Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 21 Januari 2025

Puisi : Kita Akhiri Saja

Bukan ku bermaksud melukaimu 
Hanya karena marah padamu 
Bukan ku bermaksud menyakitimu 
Hanya karena ingin lindungi dirimu 
 
Kuakui ini sudah terlalu jauh 
Kuakui ini sudah terlalu dalam 
Jauh dari bersihnya akal sehat 
Dalam kubangan lumpur nista 
 
Aku berpikir kita akhiri saja 
Daripada dilanjutkan 
Aku berpikir kita tuntaskan saja 
Daripada menabur dusta 
 
Jangan kau anggap aku gila 
Aku cuma ingin semua berjalan 
Apa adanya, tanpa rasa curiga 
Apa adanya, tanpa palsunya sandiwara

Puisi : Jangan Kau Pikir (Aku Akan Hancur)

Jangan kau pikir 
Aku akan hancur 
Setelah kau tinggalkan diriku 
 
Jangan kau pikir 
Aku akan merana 
Setelah kau patahkan hatiku 
 
Dirimu adalah manusia 
Yang hidup dalam dunia kepalsuan 
Dirimu adalah manusia 
Yang hidup dalam dunia kekejaman 
 
Jangan kau fikir, aku akan menangis 
Bila kau tak ada disisiku 
Jangan kau fikir, aku akan terluka 
Bila kau tak peduli padaku 
 
Dirimu hanyut dalam arus 
Terbawa menuju muara kebodohan 
Dirimu tenggelam dalam kolam 
Terbawa gelombang badai dusta

Jumat, 12 Agustus 2022

Puisi : SERBUK SIALAN

Hidupku berantakan
Hidupku tak karuan
Gara-gara serbuk sialan
Terhanyut dalam khayalan 

Hidupku tak beraturan
Hidupku diambang kehancuran
Gara-gara serbuk sialan
Terperosok ke jurang kenistaan 

Lupa kewajiban
Banyak tuntutan
Lupa sarapan
Banyak kebutuhan

Semakin tak masuk akal
Sungguh diluar dugaan
Harta benda habis terjual
Untuk beli serbuk sialan

Saatnya telah tiba malaikat pencabut nyawa
Melambai-lambai seakan menyapa
Badan kurus kering, mulut pun berbusa
Nafas pun sampai di tenggorokan seiring lepasnya sukma 

Kulit pun tinggal tulang
Lemak di perut pun hilang
Terkapar di hinggapi lalat
Bau busuk pun menyengat

Jumat, 08 Juli 2022

Puisi : SEMUA ITU PALSU

Tiada satu pun yang tahu
Memang semua itu palsu
Sandiwara tipu-tipu
Sungguh tak tahu malu 

Pura-pura cari perhatian
Supaya dapat belas kasihan
Padahal cuma cari kesempatan
Kesempatan dalam kesempitan

Cita-cita jadi orang kaya
Tapi nganggur tak mau kerja
Ikut gerombolan unjuk rasa
Biar dapat amplop putih warnanya

Dapat amplop isi recehan
Foya-foya tiada karuan
Unjuk rasa hanya kepalsuan
Agar bisa dapat recehan

Semua itu palsu
Semua itu halu
Unjuk rasa cari perkara
Ujungnya masuk penjara

Rabu, 23 Februari 2022

RATAPAN KAUM OPOSISI

Sudah jatuh tertimpa tangga
Itulah hidup yang harus dijalani
Dan menjadi sebuah realita
Merasa terhina dalam kehidupan ini
 
Hanya karena berbeda pendapat
Orang lain tutup pintu rapat-rapat
Hanya karena ingin berjuang
Nasib justru menemui hal malang
 
Sudah habis rasa malunya
Sudah hilang rasa ibanya
Sudah luntur rasa manusiawinya
Sudah lenyap rasa keadilannya
 
Menghujat adalah keharusan
Menjadi senjata perlawanan
Namun semua itu sia-sia
Hanya sebuah ocehan belaka
 
Oposisi menangis di pinggiran
Oposisi meratapi kesedihan
Oposisi dimusuhi banyak orang
Oposisi dipermalukan banyak orang

KULIT DAN ISI

Kita sering menilai orang lain
Dari luarnya saja
Kita sering menuding orang lain
Dari tampangnya saja
 
Padahal tidaklah sama
Luar dalam tidaklah sama
Kulit lebih baik daripada isinya
Isi lebih baik daripada kulitnya
 
Kalau dilihat-lihat kontras bedanya
Perbuatan tidak sejalan dengan pemikiran
Mau dipandang sebelah mata
Atau dipandang seutuhnya
 
Tiada yang sempurna manusia di dunia
Tiada yang sempurna mahluk di dunia
Semuanya sama saja tiada bedanya
Semuanya sama banyak kekurangannya

TERLAHIR DUNGU

 
Ayah... Ibu...
Mengapa aku berbeda
Ayah... Ibu...
Mengapa aku terlahir hina
 
Hanya karena aku berbeda
Lalu menjadi mahluk yang hina
Hanya karena aku berbeda
Aku berbeda dengan yang lainnya
 
Aku merasa ingin seperti mereka
Terlahir sempurna segala-galanya
Mengapa harus begini nasibku
Merasakan kisah yang pilu
 
Aku merasa diperlakukan berbeda
Terlahir dungu tidak seperti mereka
Mengapa harus hancur hidupku
Terlindas roda zaman yang tidak tahu malu
 
Haruskah aku menggugat kenyataan ?
Sedangkan aku hanyalah manusia biasa
Mungkinkah aku menolak kenyataan ?
Berserah diri atas segala kekurangannya

Rabu, 26 Januari 2022

Terlalu Cepat Jatuh Cinta

Kau bilang aku cinta kepadamu
Itu terdengar sangat menggelegar
Bagai dinamit yang meledak
Mengagetkan sejagat raya
 
Kau bilang aku cinta kepadamu
Itu terdengar sangat menggemparkan
Bagai gunung api yang meletus
Banjir lahar meluluhlantah seisi bumi
 
Kau terlalu cepat bilang cinta
Sementara dirimu belum dewasa
Kau terlalu cepat ucap kata cinta
Sedangkan dirimu masih belia
 
Terlalu cepat jatuh cinta
Tanpa pikir resikonya
Terlalu cepat bilang cinta
Tanpa lihata imbasnya
 
Dinamit yang meledak
Gunung api yang meletus
Tiada sebanding dengan kata-katamu
Menggemparkan seluruh isi jagat raya

Menari Di Atas Bangkai

Perang berkecamuk lagi
Rudal ditembak lagi
Perang terjadi lagi
Peluru dilepas lagi
 
Orang-orang tiada dosa
Meregang nyawa sia-sia
Anak-anak kehilangan para orang tuanya
Istri-istri kehilangan para suaminya
 
Kaum berdasi haus kuasa
Obral janji-janji tanpa bukti
Pemuka agama sibuk berdoa
Agar perang segera terhenti
 
Mereka menari di atas bangkai
Tertawa-tawa sambil busungkan dada
Mereka menari di atas bangkai
Berfoya-foya selagi rakyat menderita
 
Keyakinan pun tergadaikan
Demi sesuap kekuasaan
Ayat suci jadi barang obralan
Perintah Tuhan tak lagi dilaksanakan
 
Kebodohan pun meraja-lela
Tertipu oleh manisnya buaian
Moral dianggap dongeng belaka
Peringatan Tuhan tak lagi didengarkan

Tahun Baru Cerita Lama

Aku bosan dengan semua ini
Mengapa selalu saja terjadi
Pergantian tahun selalu begini
Selalu saja sendirian lagi
 
Cerita lama terulang kembali
Disini tanpa impian yang pasti
Laron-laron beterbangan di malam hari
Setelah sehari tak hujan dan panas sekali
 
Lebih celaka lagi tahun ini
Aku masih saja sendiri
Orang lain sudah tiada peduli
Tiada lagi arti bagiku ini
 
Tahun baru cerita lama
Cerita lama tentang cinta
Baik buruknya cinta
Selalu saja ada derita
 
Biarlah semua begitu saja
Agar tiada gejolak angkara
Tanpa ada ketidakpastian
Menyongsong masa depan

Minggu, 03 Oktober 2021

Puisi : Si Miskin & Si Kaya

 
Perbedaan diantara kita
Antara dirimu dan diriku
Perbedaan kita semua
Terpisahkan tembok tinggi
 
Mereka bangga karena berharta
Dimana ilmu tiada lagi berguna
Tata krama dianggap ketinggalan zaman
Kebebasan dianggap suatu kenikmatan
 
Bagaimana ini bisa terjadi ?
Kita terperangkap dalam dimensi
Entah mengapa bisa terjadi ?
Kehidupan ini terbagi dalam dimensi
 
Si miskin dan si kaya tak saling menyapa
Si miskin makan nasi seminggu sekali
Si miskin dan si kaya tak saling membantu
Si kaya makan hamburger setiap hari
 
Betapa pedihnya hidup ini
Ketika gengsi mudahnya dituruti
Rasa malu hilang dari nurani
Rasa jumawa membahana dalam jiwa
 
Jaket kusut tak cukup hangatkan tubuh ini
Selimut rajut tak cukup hangatkan kaki ini
Sebotol wiski tertuang di gelas ini
Lupa diri karena wiski racuni otak ini
 
Mungkinkah semua ini akan terus begini
Hidup susah jadi gelandangan selama ini
Ataukah semuai ini akan segera usai
Hidup bahagia di alam baka nanti

Kamis, 17 Juni 2021

Puisi : I Swear

Not all men do wrong to you.
For example, I love you' but why do you still doubt me.
 
