Jumat, 09 Maret 2018

Puisi : Kebakaran Jenggot

Aku ingin meluapkan semua amarah di dalam dada
Kala melihat kenyataan yang menyesakkan dada
Pisau belati menggengap erat di tangan

Siap menikam untuk memakan korban

Aku tidak peduli resikonya
Yang jelas inilah saatnya
Lebih baik segera saja
Tidak perlu berlama-lama
Hancurnya moral karena revolusi sosial
Runtuhnya nurani karena revolusi harga diri
Terbakar sudah jenggotku mendengar itu
Tanpa pikir panjang aku hadapi semua itu
Rasanya ingin muntah saja
Hampir ingin pingsan saja
Jengah kudengar ocehannya
Ingin sekali kubunuh dirinya

Puisi : Selalu Sendiri

Mengapa hidupku selalu sendiri
Menanti kasih sayang malam ini
Sampai kapan aku harus begini

Sampai kapan aku terus begini

Kemana pun selalu sendiri
Tiada teman pun berada disini
Semua orang tak mau peduli
Bahkan mereka malah memaki
Makan siang makan malam
Tidur siang tidur malam
Hanya ada sepiring nasi dan secangkir kopi dimeja
Hanya ada selimut dan bantal guling saja
Jatuh cinta sendiri, orang lain tak menyadari
Sakit hati sendiri, orang lain tak perduli
Hidup tersesat tanpa tujuan
Melaju ikuti roda kehidupan
Kucoba bertanya pada Tuhan
Sampai kapan harus kurasakan

Puisi : Galau Tingkat Dewa

Betapa galau hatiku ini
Saat kekasih telah pergi
Luka membekas di hati

Seolah bagai menertawai

Pusing tujuh keliling kepalaku ini
Setelah ditinggal pergi malam ini
Membekas di hati hingga terukir
Membuatku berat untuk berfikir
Akal sehatku semakin kelam
Bagai perahu hendak tenggelam
Kala kuingat wajahnya yang muram
Bibirku yang terbuka akhirnya diam
Terlanjur cinta berakhir duka
Kurasakan galau tingkat dewa
Sudah mestinya hati ini terluka
Kemanakah perasaan kubawa
Kubasuh wajahku menyebut namaNya
Kukatakan keluh kesahku kepadaNya
Semoga ada jalan keluarnya
Agar segera tuntas semuanya

Puisi : Kisah Seorang Pelakor

 Foto : Zoya Amirin
Bukan kubermaksud untuk jahat
Kuhanya ingin meraih bahagia
Sejak ayah bunda di liang lahat
Hidupku sungguh terlunta-lunta
Makan dan minum selalu kuminta
Namun bukan cinta yang kuminta
Kesejahteraan selalu kuminta
Bukan kehinaan yang kuminta
Aku lapar bukan karena cinta
Aku haus bukan karena cinta
Justru dirinyalah yang lapar
Malah dirinyalah yang lapar
Dia mencintaiku karena iba
Dia menyayangiku karena iba
Entah semua ini adalah takdir
Walaupun kuanggap bukan takdir
Semua yang dia punya
Demi kehidupanku juga
Aku hanya ingin bahagia
Walaupun tanpa cinta
Aku mengerti, kau kecewa
Aku mengerti, kau merana
Karena diriku semua jadi bencana
Karena diriku semua jadi petaka
Aku sadari kini sudah terlambat
Akibat nafsu birahi yang hebat
Tergadai sudah kehormatanku
Terjual sudah hati nuraniku
Caci maki menghiasi kehidupanku
Bahkan kekerasan menghantuiku
Ini semua karena urusan perutku
Sehingga hancur masa depanku
Tuhan, jangan kau buang dia ke neraka
Hanya karena aku menyayanginya
Tuhan, lemparkan saja aku ke neraka
Hanya karena aku mencintainya