FK Dukla Praha
Semua manusia dilahirkan untuk berdosa seumur hidupnya, Kecuali jika ia mau mengikuti perintah Agama dan peraturan Negara.
Rabu, 31 Maret 2021
Minggu, 28 Maret 2021
Kisah Arjuna Sasrabahu : Prabu Sumali Ruwat (Episode 13)
Di Negeri Alengka, siapa orangnya yang tidak kenal Arya Jambumangli ?
Kesaktiannya tiada tanding, ia juga merupakan seorang senapati agung Alengka. Ia sendiri yang mengadakan sayembara tanding untuk mencari jodoh Dewi Sukesi.
Namun, sayembara tanding itu hanyalah ambigu semata-mata karena diam-diam Arya Jambumangli naksir dengan Dewi Sukesi yang masih terhitung keponakannya sendiri.
Dalam sayembara tanding itu Arya Jambumangli menantang siapa saja yang mengadu kesaktian dengannya.
Tidak lama kemudian datanglah Begawan Wisrawa yang mewakili Prabu Danaraja. Arya Jambumangli melihat kemunculan pertapa dari Dederpenyu seakan melihat seekor lalat.
Dalam hati Arya Jambumangli meremehkan kesaktian Begawan Wisrawa yang hanya seorang brahmana. Di depan penonton, Begawan Wisrawa mengaku datang untuk melamar Dewi Sukesi untuk anaknya' Prabu Danaraja.
Tidak menunggu lama, Begawan Wisrawa bertarung dengan Arya Jambumangli. Pertarungan berlangsung keras dan cepat, keduanya saling adu jotos dan adu tendangan.
Namun, kejanggalan terlihat saat Begawan Wisrawa menendang perut Arya Jambumangli. Kontan saja Arya Jambumangli terpental lalu tersungkur.
Arya Jambumangli heran ada orang yang mampu membuatnya tersungkur. Tidak tahan emosi, Arya Jambumangli berusaha membalas tetapi serangannya bisa dihindari.
Meski sudah tua, Begawan Wisrawa sangat kondang karena sakti mandraguna. Sebagai mantan raja tentu untuk urusan pertarungan satu lawan satu' Begawan Wisrawa sangat mahir.
Arya Jambumangli pun kehabisan akal untuk mencari titik lemah Begawan Wisrawa. Dan saat ia lengah, Begawan Wisrawa berhasil membantingnya hingga gigi dan taringnya copot.
Arya Jambumangli mulai gelap mata, ia berencana untuk main curang karena kewalahan.
Namun, Begawan Wisrawa berhasil menangkap kedua tangan Arya Jambumangli. Dan seketika kedua tangannya dipatahkan oleh Begawan Wisrawa.
Arya Jambumangli kehilangan kedua tangannya, bukan berarti ia menyerah meski bertarung tanpa tangan.
Dan seketika itu pula ada yang ajaib, ternyata Arya Jambumangli bisa menumbuhkan tangannya lagi walau sudah dipatahkan oleh Begawan Wisrawa.
Aneh tapi nyata, itulah yang dilihat Begawan Wisrawa. Kemudian, Begawan Wisrawa mencoba menyerang dan berhasil menangkap kedua kaki Arya Jambumangli.
Lantas kedua kakinya dipatahkan oleh Begawan Wisrawa sehingga tidak bisa berjalan. Sekali lagi, Arya Jambumangli memperlihatkan kedigdayaannya dihadapan banyak orang.
Kakinya yang sempat dipatahkan bisa tumbuh lagi berkat kesaktiannya yang mampu meregenerasi pertumbuhan organ tubuh secara cepat.
Begawan Wisrawa kebingungan dengan kehebatan Arya Jambumangli. Sejenak sang Begawan mengamati apa yang ia lihat pada Arya Jambumangli.
Rupanya Arya Jambumangli memiliki kelemahan yang terletak di lehernya. Titik kekuatan Arya Jambumangli memang ada di lehernya karena disitulah sumber kekuatannya.
Kemudian, Begawan Wisrawa mengambil pusaka panah dan melepaskan panahnya ke arah leher Arya Jambumangli. Begitu panah melesat, Arya Jambumangli tidak mengelak dan terpotonglah leher dari kepalanya.
Arya Jambumangli terbunuh dalam sayembara tanding karena titik lemahnya sudah tertusuk panah pusaka.
Arya Jambumangli terbunuh sebagai petarung sejati, meski begitu saat sukma Arya Jambumangli hendak ke swargaloka ia sempat berkata kepada Begawan Wisrawa.
Dengan suara menggema, sukma Arya Jambumangli memberi peringatan kepada Begawan Wisrawa bahwa kelak jika anak-anak yang lahir dari Dewi Sukesi akan menjadi sumber malapetaka dan angkaramurka di dunia.
Sayup-sayup sukma Arya Jambumangli lenyap, maka Begawan Wisrawa didaulat sebagai pemenang sayembara tanding.
Kemudian Prabu Sumali datang mengucapkan selamat kepada Begawan Wisrawa. Disusul Dewi Sukesi yang mengkalungkan bunga melati rinonce ke leher sang Begawan sebagai tanda kemenangan.
Selepas kejadian itu, Prabu Sumali dan Begawan Wisrawa mulai membicarakan Sastrajendra Hayuningrat. Prabu Sumali ingin diruwat menjadi manusia utuh lantaran dirinya masih berwujud denawa. Sang prabu ingin tahu apa kehebatan dan keistimewaan Sastrajendra Hayuningrat.
Akhirnya Begawan Wisrawa segera menjabarkan mantra suci tersebut di hadapan Prabu Sumali. Tidak lama, efek Sastrajendra Hayuningrat berhasil membuat Prabu Sumali yang semula adalah denawa teruwat menjadi manusia seutuhnya. Wajah denawanya berubah menjadi manusia umum dan kedua taringnya hilang seketika.
Disaat Prabu Sumali sudah berubah wujud menjadi manusia seutuhnya, dari belakang pintu Sukesa yang merupakan anak Prabu Sumali ternyata ikut menyimak penjabaran Sastrajendra Hayuningrat tanpa izin.
Alhasil Sukesa terkena tulasarik karena menyimak mantra suci itu tanpa seizin Begawan Wisrawa dan Prabu Sumali. Kontras apa yang terjadi pada Prabu Sumali berbalik pada Sukesa dimana ia menjadi denawa seakan menggantikan ayahnya yang menjadi manusia.
Sukesa kaget wajahnya berubah menjadi menyeramkan, ia pun menangis sejadi-jadinya. Sontak Prabu Sumali terkejut melihat putranya berubah wujud menjadi denawa.
Sambil menangis Sukesa mengaku tidak minta izin untuk mendengar penjabaran Sastrajendra Hayuningrat.
Sukesa seakan menjadi tukar wujud dengan Prabu Sumali ayahnya. Karena terlanjur menjadi denawa, Sukesa mengganti namanya menjadi Prahasta.
Begawan Wisrawa memberitahu kepada Sukesa ya Prahasta bahwa kelak Prahasta bisa kembali wujudnya menjadi manusia setelah ia bertemu dengan seekor kera berwarna biru.
Jika nanti Prahasta/Sukesa bertemu seekor kera berwarna biru maka dialah yang akan meruwatnya kembali menjadi manusia namun ia harus menunggu lama sampai puluhan tahun karena kera berwarna biru itu belum lahir.
(Bersambung)
Rabu, 17 Maret 2021
Rabu, 10 Maret 2021
Sabtu, 06 Maret 2021
Jumat, 05 Maret 2021
Kisah Arjuna Sasrabahu : Danaraja Gandrung (Episode 12)
Kisah berganti, kali ini beralih ke Lokapala dimana dulu diceritakan negeri itu menyerang negeri Mahespati. Prabu Danaraja duduk siniwaka dihadapan Patih Gohmuka dalam keadaan galau. Rupanya kegagalan menyerbu Mahespati waktu itu membuatnya frustasi.
Prabu Danaraja masih belum beristri lantaran gagal merebut istri Prabu Kartawirya dalam serangan ke Mahespati beberapa tahun lalu. Ia kepikiran untuk mencari calon permaisuri yang bisa memberinya warna dalam pemerintahannya sebagai raja.
Pada waktu itu Prabu Danaraja baru saja mendapat kabar bahwa di negeri Alengka ada sosok putri cantik jelita bernama Dewi Sukesi. Dewi Sukesi mengadakan sayembara bagi para raja dan ksatria yang mampu menjabarkan sastrajendra hayuningrat maka berhak memperistrinya.
Prabu Danaraja berniat ikut namun ia tidak tahu bagaimana cara menjabarkan sastrajendra hayuningrat.
Seingatnya Sastrajendra Hayuningrat itu sebuah mantra sakti yang cuma bisa diucapkan oleh golongan brahmana. Dan orang yang mampu menjabarkan Sastrajendra Hayuningrat hanyalah ayah Prabu Danaraja sendiri, Begawan Wisrawa.
Begawan Wisrawa adalah pertapa yang dulunya menjabat sebagai raja sekaligus menantu Prabu Lokawana. Begawan Wisrawa jadi raja setelah menikahi Dewi Lokati, putri tunggal Prabu Lokawana.
Seusai menikahi Dewi Lokati, lantas dikaruniai anak bernama Wisrawana yang setelah dinobatkan sebagai raja bergelar Prabu Danaraja atau Prabu Danapati.
Prabu Danaraja ingin menghadap ke Pertapaan Dederpenyu dimana Begawan Wisrawa madheg pandita seusai lengser keprabon. Raja muda Lokapala ingin meminta bantuan kepada Begawan Wisrawa untuk meminang Dewi Sukesi dengan syarat mampu menjabarkan Sastrajendra Hayuningrat.
Sang prabu akhirnya berangkat ke Pertapaan Dederpenyu menemui Begawan Wisrawa secara pribadi. Lantas, Prabu Danaraja memerintahkan Patih Gohmuka menjaga keraton selagi suwung karena sang raja sedang ada urusan penting bersifat pribadi.
Patih Gohmuka sendiko dawuh, sehabis mendapat perintah ia segera memerintahkan wadyabala untuk melakukan pengamanan ketat selagi raja pergi dari keraton.
Maka berangkatlah Prabu Danaraja sendirian tanpa pengawalan. Sebab, sang prabu tidak ingin masalah pribadi dibawa ke ranah tata negara.
Kisah berpindah ke pertapaan Dederpenyu dimana Begawan Wisrawa sedang mengajari para cantrik.
Konon, Begawan Wisrawa sudah berusia senja tetapi memiliki wajah yang tampan layaknya Batara Kamajaya ngejawantah.
Saat sedang mengajari para cantrik, datanglah Prabu Danaraja yang sendirian tanpa pengawalan.
Begawan Wisrawa terkejut, ia segera mengakhiri praktek belajar mengajar dan memerintahkan para cantrik untuk kembali bertugas di bidangnya masing-masing.
Dan Begawan Wisrawa keluar pertapaan menemui putra tunggalnya itu. Dengan suka cita Begawan Wisrawa merangkulnya dan membawanya masuk ke dalam pertapaan. Sementara itu para cantrik sibuk mempersiapkan sajian untuk sang tamu yang tidak lain adalah putra sang Begawan sendiri.
Dalam pertemuan itu Prabu Danaraja mengaku ingin mempersunting Dewi Sukesi namun dengan syarat harus menjabarkan Sastrajendra Hayuningrat.
Mendengar hal itu Begawan Wisrawa teringat pesan dari ayahnya sekaligus gurunya, yakni Begawan Pulastya bahwa Sastrajendra Hayuningrat tidak boleh dijabarkan secara sembarangan karena bisa mengakibatkan hal buruk di masa depan.
Begawan Wisrawa dengan halus menolak permintaan putranya, namun Prabu Danaraja mencoba membujuk agar mau mewakilinya.
Mengingat Hanya Begawan Wisrawa yang hafal dengan Sastrajendra Hayuningrat lantaran dulunya diajari Begawan Pulastya, kakek Prabu Danaraja sendiri.
Dengan berat hati Begawan Wisrawa mau menuruti keinginan putranya dan segera berangkat ke Alengka.
Dalam hati Begawan Wisrawa juga takut karena Sastrajendra Hayuningrat adalah sejenis mantra sakti yang berbahaya. Kalau dijabarkan dalam keadaan pikiran tidak baik maka akan terjadi malapetaka, kalau dijabarkan dalam keadaan pikiran yang baik maka akan terjadi kedamaian sentosa.
Mau tidak mau Begawan Wisrawa bertaruh martabat dan reputasi karena demi membahagiakan anak semata wayangnya mengingat putranya yang notabene seorang raja namun belum punya permaisuri.
Begawan Wisrawa berangkat ke negeri Alengka guna menjadi perwakilan Prabu Danaraja.
Sesampainya disana, Begawan Wisrawa melihat banyaknya para raja dan pangeran yang diduga ikut menerima tantangan serupa yaitu menjabarkan Sastrajendra Hayuningrat.
Tapi, kenyataannya malah berbeda dari kabar yang diterima. Justru suasana menjadi tegang saat muncul seorang Denawa bertubuh besar yang bernama Arya Jambumangli. Jambumangli adalah adik raja Alengka yang menjabat sebagai senapati agung.
Menurut silsilah keluarga, Raja Alengka yang berkuasa saat ini adalah Prabu Sumali yang sebetulnya bukan pewaris tahta. Prabu Sumali adalah adik dari Prabu Maliawan yang merupakan kakak sulung.
Prabu Sumali menggantikan Prabu Maliawan yang gugur di medan perang saat menyerang kahyangan Suralaya puluhan tahun silam. Prabu Sumali menjadi raja karena Prabu Maliawan tidak beristri sehingga trah Alengka dilanjutkan lewat garis Prabu Sumali dengan menurunkan Dewi Sukesi.
Sedangkan Arya Jambumangli adalah adik bungsu dari Prabu Maliawan dan Prabu Sumali yang diangkat jadi panglima perang Alengka.
Sebenarnya Arya Jambumangli ini tidak setuju dengan pendapat Prabu Sumali mengenai Sastrajendra Hayuningrat yang menurutnya adalah hal sepele.
Menurutnya, mencari jodoh untuk anak perempuan hanya dengan menjabarkan mantra saja tidak cukup karena hanya laki-laki kuat dan perkasa yang berhak menjadi jodoh anak perempuan itu.
Prabu Sumali tidak setuju dengan apa yang diusulkan adiknya itu, tapi atas nama keadilan maka diadakanlah sayembara tanding untuk memilih calon suami bagi Dewi Sukesi.
Arya Jambumangli dikenal kuat dan tangguh, tubuh besarnya dan kesaktiannya terkenal seantero negeri. Arya Jambumangli saat itu sedang bertarung melawan raja-raja dan pangeran-pangeran yang mengikuti sayembara.
Alhasil mereka semua dapat dikalahkan dengan mudah tanpa bersusah payah.
Dari kejauhan Prabu Sumali menyaksikan adik bungsunya itu memamerkan kesaktian yang tingkatannya diatas rata-rata. Meski Arya Jambumangli adalah seorang denawa tetapi ia tidak pernah makan daging manusia. Bahkan Arya Jambumangli rajin bertapa dan meditasi untuk meningkatkan kesaktiannya agar mampu melebihi target.
*****
Langganan:
Postingan (Atom)