“Jadi kamu ingin wawancara dengan saya?” tanya Tuhan.
“Kalau anda bersedia meluangkan sedikit waktumu” kata ku.
Tuhan tersenyum. ” Kita punya, sampai jam alarm mu berdering. Pertanyaan apa yang kamu ingin ajukan?”
“Apa yang mengejutkan bagimu mengenai manusia?”
Tuhan menjawab…
“Mereka kuatir dengan masa setelah mereka mati,
sehingga memyia2kan kehidupan mereka yang nyata,
kadang dengan lebih mempercayai doa daripada obatan,
atau menerbangkan pesawat ke gedung yang penuh berisi orang kafir.”
“Dengan ribuan kematian dari sebuah “Tindakan Tuhan”,
mereka memenuhi gereja seperti lalat mengerumuni mayat.”
“Bahwa dengan semua sains yang fantastik,
dan perpustakaan penuh karya besar
mereka masih bergulat dengan masalah seperti ini”
Tangan Tuhan memegang tanganku
dan aku diam sebentar.
Dan kemudian aku bertanya…
“Sebagai orang tua, apa pelajaran kehidupan
yang ingin engkau ajarkan pada anak2mu?”
“Agar mereka belajar bahwa agar orang lain mencintaimu,
buat mereka merasa bersalah untuk pengorbananmu.
Dan bila hal ini tidak bekerja,
buat hidup mereka seperti di neraka.”
“Untuk belajar memaafkan setelah membunuh anakmu sendir,
namun tidak lupa menyalahkan yahudi.”
“Untuk belajar bahwa hanya perlu beberapa detik
untuk membunuh orang2 yang kamu cintai,
dan perlu tiga hari untuk membangkitkannya kembali.”
“Untuk belajar bahwa orang yang kaya
bukanlah orang yang bekerja keras,
namun orang yang tahu bagaimana mendapat uang
dari sentimentalitas seperti ini.”
“Untuk belajar bahwa ada orang2
yang mengatakan mereka mencintaimu sepenuh hati,
namun sesungguhnya berharap engkau terbakar di neraka
karena engkau memiliki lebih banyak seks dari pada mereka.”
“Untuk belajar bahwa dua orang dapat
melihat satu hal yang sama
dan melihatnya berbeda,
namun perlu agama
untuk menjadikan hal itu sebuah perang lama yang berdarah.”
“Untuk belajar bahwa tidaklah cukup bahwa mereka
memaafkan satu sama lain;
mereka harus mengikutkan ulama bersama mereka.”
“Terima kasih atas waktumu,” kata saya penuh hormat.
“Apakah ada hal lain
yang anda ingin agar anak anda ketahui?”
Tuhan tersenyum dan berkata,
“Hanya agar mereka tahu bahwa aku – hanyalah sebuah mimpi.”
Naskah : Ari Indra Mardjaman
Diedit : Joko Lelur
Sumber : Pengalaman Teman Sendiri (Ari Indra Mardjaman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar