Senin, 13 April 2020

Puisi : Surat Cinta Untuk Pendosa

Hai, apa kabar...
Bagaimana keadaanmu ?
Apa kau baik-baik saja atau sebagainya ?
Sekarang kau tinggal dimana ?

Aku tahu kau sedang bersembunyi
Walau hatimu rindu setengah mati
Sejak kau menghilang ditelan bumi
Aku bingung mencari dimana kau saat ini

Tidak ada kabar tanpa firasat
Kau hilang tiada berkasat
Mungkinkah kau jadi pecundang
Kerjamu hanya mencari peluang

Kedustaanmu yang merajalela di dunia ini
Membuat manusia tertekan jiwa raganya
Tiada banyak cara yang harus dilakukan
Selain menantimu muncul ke permukaan

Aku disini mengharapkanmu kembali
Berkoar-koar sambil mengatasnamakan pendapatmu sendiri

Mungkin kau tak ingat siapa sejatinya dirimu
Surat ini kukirim untuk pendusta yang berlalu

Terserah kau mau datang atau tidak
Agaknya kau terlihat seperti seekor ular belundak
Menyergap mangsa hanya sekali gertak

Puisi : Langit Jingga


Cintaku takkan pernah berubah
Seiring melajunya roda waktu
Mengarungi samudra asmara
Penuh badai dan gelombang

Cita-cita kita harus tercapai
Menuju tingginya langit jingga
Haluan kita adalah cinta abadi
Menuju indahnya hari bahagia

Hari demi hari kita bersama
Membaur dalam hangatnya cinta
Biarlah yang lalu pergi menjauh
Asalkan kita selalu bersama-sama

Puisi : Izinkan Aku Pergi

Izinkan aku pergi untuk sementara
Mencari kehidupan baru yang penuh warna
Jangan kau takut kehilangan diriku
Cintaku akan kusimpan direlung hatimu

Oh, betapa indahnya cinta ini
Tiada yang mampu menandingi
Oh, betapa indahnya suasana ini
Tentram nan permai juga damai

Mungkinkah kau takut aku memilih yang lain
Asal bukan engkau aku tak tertarik yang lain
Maafkanlah semua kelakuanku burukku ini
Walaupun aku terkadang kecewa sekali

Izinkan aku pergi untuk sementara
Mencari nuansa baru yang indah
Bukan berarti aku berpaling darimu jua
Rindumu akan kujawab dengan alunan nada

Puisi : Pandemik Politik

Foto : Doktor Zakir Naik

Sudah banyak korban berjatuhan
Sudah banyak korban berkelimpangan
Namun banyak yang tidak sadar
Atau mungkin pura-pura sadar

Disana disini semua kacau balau
Didepan dibelakang atas bawah
Semuanya serba kacau balau
Ketika dunia dilanda wabah

Penguasa sibuk melawan
Oposisi sibuk menahan
Rakyat cuma terheran-heran
Dua kubu saling bermusuhan

Di sudut jalan ada kerusuhan
Di pinggir jalan ada penjarahan
Di dekat jalan ada keributan
Di ujung jalan ada pemerkosaan

Penyakit makin membuat hati sakit
Penyakit makin menguat semakin sedikit
Cita-cita untuk bersatu dalam perbedaan
Hanya sekedar cita-cita tanpa perhitungan

Angka kematian meningkat tajam
Harga sembako meningkat tajam
Rakyat kecil dibuang ke tong sampah
Rakyat besar hidup di rumah mewah

Bagai kacang yang lupa kulitnya
Padahal dirinya tiada apa-apanya
Pandemik menghancurkan kehidupan
Politik carut marut banyak kebobrokan

Agama jadi alat kudeta
Ayat jadi jurus cari mangsa
Anak muda semakin radikal
Orang tua semakin nakal

Kamis, 02 April 2020

Suara Kita : Anies Baswedan Nyapres Lewat PDI ?

