Jumat, 23 Oktober 2020

Puisi : Biarlah Semua Itu Berlalu

 

Aku tidak peduli apa kata mereka
Setiap manusia menentukan jalan hidupnya
Orang lain tidak tahu apa-apa
Banyak bicara dan kerjanya cari muka
 
Melaju diatas roda kehidupan
Menentukan nasib masa depan
Tetesan peluh basahi kepala
Berjuang melawan angkara murka
 
Biarlah semua itu berlalu
Biarlah semua itu lenyap
Untuk obati hati yang pilu
Supaya semangkin mengkilap

Desain Kaos Pemain Sepak Bola : Edisi Oktober

 

Adidas Musim 1989-1990


Adidas Musim 1990-1991

Sabtu, 17 Oktober 2020

Senin, 05 Oktober 2020

Kisah Arjuna Sasrabahu : Memboyong Taman Sriwedari (Episode 11)

 

Sukrasana datang ke Mahespati untuk menemui kakaknya yang sudah diangkat menjadi Patih.
Namun, Sukrasana tidak mungkin mendatangi kakaknya itu dengan wujud seperti ini.
Kemudian Sukrasana memohon kepada dewata agar wujudnya berubah menjadi lelaki yang tampan seperti halnya kakak kandungnya itu.
Dewata mengabulkan keinginan Sukrasana dan berubah wujudlah Sukrasana menjadi tampan layaknya manusia biasa.
 
Sukrasana datang ke Mahespati sambil mencari pekerjaan yang layak agar bisa bertahan hidup.
Sukrasana lantas bekerja sebagai pelukis yang menjual hasil lukisannya kepada orang-orang.

Sampai suatu hari prajurit-prajurit Mahespati dibuat kagum dengan lukisan karya Sukrasana. Mereka tentu ingin membeli lukisan itu tetapi Sukrasana mematok harga yang cukup mahal.
Hal itu membuat mereka berkecil hati dan mundur, seketika lukisan Sukrasana terkenal seantero Mahespati. 
 
Bahkan Prabu Arjuna Sasrabahu dibuat tertarik untuk memiliki lukisan itu. Namun, sang prabu kemudian mengutus Patih Suwanda untuk membeli lukisan itu dan membawanya ke istana.
Patih Suwanda datang ke tempat dimana lukisan mahal itu dibuat, namun ia kaget melihat lukisan itu karena mengingatkannya pada seseorang.
 
Patih Suwanda merupakan gelar baru bagi Sumantri setelah berhasil menjadi patih. Patih Suwanda lantas bertanya kepada sang pelukis siapakah pelukis yang asli dari lukisan itu ?
Tanpa ada rasa curiga, Patih Suwanda bisa melihat dari sorot mata pelukis itu bahwa ternyata pelukis itu adalah Sukrasana.
 
Kemudian Patih Suwanda memeluk Sukrasana yang sudah berubah menjadi tampan. Sukrasana lantas menceritakan perjalanannya dari pertapaan menuju Mahespati sehingga menjadi tampan.
Setelah dijelaskan semuanya, Patih Suwanda lantas memboyong Sukrasana ke Keraton guna menemui Prabu Arjuna Sasrabahu karena kebetulan beliau sedang membutuhkan lukisan untuk dekorasi ruang keraton. 

Setelah diboyong ke Keraton, Sukrasana disambut oleh Prabu Arjuna Sasrabahu. Kedatangan Sukrasana membuat Prabu Arjuna Sasrabahu gembira.
Sang prabu meminta agar lukisan karyanya itu dipasang di sudut ruangan untuk memperlengkap koleksinya.
 
Sukrasana pun menyanggupi keinginan raja Mahespati. Dengan kesaktiannya, lukisan itu terpasang dengan sendirinya. Prabu Arjuna Sasrabahu terkesan, rupanya baru tahu kalau Sukrasana juga seorang yang sakti.
Kemudian, Patih Suwanda mengatakan dengan jujur bahwa Sukrasana adalah adiknya. Alangkah terkejutnya Prabu Arjuna Sasrabahu mendengar pengakuan itu.
 
Sukrasana mengaku ingin bertemu dengan kakaknya di Mahespati lantaran kesepian setelah ditinggal bersama ayahandanya, Resi Suwandageni dan Endang Darini, ibunya.
Sukrasana ingin membuktikan baktinya kepada Prabu Arjuna Sasrabahu seperti halnya kakaknya.
Namun, Prabu Arjuna Sasrabahu mengajukan syarat kepada Sukrasana. Syarat itu adalah memindahkan Taman Sriwedari ke negara Mahespati hanya dalam sekejap.
 
