Selasa, 12 Maret 2019

Puisi : PKK (Perempuan Kurang Kerjaan)

Berkumpul di balai desa bersama-sama
Membahas perkembangan dan kemajuan desa
Baju hijau melekat ditubuh mereka semua
Pidato lantang terucap dari mulut manis mereka

Giliran ada wanita bertubuh semok, lewat didepan balai desa
Mereka menoleh ke arah tembok, dalam hati mereka berkata

Dasar kau lonte murahan, mau saja dibayar murahan
Jadi santapan hidung belang, dasar kau mahluk jalang

Hey... janganlah begitu pada dirinya
Dia memang wanita seperti kalian
Hey... janganlah begitu pada dirinya
Dia hanya salah satu banyaknya korban

Kalian sendiri mengaku yang paling benar
Padahal menurutku belum tentu benar
Untuk apa mengadakan pertemuan
Kalau hanya untuk saling melecehkan

Perempuan kurang kerjaan, banyak bicara banyak tingkah
Perempuan kurang kerjaan, hatinya kotor karena otaknya bocor

Puisi : Tameng Manusia

Perang saudara tak kunjung usai
Korban berjatuhan bersimbah darah
Politik praktis hancurkan keadilan
Jurang pemisah antara kaya dan miskin

Coba kau pikir sejenak tentang semua ini
Betapa gilanya mereka terhadap jabatan
Larangan diacuhkan bahkan tiada peduli
Sampai-sampai harga diri jadi taruhan

Berapa banyak anak-anak menangis sedih
Ketika bapak ibunya mati jadi tameng manusia
Berapa banyak wanita merintih dalam sedih
Ketika suaminya gugur jadi tameng manusia

Pemimpin mereka seakan tak peduli
Demi kelanggengan kekuasaannya
Rakyatnya sendiri pun berani dihabisi
Kobarkan panasnya api angkara murka

Takdir tak bisa ditulis ulang kembali
Semua peristiwa telah terjadi
Mereka yang tertawa diatas derita
Suatu hari pasti akan celaka

Puisi : Asam Urat

Hampir setiap malam kau datang ke rumahku
Hanya untuk memperlihatkan sesuatu padaku
Tentang kenyataan yang terjadi pada hidupmu
Padahal semua itu hanyalah khayalan semu

Kau makin nelangsa setelah kau tak menerima
Apa yang kulakukan terhadapmu diwaktu itu
Kau dan aku menjalin cinta hingga tidur bersama
Perutmu membuncit hingga aku pun termanggu

Tuhan... betapa besar dosaku padanya
Mengapa aku harus mengalami hal ini
Tuhan... ampunilah dosaku padanya
Semoga kenangan ini tak terjadi lagi

Mencintaimu bagaikan terkena asam urat
Kakiku pegal tak mampu berjalan didarat
Menikmatimu tak senikmat bakso urat
Karena aku memang lelaki yang bangsat

Puisi : Ocehan Guru Honorer

Wahai kalian mantan-mantan muridku
Izinkanlah aku bertanya kepadamu
Apakah kalian masih mengingat diriku
Orang yang telah lama mengajarimu

Dahulu kalian aku ajari membaca dan menghitung
Kalian bisa memperoleh ilmu agar tak bingung
Dahulu kalian aku beri bocoran soal ujian
Agar kalian bisa mendapat surat kelulusan

Namun kini kalian sudah lupa padaku
Orang yang sudah membesarkanmu disekolah
Entah mengapa kini aku mulai rindu
Saat-saat bersama kalian semua disekolah

Kalian sudah jadi orang penting dikantoran
Bahkan ada yang sudah jadi pegawai negeri
Aku kini mungkin hanya bisa mengumpat kalian
Sebab hingga saat ini aku masih dikebiri

Gajiku tak sebesar gaji kalian
Mimpiku tak sebesar mimpi kalian
Aku menuntut agar rubahlah statusku
Agar keluargaku tak makan tempe dan tahu

Jangankan makan ayam apalagi makan daging
Belanja di pasar uangnya kurang membuatku sinting
Mungkin ini semua sudah takdir Yang Maha Kuasa
Ataukah ini cobaan bagiku sebagai seorang hamba