 Gambar : Partai Demokrasi Indonesia 1973

Jika Anies Baswedan masuk radar capres PDI-P, tentu sejatinya PDI-P ingin mengulang kesuksesan pencapresan Jokowi di tahun 2014. Akan tetapi ada pihak yang menentang pencapresan Anies lewat PDI-P, siapakah ?

Ahok belum tentu menentangnya, Megawati apalagi, bahkan Prabowo tidak keberatan anak asuhnya itu dicapreskan partai banteng tersebut. Tapi, ada pihak yang paling keras menentang pencapresan Anies di PDI-P' siapa lagi kalau bukan FPI.

FPI tidak suka kalau Anies Baswedan nyapres lewat parpol penguasa, mereka berpendapat lebih afdhol kalau nyapres lewat parpol oposisi. Tapi, bisa jadi faktor hubungan Megawati-Prabowo yang kembali terjalin setelah putus di tahun 2013 lalu akan menjadi modal kuat untuk menang.

Bagi Anies Baswedan, kini untuk menang saja butuh dukungan parpol penguasa. Bisa jadi Anies akan jadi kutu loncat yang selalu mencari aman agar tetap mendulang suara untuk menang. FPI menilai apa yang dilakukan Anies adalah idealisme pribadi, bukan idealisme yang dibangun saat nyalon gubernur dulu.

FPI tentu tidak sudi Anies nyapres lewat PDI-P, karena menurut mereka (FPI) Anies akan jadi sosok berbahaya karena sudah jadi kader PDI-P. Tentu Anies Baswedan akan kembali waras setelah diobok-obok selama bertahun-tahun jadi boneka oposisi non partai.

PDI-P tentu akan mempertimbangkan soal Anies Baswedan, sudah jelas sosok satu ini hanya cari kendaraan politik baru untuk memperkuat posisinya dalam percaturan politik.
Sisi liberal Anies Baswedan terlihat jika PDI-P mau menerimanya sebagai capres, lalu bagaimana dengan Ahok ?

Ahok tentu akan dikaryakan sebagai menteri, sebab bisa jadi Ahok cuma opsi kedua jika Anies tidak jadi nyapres di PDI-P. Gerindra yang sudah rukun lagi dengan PDI-P tentu akan menjadi mitra solid yang tidak terkalahkan.

Anies Baswedan tahu betul dirinya memang jadi jagoan, akan tetapi ada ancaman serius jika dirinya benar-benar mengkhianati kelompok oposisi non partai (FPI, GNPF & PA 212).
Selama kelompok itu masih ada, Anies tidak akan di-izinkan bermain dua kaki dengan PDI-P. Sebab, Kelompok yang mengusung Anies sebagai capres adalah oposisi non partai.
FPI tentu tidak terima jika PDI-P memasang Anies Baswedan sebagai capres, karena FPI sangat berharap banyak pada Gubernur DKI tersebut.

Namun, jika Anies tetap pada idealisme pribadinya lalu mencampakkan FPI beserta PA 212 nya' maka akan ada malapetaka hebat yang siap melanda karir politiknya.
Tentu setelah Anies masuk kelompok Soekarnois, maka FPI dan PA 212 sudah mempersiapkan lawan berat untuknya' bukan Sandiaga Uno mantan rekan duetnya atau

Hidayat Nur Wahid yang dulu getol mengusungnya di Pilkada.
Ya betul, siapa lagi kalau bukan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab. Ulama terkenal ini adalah lawan berat Anies jika kelak benar-benar terjadi pengkhianatan di kubu PA 212.

Anies Baswedan yang dibesarkan kubu FPI, GNPF dan PA 212 tiba-tiba berkhianat lantas menjadi kader moncong putih' maka lawan beratnya adalah Habib Rizieq Shihab.