Namun, Sukrasana tidak tahu dimana letak Taman Sriwedari berada. Prabu Arjuna Sasrabahu memberi tahu bahwa Taman Sriwedari berada di Kahyangan Untarasegara.
Akhirnya Sukrasana menyanggupi keinginan Prabu Arjuna Sasrabahu. Sukrasana berangkat ke Kahyangan Untarasegara sendiri untuk membawa Taman Sriwedari ke negeri Mahespati.
 
Sukrasana pun menghilang dari hadapan Prabu Arjuna Sasrabahu dan beranjak ke Kahyangan Untarasegara.
Sementara itu di Kahyangan Untarasegara, ada sesosok ular naga besar dan seekor burung garuda.
 
Ular naga besar itu adalah Nagawisesa dan burung garuda itu bernama Brihawan. Mereka berdua diperintahkan oleh Batara Wisnu untuk menjaga Taman Sriwedari. Batara Wisnu kini turun ke bumi menitis pada Prabu Arjuna Sasrabahu dan Patih Suwanda, Nagawisesa dan Brihawan ditugaskan tetap berada di Kahyangan Untarasegara sampai masa bakti Batara Wisnu di bumi selesai.
Dari jauh Sukrasana terlihat sudah berada di sana, ia melihat dari jauh letak Taman Sriwedari yang indah penuh bunga.
 
Sukrasana menduga taman itu pasti ada penghuninya, sebab ia bisa merasakan hawa mahluk dewata yang berada ditempat itu.
Begitu masuk ke dalam taman, Sukrasana dihadang Nagawisesa. Sukrasana menjelaskan maksud hatinya datang ke Kahyangan Untarasegara untuk memboyong Taman Sriwedari.
 
Nagawisesa marah karena Sukrasana dianggap telah berbuat lancang karena ingin memboyong Taman Sriwedari ke bumi.
Maka terjadilah pertarungan sengit antara keduanya, Nagawisesa mencoba melilit tubuh Sukrasana dan meremukkan tulangnya.
 
Namun, Sukrasana bisa terbebas dari lilitan Nagawisesa dan membanting ular naga raksasa itu sampai berkunang-kunang kedua matanya.
Brihawan, burung garuda tunggangan Batara Wisnu yang melihat sahabatnya tidak berdaya segera menghardik Sukrasana.
Maka terjadilah duel di udara antara Sukrasana dengan Brihawan.    
 
Sukrasana melayang-layang dicengkram oleh kuku Brihawan dan dibuat pusing.
Untungnya Sukrasana bisa lepas dari cengkraman dan menyerang Brihawan. 
Pertarungan keduanya membuat gonjang-ganjing, para dewa takut kalau Brihawan atau Nagawisesa mati maka Batara Wisnu akan murka meski kini dewa penghuni Kahyangan Untarasegara itu berada di bumi.
 
Untungnya Batara Narada datang melerai pertarungan itu dan mempersilahkan salah satu diantaranya untuk menjelaskan peristiwa ini secara lengkap.
 
Sukrasana mengatakan dirinya diperintahkan oleh Prabu Arjuna Sasrabahu untuk memboyong Taman Sriwedari ke negara Mahespati, tapi malah dihadang oleh Nagawisesa dan Brihawan yang kebetulan berada di sekitar Taman Sriwedari.
 
Batara Narada tahu betul, memang Taman Sriwedari sudah waktunya berpindah tempat dari Kahyangan Untarasegara ke negara Mahespati mengingat Batara Wisnu sedang menitis sebagai raja disana.
 
Nagawisesa dan Brihawan meminta maaf atas kelancangannya pada Sukrasana. Kemudian atas izin Batara Narada, Taman Sriwedari diboyong ke negeri Mahespati secara gaib.
Sukrasana berhasil menunaikan tugasnya sebagai baktinya kepada Prabu Arjuna Sasrabahu. 
 
Keberhasilan Sukrasana memboyong Taman Sriwedari ke negeri Mahespati mendapat pujian dari Prabu Arjuna Sasrabahu.
Prabu Arjuna Sasrabahu lantas memberikan sesuatu kepada Sukrasana. Ternyata Sukrasana mendapat wewenang sebagai Senapati Agung Mahespati.
 
Patih Suwanda mengucapkan selamat atas keberhasilan adiknya itu karena sudah diterima pengabdiannya di Mahespati.
Sukrasana mendapat gelar yakni Arya sebagai wujud kebanggaan atas prestasinya memboyong Taman Sriwedari.

(Bersambung)
 
 
 

Desain Kaos Pemain Sepak Bola : PSIS Semarang 1991-1992 & 1992-1993

PSIS Semarang 1991-1992


PSIS Semarang 1992-1993
 

Desain Kaos Pemain Sepak Bola : FK Dukla Praha 90s

FK Dukla Praha 1990-1991


FK Dukla Praha 1991-1992

FK Dukla Praha 1992-1993