Foto : Habib Novel Bamukmin
Kartosuwiryo menangis melihat Indonesia jadi negara sekuler kapitalis yang tidak menerapkan hukum syariah.
Sebagai pejuang syariah, kita tidak boleh kalah melawan anjing-anjing peking yang menggonggong di tengah malam.
Sudah saatnya kita bantai anjing-anjing peking itu tanpa sisa dan kita wujudkan pemerintahan bersyariah dengan semboyan "Satu Bangsa Satu Agama".
Sudah sepantasnya kita mengenang perjuangan Kartosuwiryo dalam penegakkan syariah islamiyah yang sempat dihalang-halangi oleh kaum sekuler.
Negara Islam adalah cita-cita dan masa depan umat yang harus diwujudkan demi menyelamatkan bangsa dari kolonialisasi budaya.
Negara Islam itu mutlak berdiri di tengah-tengah garis khatulistiwa dan Negara Islam merupakan mercusuar dunia yang sebenarnya.
Bukan Sunda Empire, Keraton Agung Sejagat atau Padepokan Dimas Kanjeng yang menjadi mercusuar dunia. Tapi, Negara Islam bentukan FPI, HTI dan PA 212 lah yang sejatinya dan begitu seharusnya disebut sebagai "The Real Islamic State".
Untuk mewujudkannya, kekuatan harus dibereskan sampai bersih dan juga menata iman yang lebih kuat supaya tidak tergoda untuk berkhianat.
Dimata saya, Kartosuwiryo adalah pahlawan. Presiden Soekarno adalah kawan baik Kartosuwiryo dan katanya dulu Kartosuwiryo pernah menjadi Imam Sholat sedangkan Soekarno sebagai makmumnya.
Kartosuwiryo sudah dianggap kakak karena dari segi keilmuan, Kartosuwiryo lebih tinggi diantara murid-murid HOS Cokroaminoto.
HOS Cokroaminoto memiliki banyak murid tapi hanya ada satu yang dianggap paling hebat ilmu agamanya, sudah jelas dialah Kartosuwiryo.
Ditambah dulu Kartosuwiryo pernah ikut menyerang markas tentara jepang dan merampas bedil-bedilnya lalu dibagikan kepada para pejuang.
Tidak ada orang sehebat Kartosuwiryo, seorang pemimpin yang ahli ibadah dan penegak syariah islamiyah. Tapi, harus mati ditembak oleh ABRI akibat mendirikan negara diatas negara.
Tapi, semua itu harus kita lupakan karena cita-cita Kartosuwiryo harus diwujudkan. Paling tidak dalam waktu dekat PA 212 akan melakoni banyak tantangan guna memperkuat kesolidan anggota untuk menyambung tali silaturahmi antar umat Islam.
Mungkin sudah waktunya kita angkat senjata melawan sekulerisme dan mewujudkan cita-cita Kartosuwiryo yang belum tercapai, yakni mendirikan Negara Islam versi FPI, PA 212 dan HTI.
Walau cuma 7 juta orang yang mendukung rencana ini, tapi itu tidak apa-apa lantaran kita masih disayangi oleh Mbak Tutut dari Keluarga Cendana dan Keluarga Bakrie yang berdiri dibelakang kita.
Cendana dan Bakrie adalah kekuatan besar dibalik kecilnya umat PA 212. Meski kecil nyali kami tidak kalah dengan mayoritas yang mendukung pemerintahan. Secara tegas kamilah oposisi, bukan PKS atau PAN !
PKS cuma memikirkan nasib kadernya yang doyan kawin dan PAN cuma memikirkan nasib bagaimana bisa menyingkirkan pengaruh Amin Rais dari partainya.
Semua pasti ada waktu dan jawabannya...
Tidak perlu ragu dengan kami karena semua pasti terwujud.
SUMBER : Akun Facebook "Novel Chaidir Hasan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar