Kamis, 02 April 2020

Suara Kita : Nostalgia Masa Muda

 Foto : Hilman Noverli, Mantan Tersangka Pelecehan Seksual

Pengalaman masa remaja yang sulit terulang untuk masa-masa mendatang dan hanya menjadi cerita kenangan untuk bahan candaan.
Sudah pasti pengalaman itu sangatlah berharga di masa tua kelak, karena setelah beberapa tahun lamanya pasti akan terkenang semua peristiwa itu.

Mulai dari yang paling lucu hingga yang paling menjengkelkan. Bahkan semua bermula dari segala keteledoran lalu berujung penyesalan yang tiada arti.
Cinta masa remaja merupakan pengalaman yang paling banyak dikisahkan oleh mereka-mereka atas keinginan untuk membuka lorong waktu menuju masa lalu.

Persaingan juga jadi bahan pembicaraan semasa muda, bersaing untuk menjadi yang terbaik dan menjadi pujaan banyak orang' terutama wanita.

Tapi, seiring bergantinya zaman malah kita sendiri dilupakan oleh mereka. Padahal dulu kita adalah idola, tapi sekarang sudah bukan lagi. Suasana juga berganti dari masa sulit menjadi masa bahagia berkat perjuangan yang tidak kenal lelah.

Saat masih remaja, emosi dan penalaran masih belum mencapai kesempurnaan. Kesabaran tidak bisa ditahan dan pemahaman akan kesalahan yang diperbuat menjadi titik koreksi betapa arogannya kita di masa muda.

Kecerobohan kita juga menjadi bahan pembicaran banyak orang, terutama para guru-guru di sekolah. Bolos di jam-jam kerja menjadi pemandangan paling membuat masyarakat gerah. Mereka yang kongkow di warung sambil minum es teh dan makan soto babat, ada yang mengasingkan diri ke kolong jembatan hanya karena ingin menghabiskan sebungkus rokok tanpa menghiraukan asap mencemari lingkungan, bahkan ada yang iseng mencuri pakaian dalam wanita karena mempercayai mitos dapat membuat kaya raya.

Nah... Itulah momen-momen gila masa muda yang pernah saya atau kalian alami waktu itu.
Cuma waktu berputar begitu cepat, betapa menyesalnya kita saat kenyataan yang pahit harus ditemui. Kenyataan itu adalah mahalnya biaya hidup dan sulitnya mendapat lapangan pekerjaan guna menghidupi keluarga.

Menikah dengan modal uang yang dibobok dari celengan, tinggal di rumah kontrakan dekat comberan dan utang menumpuk tiap hari. Itulah realita yang harus kita alami saat ini, disaat dunia masih sibuk memperebutkan sumber daya alam seperti minyak bumi, gas dan uranium' kita masih sibuk memperbaiki kualitas hidup agar dihormati orang sekitar rumah, khususnya tetangga.

Sedih rasanya kalau kita melihat tetangga bisa hidup mewah dan bergelimang harta layaknya bangsawan kerajaan. Sedangkan kita hidup secara nomaden, kesana-kemari bolak-balik cari tempat tinggal yang layak.

Cari beras saja sudah susah apalagi cari rumah ?
Banyak tawaran untuk tinggal di rumah dengan kredit murah tapi sayangnya lokasinya jauh dari kota dan kurang bersahabat nilai jualnya.

Mau tinggal di gunung, udara dingin dan agak sepi lalu dipenuhi hutan-hutan. Sedangkan kalau dinggal di sana mau kerja apa ?

Cari kayu di hutan atau berburu hewan untuk disantap bersama keluarga ?
Jelas, semua itu mungkin hanya gambaran dalam dongeng manusia purba yang kerjanya cuma berburu saja.

(Selesai)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar