnya, dia begitu tersipuh malu saat kedua orangtuaku menatapnya.
"Maaf, tadi saya terlambat kemari' habis sibuk dandan" jawab istriku
"Tidak apa-apa, namanya juga perempuan... Dandan itu sudah rutinitas yang tidak bisa dihindari" kata Ibuku
"Ayo duduk sini..." ajakku
"Ya, Mas..." jawabnya sambil menarik kursi
Aku lupa, kami tidak berempat tetapi berlima karena ada istriku. Hebatnya lagi dia begitu sopan didepan Ayah dan Ibuku juga Adikku.
"Tidak usah sungkan-sungkan, makanlah hidangan ini' anggap saja ini rumahmu" kata Ayahku
"Terima Kasih..." jawab Istriku dengan mimik agak malu
Biarpun istriku itu orang yang menakjubkan, ternyata dia adalah seorang pemalu. Tetapi itulah sisi lain darinya yang menjadikan dirinya begitu seksi.
Setelah hari ini, kehidupanku bersama istriku semakin dinamis dan memiliki keistimewaan. Padahal aku bukan laki-laki yang gemar pacaran, dalam arti aku dulunya itu jomblo tulen.
Hebatnya ketika aku menikah, justru aku memperoleh istri yang cantik dan berbudi pekerti luhur. Persis idaman orangtuaku yang menginginkan menantu yang baik.
Namun, kalau urusan seks... Seperti yang kuceritakan diatas tadi bahwa dia adalah istri yang berbakti pada suami. Hari-hariku tiada habisnya memandang wajahnya, karena menurutku dia lebih dari wanita.
Rencananya, bulan depan aku dan istriku akan pindah ke rumah baru yang lokasinya cukup jauh. Tetapi romansa cinta antara kami berdua tidak pernah padam meski harus berpisah dengan orangtua.
Aku berharap, suatu saat esok bisa lebih baik dari hari ini. Cinta memang menjadi kekuatan hidup setiap manusia yang menginginkan impian.
(END)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar