Rabu, 05 Desember 2018

Puisi : Bertemu Untuk Berpisah

Sejak dahulu kau mengetahui
Justru kini aku mengerti
Dimana ada pertemuan
Disana ada perpisahan

Saling merindukan
Saling mendambakan
Malah menjadi kebencian
Malah menjadi kehancuran

Mengapa aku harus berjumpa ?
Dengan dirimu yang kini pergi
Mengapa kau harus berjumpa ?
Dengan diriku yang kini sendiri

Haruskah aku melupakan segala kenangan ?
Kenangan yang terukir dalam hikayat asmara
Haruskah aku meninggalkan segala kenangan ?
Kenangan yang tergambar dalam lukisan bahagia

Inikah takdir yang harus diterima
Walau masih ada harapan bersama
Engkau pergi dengan kebencian di hati
Mengubur mimpi untuk bersama kembali

Puisi : Hitam Katamu, Putih Kataku

Kau dan aku sulit berpadu
Kau dan aku sulit bersatu
Hanya karena berbeda selera
Cuma karena berbeda rasa

Rasanya tidak akan lama
Kisah diantara kita berdua
Perbedaan yang amat jauh panggangnya
Perbedaan yang amat dekat parahnya

Hitam katamu putih kataku
Hitam hatimu putih hatiku
Hitam cintamu putih cintaku
Hitam nasibku putih nasibmu

Akhiri saja malam ini
Akhiri saja cinta ini
Lupakan saja semua mimpi
Lupakan saja semua janji

Aku malas mendengar ocehanmu
Aku malas melihat wajahmu
Malas... Malas... Malas...

Aku benci membaca suratmu
Aku benci melihat tingkahmu
Benci... Benci... Benci...

Puisi : Selamat Siang


Selamat siang, waktunya makan
Tapi jangan sampai ketinggalan
Kalau ketinggalan bisa kehabisan
Selamat siang, waktunya rehat

Tapi jangan sampai terlewat
Kalau terlewat bisa gawat

Aku disini menatap jarum jam
Menanti dirimu sampai lebam

Hingga mentari terbenam
Urusan malah jadi runyam
Cobalah mengerti aku disini
Diselimuti rasa yang sunyi

Walau sampai akhir nanti
Aku takkan berhenti sama sekali

Puisi : Nyanyian Seorang Pendosa

Foto : Yusuf Martak

Katanya di negeriku banyak orang bodoh
Mereka selalu bertindak ceroboh
Korupsi bukan suatu rahasia lagi
Anak kecil sampai orang dewasa tiada peduli

Oh, inikah masa depan bangsaku ?
Dimanakah moral yang selama ini berlaku ?
Mungkinkah negeri ini dihuni para pendosa
Kerjanya makan uang rampasan kaum dhuafa

Hidup mewah layaknya seorang dewa
Sok kuasa bertindak semau hatinya
Oh, inikah masa depan bangsaku ?
Semakin lama semakin jauh dari rasa malu

Biarlah Tuhan yang menghukum mereka saja
Karena pendosa berhak atas masa depannya
Tinggal waktu yang akan menjawabnya
Entah dibuang ke surga atau ke neraka