Gambar : Album ke 3 Jamrud yang berjudul Terima Kasih dirilis tahun 1998
Jamrud pun akhirnya masuk dapur rekaman lagi setelah kesuksesan menyapa mereka di album-album sebelumnya, Album "Putri" dan album "Nekad" sudah melengkapi keberhasilan Aziz M.S. dan kawan-kawan dalam usahanya menjadi grup musik rock tersukses sepanjang sejarah.
Kini album baru dengan materi lebih fresh siap digarap, namun sayangnya ada beberapa kendala berupa ketidakharmonisan hubungan antara Fitrah dan Sandy. Mereka kerap bertengkar karena masalah sepele lantaran mereka berdua sudah kecanduan putaw.
Didalam studio mereka saling berebut sesi rekaman, bahkan mereka kerap berteriak-teriak seperti orang gila' rupanya kandungan zat adiktif yang terdapat dalam putaw sudah membuat mereka sulit mengontrol emosi. Hal ini membuat Aziz M.S. mulai curiga dengan tingkah laku keduanya. Maka Aziz pun mengajak keduanya berbicara jujur secara rahasia.
Kepolosan sifat mereka terlihat saat salah satu diantara mereka membeberkan rahasia jelek, yang pertamakali membeberkan kejelekan itu adalah Sandy' ia mengaku bahwa dirinya sudah kecanduan obat-obatan terlarang.
Aziz pun tiada menyangka bahwa prasangkanya selama ini benar-benar menjadi kenyataan.
Lalu Aziz dengan wajah murka membentak dengan nada keras kepada Fitrah dan Sandy' Aziz takut kalau nanti hal semacam ini diketahui publik dan nanti takutnya mereka berdua akan diciduk aparat berwajib.
Akhirnya seusai proses rekaman, keduanya diajak Aziz ke Kantor Logiss Record' Aziz meminta bantuan agar mereka berdua bisa keluar dari pengaruh narkoba yang sudah menjadi konsumsi sehari-hari.
Dengan langkah bijak, Log Zhelebour menyuruh Aziz untuk membawa Fitrah dan Sandy ke tempat rehabilitasi. Maka keduanya pun direhabilitasi, meskipun masih dalam proses rekaman.
Proses pembuatan album berjalan lamban dan terlalu santai akibat ulah Fitrah dan Sandy sendiri.
Lalu album ketiga Jamrud pun telah rampung digarap dan tinggal diluncurkan, maka tepat pada awal bulan Desember 1998 album berjudul "Terima Kasih" diluncurkan sebagai album terbarunya.
Alhasil, kesuksesan untuk ketiga kalinya kembali direngkuh oleh Jamrud setelah salah satu single nya yang berjudul "Berakir-rakit" berhasil menembus chart dan menduduki puncak request di berbagai stasiun radio.
Tawaran konser pun berdatangan, sementara itu Aziz masih mengkhawatirkan kondisi Fitrah dan Sandy yang sudah direhabilitasi tetapi belum sembuh total. Namun, akibat jadwal konser yang padat membuat proses rehabilitasi terpaksa dihentikan.
Dan inilah yang menjadi jalan menuju tragedi mengerikan di tahun 1999.
Album "Terima Kasih" sudah terjual cukup laris dan pundi-pundi uang masuk ke rekening tabungan para personil Jamrud. Tak terkecuali Fitrah dan Sandy yang hidup dalam kemewahan dan harta benda yang berlimpah.
Inilah waktu-waktu menjelang tewasnya salah satu personil Jamrud, yakni Fitrah Alamsyah.
Sebulan sebelum meninggal, Fitrah sempat dikabarkan akan mengakhiri masa lajangnya' ia akan menikahi seorang gadis yang telah lama menjadi kekasihnya.
Namun, proses jalannya pernikahan sempat tertunda karena masalah biaya lantaran pada waktu itu Fitrah masih miskin dan belum punya uang cukup untuk membiayai pernikahannya. Giliran sukses, Fitrah ingin mewujudkan mimpinya itu untuk menjadi nahkoda bahtera rumah tangga.
Sayang di sayang, uang yang seharusnya digunakan untuk mengurus pernikahan justru dipakai untuk membeli Putaw dan Shabu-shabu. Aziz yang masih sempat mengawasi gerak-gerik Fitrah justru malah sering kecolongan. 2 minggu menjelang hari naas' Fitrah sudah mulai lemah kondisi fisiknya lantaran sudah sakau, ia mulai jarang terlihat keluar rumah dan akhirnya jatuh sakit.
Keluarga yang mengetahui kondisi Fitrah segera membawanya ke rumah sakit untuk menjalani perawatan' setelah di diagnosa rupanya Fitrah menderita penyakit komplikasi yang membuat kinerja jantung dan paru-parunya serta ginjalnya mengalami penurunan.
Fitrah sering batuk-batuk bahkan sampai mengeluarkan darah, pihak Jamrud segera menemui Fitrah di rumah sakit. Dalam kondisi yang cukup lemah, Fitrah meminta agar Jamrud tetap terus berkarya meskipun tanpa dirinya. Aziz pun menyadari bahwa tak hanya karena narkoba saja Fitrah sakit, tapi juga kerena sering merokok dan jajan sembarangan.
Kemudian dokter yang menangani Fitrah mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya tak bisa disembuhkan sama sekali. Fitrah yang mendengar vonis dokter hanya bisa menerima keadaannya kini.
Dan akhirnya pada malam hari, Fitrah mulai tak sanggup menerima kondisi kesehatannya yang kian memburuk' dan ia pun memutuskan untuk "Bunuh Diri" dengan cara menelan satu plastik putaw yang tersimpan di saku celananya. Tak dapat digambarkan betapa lahapnya Fitrah menelan seluruh isi putaw itu, dan beberapa menit kemudian Fitrah mulai kejang-kejang hingga tubuhnya bergetar seperti terkena sengatan listrik.
Dan ketika kedua matanya mulai berkunang-kunang, terlihat sosok mengerikan dengan mengenakan jubah hitam menghampirinya. Fitrah yang sudah tak bisa menahan rasa sakit hanya bisa terpaku menyaksikan keadaannya kini.
Maka tak butuh waktu lama, sosok mengerikan yang mengenakan jubag hitam itu mencabut nyawanya dan meninggal dunialah Fitrah dalam pelukan zat adiktif putaw.
(Bersambung)