Di negeri Alengka, Rahwana sedang membicarakan kemasyhuran dan kemakmuran negeri Mahespati, Ayodya dan Benggala bersama para menteri dan Patih Prahasta.
Rahwana berniat ingin menaklukan ketiga negeri tersebut demi mendapat pengakuan dari dunia bahwa ialah raja terkuat di muka bumi. Patih Prahasta menyarankan agar tidak menyerang salah satu negeri yang sedang menjadi topik pembicaraan yakni Mahespati.
Patih Prahasta tahu bahwa negeri Mahespati itu merupakan kerajaan yang terbilang ketat pertahanannya dan tangguh wadyabala nya . Sebab, Mahespati sendiri sudah menjadi kekaisaran lantaran memiliki banyak daerah jajahan yang dua diantaranya adalah Ayodya dan Benggala.
Rahwana sendiri mengaku tidak takut dengan kekuatan tempur Mahespati dan negara-negara jajahannya.
Apalagi ia punya jurus warisan dari Prabu Danaraja' kakaknya, yaitu Aji Rawa Rontek yang membuat tubuhnya bisa menyatu walau sudah dipotong/ditebas dengan senjata tajam.
Patih Prahasta menyarankan untuk tidak buru-buru menyerang mereka, Rahwana yang sempat bernafsu ingin memulai serangan pun akhirnya menahan rencananya.
Rahwana diminta untuk berlatih untuk menghadapi kekuatan calon lawannya, sebab ia nanti akan menghadapi Prabu Arjuna Sasrabahu yang sakti tiada tanding.
Rahwana pun membubarkan pertemuan, lalu kembali ke kamar pribadi untuk berganti pakaian. Rahwana tahu apa yang harus ia lakukan, ia pun pergi menemui guru sekaligus kakak iparnya' Resi Subali.
Resi Subali sendiri menjadi guru bagi Rahwana setelah raja Alengka itu kalah dalam duel satu lawan satu. Rahwana yang tahu bahwa Dewi Tara adalah kakak dari Dewi Tari, istrinya sekarang' lantas menyebut Resi Subali dengan sebutan kakang panembahan.
Di Hutan Sunyapringga, Resi Subali sedang mengheningkan cipta. Tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan Rahwana yang menemuinya tanpa pengawalan layaknya seorang raja.
Sudah jadi adat, Rahwana saat berkunjung ke Hutan Sunyapringga ia selalu sendirian tanpa dikawal dan kerap berpakaian seperti orang biasa.
Di Hutan Sunyapringga, Rahwana menemui Resi Subali. Ia sendiri datang bukan hanya sekedar kunjungan secara pribadi lantaran sama-sama menantu Bathara Indra.
Rahwana sempat dibisiki oleh Resi Subali bahwa ia akan mengajari jurus terlarang yang membuatnya tidak bisa mati. Yaitu Aji Pancasona, jurus ini membuat penggunanya tidak bisa mati, asalkan menempel bumi.
Tetapi, Resi Subali tidak semudah itu mengajarinya Aji Pancasona' sebab Aji Pancasona hanya bisa dikalahkan oleh seorang manusia titisan Bathara Wisnu. Rahwana tahu siapa manusia titisan Bathara Wisnu yang sedang menitis saat ini, sudah jelas Prabu Arjuna Sasrabahu.
Dalam gumamnya Rahwana berharap jika ia tidak berjumpa dengan Prabu Arjuna Sasrabahu ketika sedang melakukan penyerbuan ke Mahespati.
Resi Subali mengajukan syarat, yaitu Rahwana harus meningkatkan kekuatan tempurnya dulu. Sebab, Resi Subali takut jika nanti Rahwana berjumpa dengan titisan Bathara Wisnu.
Rahwana mau menerima syarat itu, lalu Rahwana segera mengeluarkan Aji Rawarontek. Kemudian, Aji Rawarontek itu digunakan untuk menyerang Resi Subali. Namun, Resi Subali ternyata bisa menandingi Aji Rawarontek.
Rahwana tidak menyangka, Aji Rawarontek yang dulu didapat setelah mengalahkan Prabu Danaraja dengan mudah bisa dikalahkan oleh Resi Subali. Resi Subali lalu berpendapat bahwa Aji Rawarontek tingkat kekuatannya berada dibawah Aji Pancasona.
Rahwana rupanya baru tahu kalau Aji Rawarontek masih dianggap belum terlalu kuat. Akhirnya Rahwana menghidupkan Aji Rawarontek dengan tingkat kekuatan yang lebih besar.
Alhasil, Rahwana tidak mampu mengendalikan kekuatan Aji Rawarontek yang selama ini ia banggakan sebagai jurus terkuat.
Resi Subali lantas meminta agar Aji Rawarontek yang sedang aktif di dalam tubuh Rahwana jangan dihentikan dulu.
Sebab jika dihentikan, maka proses pemindahan Aji Pancasona ke tubuh Rahwana tidak akan berjalan sukses. Seperti tradisi para pemilik jurus-jurus pemberian dewa, bahwa jika ingin memperoleh jurus baru' maka ia harus mengaktifkan jurus milik sendiri sebagai jembatan masuknya jurus baru.
Rahwana pun terdiam dan mengikuti saran Resi Subali, ia membiarkan Aji Rawarontek diaktifkan sebagai sarana masuknya Aji Pancasona.
Aji Pancasona milik Resi Subali kemudian diberikan kepada Rahwana lewat proses pemindahan kekuatan.
