Kamis, 26 November 2020

Puisi : Keluarga

 

Kumengerti arti semuanya
Yang kini tinggal penyesalan
Kasih sayang telah sirna
Terhempas ketidakpastian
 
Takkan ada yang bisa mengganti
Takkan ada yang lebih dari kepingan
Semangat untuk bangkit lagi
Untuk mencari kebahagiaan
 
Ayahku... Ibuku...
Keduanya adalah semangat hidupku
Semuanya... Hilanglah...
Aku sudah membuat kalian kecewa
 
Doa restumu membuatku kuat
Cinta kasihmu membuatku hebat
Ayahku yang mengukir jiwa ragaku
Ibuku yang membesarkan diriku
 
Ingin aku kembali berjumpa
Sayangnya aku tak bisa
Siapa pula anak yang tega
Melupakan orang tuanya

Puisi : Zaman Kemajuan

 

Gedung-gedung tinggi
Menjulang ke atas langit
Lampu-lampu bersinar terang
Menghiasi gelapnya sudut malam
 
Kendaraan berlalu-lalang
Mobil, sepeda motor dan pesawat
Asap knalpot bertebaran
Bau sampah menyengat hidung
 
Kaum borjuis berpestapora
Kaum marjinal bermuram durja
Pestapora di malam minggu
Suara jangkrik menjadi kelabu
 
Zaman kemajuan banyak penyesatan
Zaman kemajuan banyak penipuan
Zaman kemajuan banyak pembodohan
Zaman kemajuan banyak pembabatan
 
Penyesatan jadi pegangan
Penipuan meraja lela
Pembodohan jadi kebiasaan
Pembabatan hutan jadi biangnya

Puisi : Kapan Kita Punya Rumah ?

 

 

Hidup di tengah kerumunan
Sungguh memprihatinkan
Makan tidur depan emperan
Di trotoar kita cari makan
 
Nyanyikan lagu kebebasan
Agar dapat sebuah kelayakan
Bermimpi punya rumah
Istana yang amat indah
 
Kapan kita punya rumah ?
Bosan hidup di jalanan
Kapan kita punya rumah ?
Itu yang selalu ditanyakan
 
Kepanasan, kehujanan
Kehausan, kelaparan
Itulah yang dirasakan
Kedinginan, kesakitan
 
Menahan kesabaran
Itulah yang dilakukan
Istana hanya tinggal impian
 
Tidur siang di tengah lapangan
Wajah dekil bau keringat
Kapan derajat akan terangkat ?

Selasa, 17 November 2020

Puisi : Barisan Sakit Hati

 
Foto : Habib Novel Bamukmin (Habib Palsu)

Mereka Sakit Hati
Karena Disebabkan Kekalahan
Mereka Sakit Hati
Karena Tidak Diberi Jabatan
 
Mereka Adalah Kaum Pendengki
Mereka Adalah Tukang Iri
Kalau Kerja Hasilnya Pas-pasan
Kalau Demo Ocehannya Bernilai Jutaan
 
Akalnya Pendek
Panjangan Angan-Angan
Hidungnya Pesek
Narasinya Keterlaluan
 
Barisan Sakit Hati
Orang-orang Tidak Tahu Diri
Barisan Sakit Jiwa
Orang-orang Yang Gila Kuasa
 
Lembek Iman Uring-uringan
Lembah Syahwat Semakin Gawat
Manusia Berotak Sekecil Kutu
Baru Dengan Petasan Mati Kutu
 
Kalau Sudah Begini Jadinya
Lebih Kau Baik Tobat Saja
Untuk Apa Mengurus Dunia Fana
Kalau Ujungnya Menambah Dosa
 
Rambutmu Mulai Beruban
Kulitmu Makin Mengkerut
Kakimu Sering Kesemutan
Tapi Sakit Hatimu Makin Akut
 