Jelas, sang Habib akan dipulangkan dulu demi menjadi lawan sepadan Anies. Mengingat pengkhianatan masih mewarnai panggung politik negeri ini sampai kapan pun.
Dan semua itu karena idealisme pribadi, bukan keinginan umat yang (Tidak) waras seperti FPI tadi.

(Selesai)

Suara Kita : Nostalgia Masa Muda

 Foto : Hilman Noverli, Mantan Tersangka Pelecehan Seksual

Pengalaman masa remaja yang sulit terulang untuk masa-masa mendatang dan hanya menjadi cerita kenangan untuk bahan candaan.
Sudah pasti pengalaman itu sangatlah berharga di masa tua kelak, karena setelah beberapa tahun lamanya pasti akan terkenang semua peristiwa itu.

Mulai dari yang paling lucu hingga yang paling menjengkelkan. Bahkan semua bermula dari segala keteledoran lalu berujung penyesalan yang tiada arti.
Cinta masa remaja merupakan pengalaman yang paling banyak dikisahkan oleh mereka-mereka atas keinginan untuk membuka lorong waktu menuju masa lalu.

Persaingan juga jadi bahan pembicaraan semasa muda, bersaing untuk menjadi yang terbaik dan menjadi pujaan banyak orang' terutama wanita.

Tapi, seiring bergantinya zaman malah kita sendiri dilupakan oleh mereka. Padahal dulu kita adalah idola, tapi sekarang sudah bukan lagi. Suasana juga berganti dari masa sulit menjadi masa bahagia berkat perjuangan yang tidak kenal lelah.

Saat masih remaja, emosi dan penalaran masih belum mencapai kesempurnaan. Kesabaran tidak bisa ditahan dan pemahaman akan kesalahan yang diperbuat menjadi titik koreksi betapa arogannya kita di masa muda.

Kecerobohan kita juga menjadi bahan pembicaran banyak orang, terutama para guru-guru di sekolah. Bolos di jam-jam kerja menjadi pemandangan paling membuat masyarakat gerah. Mereka yang kongkow di warung sambil minum es teh dan makan soto babat, ada yang mengasingkan diri ke kolong jembatan hanya karena ingin menghabiskan sebungkus rokok tanpa menghiraukan asap mencemari lingkungan, bahkan ada yang iseng mencuri pakaian dalam wanita karena mempercayai mitos dapat membuat kaya raya.

Nah... Itulah momen-momen gila masa muda yang pernah saya atau kalian alami waktu itu.
Cuma waktu berputar begitu cepat, betapa menyesalnya kita saat kenyataan yang pahit harus ditemui. Kenyataan itu adalah mahalnya biaya hidup dan sulitnya mendapat lapangan pekerjaan guna menghidupi keluarga.

Menikah dengan modal uang yang dibobok dari celengan, tinggal di rumah kontrakan dekat comberan dan utang menumpuk tiap hari. Itulah realita yang harus kita alami saat ini, disaat dunia masih sibuk memperebutkan sumber daya alam seperti minyak bumi, gas dan uranium' kita masih sibuk memperbaiki kualitas hidup agar dihormati orang sekitar rumah, khususnya tetangga.

Sedih rasanya kalau kita melihat tetangga bisa hidup mewah dan bergelimang harta layaknya bangsawan kerajaan. Sedangkan kita hidup secara nomaden, kesana-kemari bolak-balik cari tempat tinggal yang layak.

Cari beras saja sudah susah apalagi cari rumah ?
Banyak tawaran untuk tinggal di rumah dengan kredit murah tapi sayangnya lokasinya jauh dari kota dan kurang bersahabat nilai jualnya.

Mau tinggal di gunung, udara dingin dan agak sepi lalu dipenuhi hutan-hutan. Sedangkan kalau dinggal di sana mau kerja apa ?

Cari kayu di hutan atau berburu hewan untuk disantap bersama keluarga ?
Jelas, semua itu mungkin hanya gambaran dalam dongeng manusia purba yang kerjanya cuma berburu saja.

(Selesai)