Saat Aji Pancasona masuk ke dalam tubuhnya, Rahwana merasakan besarnya daya yang masuk ke dalam tubuhnya.
Namun, di saat yang sama ada sesosok cahaya terlihat ikut menyerap kekuatan yang ditimbulkan dari pemindahan Aji Pancasona.
Setelah pemindahan Aji Pancasona selesai, cahaya misterius itu berubah menjadi wujud menjadi sosok pemuda yang muncul di hadapan Resi Subali dan Rahwana.
Resi Subali bertanya kepada pemuda misterius yang ikut menyerap daya dari Aji Pancasona.
Pemuda misterius itu memperkenakan diri bahwa ia adalah cucu Sang Hyang Nagaraja, dewa berwujud ular naga dari Kahyangan Sumur Jalatundha.
Pemuda itu mengaku bernama Bambang Sitija, Bambang Sitija juga mengaku dirinya adalah putra Bathara Wisnu. Resi Subali kaget, Rahwana pun juga demikian... Mereka berdua kaget mendengar pengakuan Bambang Sitija.
Rahwana menuding Bambang Sitija sudah ikut campur urusan pribadinya, karena sudah berani menyerap kekuatan dari Aji Pancasona.
Bambang Sitija tidak menyangkal tuduhan itu bahwa ia juga menginginkan Aji Pancasona seperti halnya Rahwana. Naik pitam, Rahwana menantang Bambang Sitija bertarung di hadapan Resi Subali.
Akan tetapi Bambang Sitija lebih memilih kabur daripada harus meladeni tantangan Rahwana.
Resi Subali menghalangi Rahwana yang sudah kadung terbawa emosi atas perbuatan Bambang Sitija. Resi Subali membiarkan Bambang Sitija pergi begitu saja dan menganggap bahwa pemuda misterius tersebut juga berhak memiliki dan menguasai Aji Pancasona.
Rahwana pun menuruti apa yang dikatakan Resi Subali, lalu proses pemindahan kekuatan Aji Pancasona kembali dilanjutkan.
Sepeninggal Bambang Sitija, proses pemindahan Aji Pancasona berjalan lancar.
Rahwana memperoleh kekuatan baru, ia merasa percaya diri dan merasa tidak ada yang bisa mengalahkannya.
Rahwana bermalam di Hutan Sunyapringga lalu kembali pulang ke Alengka keesokan harinya.
Mengingat tidak ada hal yang dibicarakan sebelum Rahwana meninggalkan Alengka. Patih Prahasta, Sarpakenaka dan Gunawan Wibisana masih berdiam diri dengan harap-harap cemas.
Gunawan Wibisana khawatir terjadi sesuatu pada kakak sulungnya itu, mengingat keadaan istana terasa sepi tanpa hadirnya Rahwana.
Tidak lama kemudian, datanglah Rahwana sepulang dari Hutan Sunyapringga. Kepulangan Rahwana disambut gembira meski banyak yang mengkhawatirkan keadaan sang raja.
Rahwana bilang bahwa dirinya baik-baik saja karena hanya berniat untuk menyempurnakan ilmu. Rahwana kemudian duduk di singgasana menceritakan pengalaman menakjubkan saat berguru dengan Resi Subali.
Singkat pembicaraan, Rahwana mengaku telah memperoleh Jurus Terkuat yang belum pernah dimiliki oleh siapa pun.
Pancasona, itulah namanya seperti yang dikatakan Rahwana kepada semua orang disana. Rahwana berkata dirinya tidak bisa mati karena memiliki jurus itu, ia pun mengklaim bisa menyamai bahkan menandingi para Dewa.
Dengan jumawa, Rahwana mengklaim diri bisa setara dengan para Dewa di kahyangan lantaran memiliki jurus Aji Pancasona.
Mendengar sesumbar Rahwana, Gunawan Wibisana masih belum percaya dengan kata-kata kakaknya itu. Tapi, Rahwana tidak mau buru-buru memamerkan Aji Pancasona kepada khalayak.
Rahwana kembali memimpin Alengka seperti biasa dan seperti seharusnya, Alengka menjadi kerajaan terkuat di belahan bumi bagian selatan.
Kesombongan Rahwana ini membuat seluruh manusia di bumi khawatir dan takut, jika Alengka yang sudah memproklamirkan diri sebagai militer terkuat bisa saja cari gara-gara dengan negeri lain.
Banyak yang tidak menyadari bahwa Rahwana berencana untuk menaklukan negeri-negeri di tanah hindustan seperti yang waktu itu dibahas.
Negeri Mahespati, Benggala dan Ayodya masuk daftar rencana invasi Alengka yang dipimpin langsung oleh Rahwana. Invasi yang direncanakan itu ternyata menjadi sarana untuk mempertontonkan kesaktian Rahwana yang baru saja menerima Aji Pancasona.
Haus kekuasaan dan pengakuan, itulah Rahwana...
Rahwana saat itu sedang mempersiapkan pasukan untuk menggempur negeri Mahespati yang dipimpin oleh Prabu Arjuna Sasrabahu. Meski sudah diperingatkan oleh Resi Subali agar tidak berani menantang Prabu Arjuna Sasrabahu yang merupakan titisan Bathara Wisnu.
Rahwana tetap tidak bergeming, nafsu angkara murkanya sudah berada di titik tertinggi. Malapetaka besar di muka bumi pun telah dimulai dari sekarang.
*****