Susah Dinasehati Malah Balik Menasehati
Ingatlah Semua Itu Tiada Arti
Banyak Ulah Banyak Pula Tingkahmu
Membuat Malu Anak Menantu Dan Cucu
 

Selasa, 03 November 2020

Puisi : Engkau

 
Cerminan hidup terlihat dari rasa cinta
Cerminan hidup terlihat dari perbuatan
Engkau adalah belahan jiwa
Engkau adalah sebuah harapan
 
Sisa-sisa hidupku hanya demi engkau
Tiada yang lain selain engkau
Separuh jiwaku hanya demi engkau
Tiada yang lain selain engkau
 
Luasnya gurun sahara
Gersangnya gurun kalahari
Tak bisa membakar dahaga
Tak mampu menandingi
 
Engkau... Engkau... Engkau...
Pusat kehidupan dan peradaban
Engkau... Engkau... Engkau...
Kutitipkan harapan dan impian

Puisi : Doa Tengah Malam

 
Kubuka keran dan air mengucur
Basahi muka dan kedua tangan
Kutahan rasa kantuk di kepala
Dengan menyebut nama Illahi
 
Dingin nan gelap suasana malam
Suara nyamuk-nyamuk beterbangan
Terbayang masa lalu yang kelam
Teringat wajahmu yang aku rindukan
 
Kupanjatkan doa untukmu disana
Agar kau selalu baik-baik saja
Kutahan segala ambisi dan amarah
Semoga tidak terjadi apa-apa
 
Dini hari aku renungkan
Pagi hari aku renungkan
Segala peristiwa memilukan
Segala cerita menyedihkan
 
Untukmu doaku
Wahai cintaku
Untukmu doaku
Wahai sayangku
 
Biarlah semua sirna ditelan zaman
Menapaki tajamnya bukit berduri
Doaku akan selalu melindungimu
Selama engkau masih mengingatku

Puisi : Salah Jalan

 
Banyak orang yang salah jalan
Banyak orang yang salah pengertian
Semua serba ingin kecukupan
Semua serba ingin kesampaian
 
Segala cara ditempuh untuk menafkahi
Mulai dari yang halal sampai yang haram
Tiada peduli terhadap sesama manusia sendiri
Yang penting lambung kosong bisa dibungkam
 
Seakan lupa pada Sang Pencipta
Keyakinan jadi alat propaganda
Seakan punya kunci pintu surga
Orang lain divonis masuk neraka
 
Dompet tebal banyak uangnya
Rumah besar berlantai permata
Kepala bermahkota emas berlian
Di garasi tersimpan banyak kendaraan
 
Tak mungkin semua itu dibawa mati
Tiada seorang pun yang hidup abadi
Panasnya hawa nafsu dunia fana
Membuat manusia menjadi gila harta
 
Segelintir manusia yang salah jalan
Tersesat bagai di tengah hutan
Banyak yang mencari keuntungan
Yang penting perut tak kelaparan
 
Setan tertawa berpesta pora
Manusia jadi kacungnya
Setan tertawa bersuka cita
Manusia disiksa dalam neraka

Puisi : Pemutusan Hubungan

 
Bangun tidur kubuka ponsel
Tiba-tiba ada pesan singkat
Di layar tertera sebuah pesan tersirat
Sungguh terkejut aku membacanya
 
Sehabis mandi lalu sarapan pagi
Isi pesan dari itu kubaca lagi
Lantas aku balas isi pesan itu
Sedetik kemudian aku pun terkejut
 
Kau bilang minta pemutusan hubungan
Kau bilang sudah tidak ada kecocokan
Berbulan-bulan kita menjalin hubungan
Akhirnya putus juga di tengah jalan
 
Oh, nasib... Oh, nasib...
Habis manis sepah dibuang
Oh, nasib... Oh, nasib...
 
Rasanya seperti kehilangan peluang
Untuk bercinta, untuk bertatap muka
 
Rasa-rasanya sudah tiada gunanya
Untuk berkata, untuk bersanding saja
Sepertinya sudah tiada artinya