Minggu, 01 Oktober 2017

Puisi : Basah Basah Lengket

Bangun tidur dari dinginnya malam
Menjelang fajar tiba ku buka pakaianku
Aneh tapi nyata setelah tidur malam
Ada sesuatu yang menempel dicelanaku

Oh, Tidak... dia keluar lagi
Oh, Tidak... dia muncul lagi
Padahal semalam aku tak bermimpi
Padahal semalam aku terlelap sekali

Aku baru ingat tadi malam
Pacarku datang ke rumah
Janji pergi berkencan diluar
Lantas hujan datang melanda

Tak ada waktu untuk menunggu
Bercumbu dikala dinginnya hujan
Tak sengaja ku sentuh sesuatu
Rupanya aku menyenggol dadanya

Dia terangsang seketika itu pula
Lalu dia balas perbuatanku itu
Dia menyentuh sesuatu dicelana
Hingga pada akhirnya aku...

Basah... Basah... Lengket...
Keluar membasahi celana
Basah... Basah... Lengket...
Dia tersenyum seketika

Basah... Basah... Lengket...
Dia berani menjilati celana
Basalh... Basah... Lengket...
Hingga ku terlelap seketika

Puisi : Bengis

Betapa kejamnya dirimu menyiksa mereka
Orang-orang tak berdaya menjadi korbannya
Betapa kejamnya dirimu membiarkan mereka
Orang-orang tak berdosa kau habisi semuanya

Demi kepentinganmu yang menunjukan angkara murka
Agar seluruhnya menjadi milikmu untuk selamanya

Darah segar menetes tanpa henti
Keringat asam basahi tubuh ini
Kala mentari berada diatas kepala
Disitulah malapetaka akan tiba

Kau memang tak pernah mengerti
Seorang manusia macam dirimu sungguh gila
Kau memang tak pernah mengerti
Seorang manusia macam engkau sangat berbahaya

Bengis caramu kepada mereka
Sadis sifatmu menurut mereka
Sampai kapan kau terus menggila
Akankah dirimu tenggelam di dunia

Puisi : Penyanyi Jalang

Wajahmu cantik seperti bidadari
Tiada yang sanggup menyamai kecantikanmu
Bagaikan bunga mawar yang berseri
Anggun gerak tubuhmu membuat tinggi birahiku

Kemana-mana kau selalu bernyanyi
Menghibur orang yang susah hati
Namun sayang kau sungguh tak tahu diri
Mengumbar aurat tanpa merasa mawas diri

Banyak iblis berwajah malaikat
Banyak penjahat bertopeng dewa
Orang jahat banyak yang mengincarmu
Orang nakal selalu meneror kehidupanmu

Kau penyanyi jalang, dibayar cukup katanya masih kurang
Kau penyanyi jalang, disawer segini katanya masih kurang
Kau penyanyi jalang, setiap malam kau selalu disewa orang
Kau penyanyi jalang, setiap hari kau selalu dibayar orang

Puisi : Iblis Bertopeng Malaikat

Wajahmu... senyummu... suaramu...
Membuat hatiku gembira selalu
Tubuhmu, kulitmu... rambutmu...
Membuat pikiranku tak menentu

Sayang sekali, kau tak pernah peduli padaku
Meskipun cantik rupawan dan indah tubuhmu
Rupanya hatimu sekeras baja dari neraka
Penampilanmu kadang menipu yang lainnya

Siapa yang mau mendekatimu
Kalau watakmu tak seindah bidadari
Siapa yang mau mencintaimu
Kalau perilakumu tak secantik wajahmu

Sungguh sayang kau hanyalah iblis bertopeng malaikat
Aku terpukau dengan kecantikan wajahmu yang manis
Memang pantas kau terkena kutukan dan laknat
Karena kau cuma mengobral janji-janji manis

Puisi : Freemason (Perbudakan Yang Terencana)

Sebentar lagi kita memasuki zaman baru
Di zaman itu ada suatu ketidakseimbangan
Seakan tiada rasa malu lagi bagi mereka
Untuk saling menghambakan diri pada harta

Hari berganti dan bulan berlalu
Dunia makin suram nan buram
Suara jerita kian menyatat hati
Ketika yang duafa teraniaya

Yang banyak uangnya bisa jadi penguasa
Yang sedikit uangnya bisa masuk penjara
Tiada lagi keadilan untuk semua kawula
Tiada lagi kesadaran didalam jiwa mereka

Mengapa semua harus terjadi
Perbudakan yang terencana membudaya kembali
Mengapa ini harus terjadi lagi
Kebodohan berkuasa mengendalikan hidup ini

Adakah kesempatan kita untuk merubah
Keadaan yang telah menguasai kita
Coba kita pahami perasaan kita sendiri
Rasakanlah penderitaan yang teralami

Puisi : Kecanduan Cinta

Sejak aku mengenal cinta
Hidupku penuh dengan bahagia
Rasa yang indah kini melanda
Penuh suka cita menggelora

Namun sejak aku mengenal cinta
Otakku ini hampir tak bisa bekerja
Lambat berpikir dan mengingat segalanya
Hingga waktu pun berlalu tanpa terasa

Oh, Inikah rasanya kecanduan cinta
Pikiran melayang jauh diatas segalanya
Oh, Inikah rasanya kecanduan cinta
Bagaikan kaca yang lupa kulitnya

Parahnya lagi sejak mengenal cinta
Jalan hidupku bercabang menjadi tiga
Antara karir, keuangan dan asmara
Aku bingung memilih salah satunya

Mungkinkah aku harus menyerah
Ataukah aku harus berpasrah
Ku tak mau ini semakin parah
Apalagi akhirnya aku pun kalah

Puisi : Akulah Predator

Siang dan malam aku selalu diluar rumah
Untuk mencari santapan lezat mengenyangkan
Tiada waktu untuk bersantai didalam rumah
Akulah predator yang sibuk mencari sasaran

Telah kusiapkan obat bius disaku
Telah lama menanti sasaranku
Di tengah panasnya terik mentari
Di balik tembok ku bersembunyi

Dari jauh seorang gadis berjalan sendirian
Memakai busana yang mengundang penasaran
Sudah kuperkirakan dia akan kemana
Begitu lewat langsung kubuat tak berdaya

Aroma obat bius menyengat hidungnya
Seketika ia pun jatuh dalam pelukanku
Kucari tempat yang agak sepi jauh disana
Begitu kuat hasutan iblis bangkitkan nafsu

Oh, begitu nikmatnya makan siang hari ini
Oh, begitu sedapnya santapan yang kudapati

Alangkah begitu malangnya nasib si gadis
Seusai ku lalap seluruh tubuhnya sampai habis

Kini akan kucari kembali
Mangsa baru hari ini

Puisi : Biarkan Dunia Tanpa Harta

Aku ingin menangis setelah kulihat huru-hara disana-sini
Bahkan aku ingin sekali merubah semua kenyataan ini
Tidak ada lagi saling membenci
Tidak ada lagi saling memerangi

Itulah inginku, demi kedamaian itu
Itulah tekadku, demi kenyamanan itu

Biarkan dunia tanpa penguasa
Supaya tak ada kesewenang-wenangan
Biarkan dunia tanpa negara
Supaya tak ada suatu perbedaan
Biarkan dunia tanpa nafsu angkara
Supaya tak ada pikiran seperti hewan
Biarkan dunia tanpa harta benda
Supaya tak ada sadisnya kehidupan

Kutahu ini sulit, membuat kakiku terjepit
Kutahu ini salah, membuat hatiku marah