Kamis, 28 September 2017

Puisi : Si Kalong Jantan

Di kawasan perempatan yang sepi
Terlihat sekelompok gadis seksi
Wajahnya sungguh memikat hati
Pamer dada buka paha tinggi

Menunggu langganan si kalong jantan
Bermodalkan uang hasil penipuan

Cerita ini semakin lama makin intim
Karena si kalong jantan ingin lebih intim
Segera cabut dengan mobil sedan
Mobil sedan terparkir di pinggir jalan

Terbukalah semua baju dan celana
Tinggal terlihat sosis dan sumur tua

Namun, muncul sebuah mobil bak terbuka
Dengan penumpang membawa senjata
Mereka datang mencari tangkapan
Agar dapat secuil uang bayaran

Mereka lari terbirit-birit kalang kabut
Padahal mereka baru mencukur rambut
Tak habis pikir mobil sedan pun didobrak
Si kalong jantan masih dikuasai konak

Angkat tanganlah mereka berdua didalam sedan
Si kalong jantan digelandang menggigil kedinginan

Tanpa busana bagaikan pisang goreng kadaluarsa
Kini tinggal menanti vonis dari pengadilan agama

Minggu, 03 September 2017

Cerita Anak Muda : Rocker Pensiun (Episode 05)

Kendala menghampiri, saat pemadaman bergilir terjadi.
Sehingga sesi rekaman berjalan lamban dan kerap ditunda.
Omen agak kecewa dengan suasana didaerah dimana studio rekaman itu ia pakai untuk sesi.
Listrik mati yang terjadi saat itu membuat aktifitas terganggu.
Omen, Zabdiel, Lucky yang sedang berada di studio mulai jenuh.


Berjam-jam lamanya keadaan semakin tidak menentu, Omen mulai berfikir untuk pindah studio untuk menjalankan sesi rekaman yang tersisa.
Namun, para personil The New Bad Boys masih tetap ingin rekaman di studio dimana mereka berada dengan alasan penghematan biaya.
Omen berpendapat bahwa jika grup musik yang ia naungi ini masih melakukan rekaman di studio itu hingga pemadaman bergilir usai. Maka akan membuang banyak waktu sehingga tak kunjung rampung.
Zabdiel pun berpikiran sama, kalau tidak pindah studio maka bisa tertunda penggarapan albumnya dan peluncuran albumnya yang jauh-jauh hari sudah direncanakan pihak label rekaman.
Lalu, diambillah telepon seluler untuk menghubungi produser' setelah dihubungi produser memberi tahu bahwa ada studio rekaman nganggur di dekat pelabuhan.


Tak butuh waktu lama, mereka bergegas meninggalkan studio dengan membawa beberapa equipment penunjang menuju studio rekaman lain.
Perjalanan menuju studio rekaman terbilang cukup jauh dan kelihatannya daerah dimana studio rekaman itu agak dekat dengan suasana sibuk di pelabuhan.
Turun dari kendaraan, Omen dan Zabdiel membawa masuk semua equipment ke dalam' begitupun Lucky dan Ferry yang juga membawa semua peralatan mereka ke dalam.
Begitu sampai didalam, studio yang akan mereka pakai ternyata masih baru dan belum pernah dipakai sebelumnya.
Bahkan, Microphone untuk menyaring suara terlihat masih kinclong. Bahkan ada beberapa alat musik yang tentu buatan Eropa. Tak seperti kebanyakan studio yang lain, studio rekaman ini merupakan tempat paling fantastis untuk merampungkan sesi rekaman.
Lucky menilai inilah saatnya untuk menuntaskan proyek, dan rencana untuk menggapai kesuksesan terbuka lebar.


