Jumat, 09 November 2018

Puisi : Koitus

Aku hanyalah manusia biasa
Tempatnya salah dan lupa
Kadang tak bisa begitu saja
Melewatkan kesempatan yang ada

Dua mahluk yang saling mencintai
Terseret arus perubahan zaman ini
Dimana iblis berkuasa atas nurani
Gelap mata melihat kenyataan ini

Pelukan demi pelukan menghanyutkan
Ciuman demi ciuman menghanyutkan

Tongkat panjang dimasukan ke dalam lubang
Desahan asmara membuat aku melayang

Inikah kenikmatan dunia...
Tak kuasa aku menahannya...

Lepaskan kalori turunkan emosi
Hadirkan bahagia dalam jiwa
Pergulatan hati teramat hakiki
Bangunkan asa yang membara

Puisi : Malas

Hari-hariku penuh kesibukan
Tiada waktu luang untuk istirahat
Hingga akhirnya pusing tak karuan
Pikiran melayang dan tubuh bagai tersayat

Merana diriku, mendengar kata-katamu
Merana diriku, melihat tingkah lakumu
Semenjak kau pergi, aku jadi malas
Semenjak kau lari, rasanya begitu malas

Ingin sekali aku menulis dibuku
Catatan asmara yang teramat pilu

Antara engkau dan aku
Tiada lagi ikatan nurani
Antara engkau dan aku
Tiada lagi hasrat birahi

Aku malas... Sungguh aku malas...
Melihat wajah cantikmu
Aku tak puas... Sungguh tak puas...
Melihat tubuh telanjangmu

Lupakan saja diriku yang hina ini
Lanjutkan saja kisahmu dengan pria selingkuhanmu
Biarkan saja diriku sendiri disini
Memulihkan jiwa sekaligus raga yang rapuh bagai kursi kayu

Puisi : Jangan Panggil Aku Lonte

Banyaknya cobaan hidup seolah tiada henti
Melewati jalur penuh tajamnya duri
Berdarah-darah sepasang kaki
Hingga membusuk lukaku ini

Celoteh tetangga berkoar dimana-mana
Caci maki terlontar diseluruh penjuru
Sungguh mereka anggap diriku nista
Hanya karena termakan hasut cemburu

Jangan panggil aku lonte
Padahal cuma jualan lotre
Jangan panggil aku lonte
Padahal tiap hari makan tape

Seribu duka bercampur dalam aliran nadi
Rasanya sakit sekali sekujur tubuh ini
Kucoba untuk memahami arti kehidupan
Mencari jalan keluar untuk raih kebahagiaan

Kamis, 01 November 2018

Cerita Anak Muda : Rocker Pensiun (Episode 07)

Semakin hari, lagu-lagu dari album kedua makin digemari masyarakat. Popularitas The New Bad Boys justru sudah mencapai puncaknya.
Dalam waktu dekat semua akan menjadi hal yang nyata bahwa penghargaan tertinggi insan musik siap diserahkan.

The New Bad Boys kini menjalani hidup lebih mapan, karena segala-galanya kini telah ada dalam genggaman. Mulai dari kartu ATM hingga kendaraan mewah sudah sering dipakai kenamapun mereka berada. Lain halnya dengan Sahili, personil baru grup musik ini lebih suka naik sepeda motor dan ngebut di jalanan agar dibilang keren seperti pembalap.


Semakin hari The New Bad Boys berada diatas angin, tidak ada satupun grup musik selain mereka yang menggeser posisi puncak popularitas. Hampir tidak tertandingi dan sulit dikalahkan, tetapi ini merupakan bagian dari titik kelemahan mereka.

Suatu ketika, grup musik ini sedang memulai konferensi pers dengan agenda membahas angka penjualan album yang kian melambung. Album kedua The New Bad Boys mulai menjadi bagian dari topik pembahasan dan menjadi bahan penelitian para mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan seni di berbagai universitas.


Omen dan Zabdiel diwawancarai oleh seorang jurnalis dari kalangan mahasiswa.
Waktu itu Omen sedang menjawab salah satu pertanyaan yang dilontarkan, rupanya orang yang bertanya itu adalah seorang gadis cantik. Omen sampai kebingungan mau menjawab dengan bahasa yang bagaimana. Tapi, karena demi profesionalitas' Omen tentu berani menjawab pertanyaan itu meskipun gugup.

Wartawan berwajah cantik itu membuat Omen semakin tidak bisa menahan rasa malunya, mengingat baru kali ini dia didekati wanita. Zabdiel hanya tersenyum melihat kejadian yang agak lucu tersebut lantaran wawancara berjalan lama gara-gara kehabisan kata-kata.

(Bersambung)