Tanpa menunggu perintah produser, mereka berempat langsung tancap gas merampungkan beberapa lagu yang belum direkam.
Mereka begitu nyaman dengan suasana studio tersebut, peralatan super canggih dan dukungan suasana lokasi menjadi pemicu ketenangan mereka dalam berkarya.
Hampir 17 Jam, Zabdiel dan Omen merampungkan beberapa sesi rekaman yang sempat ditunda.
Suara vocal Omen menjadi bagian paling akhir dalam finalisasi, bahkan beberapa lagu yang sudah direkam di Mixing ulang agar terdengar pas ditelinga.
Rasa lelah tidak terasa dalam raga, mereka tanpa henti memainkan musik walaupun hampir larut malam.
Kejar setoran, itulah yang mereka lakukan demi memperoleh segala apa yang telah mereka lalui.


Beberapa saat kemudian, Omen berhasil menyelesaikan lagu terakhir hingga menjelang dini hari.
Kondisi mata yang sudah berat untuk dibuka membuat Omen langsung tidur di kursi panjang.
Zabdiel dan Ferry juga ikut terlelap karena proses penggarapan lagu yang sudah final. Lucky memang terlelap sejak tadi juga masih belum bangun dari tidurnya karena sesi yang melelahkan.
Keesokan harinya mereka terbangun dan waktu sudah cukup siang, yakni jam 8 pagi.
Bayangkan saja, mereka jam segitu baru bangun pagi dan kondisi studio berantakan penuh sampah.


Setelah bangun tidur, Omen dan Zabdiel membersihkan sampah yang berserakan didalam studio.
Sisa makanan semalam dan tumpukan bungkus rokok dibereskan lalu dibakar diluar halaman studio.
Proses penggarapan album telah mencapai titik tertinggi, kali ini The New Bad Boys berencana membawa lagu-lagu yang sudah direkam itu untuk diproduksi dalam bentuk CD.
Kemudian, mereka berempat bertemu produser yang sudah lama hilang kontak. Produser yang dulunya seorang pedagang bakso keliling itu mengabarkan bahwa pihal label rekaman siap mengedarkan albumnya.
Alangkah senangnya hati Omen, Zabdiel, Ferry dan Lucky mendengar kabar bagus itu.


Mereka berempat akhirnya datang ke kantor label rekaman untuk menyerahkan hasil proyek.
Dengan senang hati, Produser itu memberi berita mengenai kemajuan The New Bad Boys dalam bermusik kepada pihak label.
Produser mengatakan bahwa era kejayaan musik rock yang dulu padam akan segera berkobar kembali.
Zabdiel, Lucky, Ferry dan Omen cukup bahagia setelah tugasnya selesai. Kini tinggal albumnya saja yang akan beredar.


Proses manufacturing album dilakukan selama satu bulan dan prosed peredaran dilakukan selama 2 minggu.
Lucky tidak memasang target muluk, tetapi ia hanya ingin musik rock kembali ke jalurnya.
Maka dari itu album yang dirilis oleh The New Bad Boys diprediksi akan menjadi album pendongkrak kekuatan musik rock.
Selanjutnya mereka kembali ke rumah masing-masing sambil menanti kepastian, apakah albumnya benar-benar laris atau tidak ?


Hampir berhari-hari The New Bad Boys menunggu omset penjualan naik, tetapi tiada kabar pun tiba...
Akhirnya mereka menghubungi pihak kantor label rekaman untuk meminta kejelasan soal album mereka.
Zabdiel menghubungi label rekaman dengan telepon, ia meminta hasil penjualan dikabarkan secepatnya. Namun, pihak label rekaman tidak mengetahui hasilnya.
Zabdiel frustasi dengan kabar itu, ia pun pergi sendirian ke markas label untuk meminta solusi agar album bisa terjual laris.


Sesampainya di kantor label, Zabdiel harus menunggu sampai 1 jam karena di kantor sendiri hanya ada seorang satpam dan cleaning service.
Sementara itu personil The New Bad Boys harus menunggu dari markas.
Akhirnya setelah lama menanti, Zabdiel berhasil menemui pemilik kantor label. Lalu, ia meminta data omset penjualan album.
Dengan seksama, Zabdiel membaca isi data penjualan. Ternyata belum ada 1 keping pun terjual, walaupun album sudah beredar 1 bulan lamanya.
Zabdiel kecewa dengan isi data tersebut. Ia meminta pihak label agar mempromosikan album lebih gencar lagi. Lalu, pihak label menyarankan untuk melobi semua stasiun radio untuk memutar lagu-lagu dari album The New Bad Boys.


Atas saran tersebut, Omen dan Zabdiel berencana melobi semua stasiun radio untuk memutar lagu-lagu The New Bad Boys.
Datang dengan wajah tidak enak, Omen menemui penyiar radio yang biasa muncul suaranya di acara pemutaran lagu-lagu baru.
Omen meminta agar salah satu lagu dari album The New Bad Boys diputar. Bahkan Omen juga memberi uang muka Rp. 500.000,- sebagai tanda jadi pemutaran lagu itu.
Tanpa perlawanan, penyiar radio tersebut memutar salah satu lagu The New Bad Boys secara berulang-ulang setiap hari.
Hasilnya, The New Bad Boys mulai dikenal pendengar musik dan akhirnya omset penjualan naik dalam waktu beberapa jam.
Terhitung selama satu hari, album The New Bad Boys terjual 10 keping per menit.


Hampir setiap waktu, pundi-pundi uang masuk ke dalam kantong Omen dkk.
Mereka bisa mendapat kelimpahan finansial yang membuat mereka berani menyelesaikan urusan masing-masing.
Ada yang hutangnya belum lunas, cicilan tertunda, impian kandas dan jodoh yang hilang akhirnya bisa kembali ke pelukan mereka.
Semua berkat strategi jitu tersebut, kalau tidak dilakukan waktu itu maka The New Bad Boys akan rugi total saat albumnya telah di rilis.


Cerita pun berganti, Zabdiel dan Omen berencana merayakan kesuksesan The New Bad Boys dalam merilis album perdana.
Mereka mengadakan Pesta Tumpeng di kantor label rekaman bersama seluruh staff.
Tidak tanggung-tanggung biaya yang dikeluarkan hampir mendekati 5 Milyar, hal ini dikarenakan ada acara Santunan Anak Yatim dan Panti Jompo.
Mereka sebagai musisi tentu tidak kenal rasa malu untuk berbagi terhadap sesama.


Acara dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari pimpinan label rekaman yang mengucapkan selamat atas keberhasilan The New Bad Boys dalam merilis album.
Pimpinan label rekaman mengakui bahwa musik rock kembali bangkit berkat The New Bad Boys, prestasi grup musik itu benar-benar membanggakan.
Bukan sekedar hisapan jempol belaka, angka penjualan album perdana meroket dari hari ke hari hingga beberapa bulan.
Omen, Zabdiel, Lucky dan Ferry pantas mendapat penghargaan bergengsi di salah satu ajang musik nasional.
Mereka diharapkan mampu mendominasi chart musik di berbagai stasiun radio dan video clip yang diputar harus menjadi pilihan pemirsa televisi.


Akhirnya acara perayaan kesuksesan The New Bad Boys telah usai, keesokan harinya para personil The New Bad Boys mulai mengemas segala kebutuhan masing-masing untuk menjalani konser tour keliling 20 kota.
Omen paling siap sendiri lantaran konser berjalan cukup lama dan jarang pulang, ia berpesan pada keluarganya di rumah agar selalu menjaga kesehatan.
Ferry demikian, ia juga membawa segala sesuatu yang dibutuhkan selama tour berlangsung termasuk makanan.
Zabdiel malah rumit, ia harus membawa banyak barang elektronik untuk mempermudah kegiatannya dan tidak lupa membawa kostum untuk konser yang sudah ia pesan jauh-jauh hari.
Sedangkan Lucky sepertinya hanya butuh restu dan doa dari orangtuanya, karena tanpa restu dan doa ia tidak akan berhasil meraih kesuksesan.

(Bersambung)