It's true that the fire I brought was not as big as your expectation.
But able to illuminate your soul in silence. 

This time I swear I will open the door to your heart.
This time I promise 'then allow me to love you. 

Because without you I don't want to.
Because the one I love must be the one I love.
 
Not all men betray you. 
For example, I am loyal to you.
But why don't you believe me.

Rabu, 16 Juni 2021

Puisi : Antara Garuda dan Onta

Negara orang kau urusi
Negara sendiri kau cueki
Negeri orang kau puji-puji
Negeri sendiri kau caci maki
 
Bangsa lain kau kepoin
Bangsa sendiri kau kadalin
Bendera lain kau kibarin
Bendera sendiri kau sobekin
 
Negara lain terdampak bencana
Negara sendiri adem ayem bahagia
Negara lain makmur sejahtera
Negara sendiri korupsi menggurita
 
Malu kibarin merah putih
Bangga kibarin hitam putih hijau
Pakai peci katanya kampungan
Pakai sorban katanya syariat
 
Garuda bukan lambang negara
Onta malah jadi lambang negara
Nasi putih makanan rakyat jelata
Kurma makanan anjuran agama
 
Najis aku ikuti gayamu
Najis aku ikuti caramu
Minggatlah dari bumi pertiwi
Jika sikapmu masih begini

Kamis, 01 April 2021

Puisi : Dapur Sumur Kasur

 
Buat apa sekolah tinggi-tinggi
Buat apa jadi sarjana
Kalau ujung-ujungnya masak di dapur
 
Buat apa belajar giat-giat
Buat apa jadi pegawai kantoran
Kalau nanti cuci baju di dekat sumur
 
Buat apa punya pacar rupawan
Buat apa jadi manusia sok pintar
Kalau nanti ujung-ujungnya jemur kasur
 
Bapak ibu tiada peduli soal karir
Masa depan rumah tangga harus dipikir
Takut nanti jadi jomblo kadaluarsa
Momong anak yang kerjanya nangis sambil pipis
 
Dapur sumur kasur
Itulah kenyataannya
Dapur sumur kasur
Itulah ruang kerjanya
 
Makan tempe sambelnya terasi
Kalau malam minumnya kopi
Tidur di kasur baunya ompol
Membuat hati semakin dongkol

Selasa, 15 Desember 2020

Puisi : Sebuah Pujian

 
 
Kamu adalah separuh emosiku yang luluh akibat perbuatanmu
Kamu adalah setengah jiwaku yang terpisah oleh ruang dan waktu
Luapan amarahku adalah bagian dari rinduku
Jeritan hatiku adalah puncak kerinduanku
 
Bayanganmu menghantuiku dalam langkah hidup ini
Percikan bunga api membakar seluruh sanubari
Merambat menghanguskan ketidakwarasan ini
Berakhir menjadi abu yang tertiup angin malam ini
 
Lupakan sejenak problema yang menjerat
Tebalkan iman agar semakin erat dan kuat
Jika engkau akan datangi aku malam ini
Katakan sejujurnya semua yang ada di relung hatu
 
Biarlah aku rasakan semua
Biarlah aku nikmati semua
Kasih sayangmu padaku
Tetaplah kau jadi milikku

Selasa, 01 Desember 2020

Puisi : TAI CELENG RASA COKELAT

 
Puisi Karya Sugik Nur Raharja 

Angin Timur berhembus ke dalam hatiku
Seakan dialah yang menyapaku
Dunia ini bagaikan pulau yang mengambang
Diatas lautan bertabur bintang-bintang
 
Angin Barat menerjang kepalaku
Seakan dialah yang mengenyahkanku
Dunia ini sempit bagaikan dalam kamar mandi
Didalam palung penderitaan yang menggerogoti hati
 
Kalau cinta sudah melekat 
Tai celeng rasa cokelat
Jerawat bagaikan kawah-kawah bekas hantaman meteor
Bibir pecah-pecah seperti habis minum oli satu botol
 
Air kencing yang pesing, baunya bagaikan wiski alias martini
Hidup jangan dibuat pusing, Bertemu kasih jadinya pangling

Kamis, 26 November 2020

Puisi : Keluarga

 

Kumengerti arti semuanya
Yang kini tinggal penyesalan
Kasih sayang telah sirna
Terhempas ketidakpastian
 
Takkan ada yang bisa mengganti
Takkan ada yang lebih dari kepingan
Semangat untuk bangkit lagi
Untuk mencari kebahagiaan
 
Ayahku... Ibuku...
Keduanya adalah semangat hidupku
Semuanya... Hilanglah...
Aku sudah membuat kalian kecewa
 
Doa restumu membuatku kuat
Cinta kasihmu membuatku hebat
Ayahku yang mengukir jiwa ragaku
Ibuku yang membesarkan diriku
 
Ingin aku kembali berjumpa
Sayangnya aku tak bisa
Siapa pula anak yang tega
Melupakan orang tuanya

Puisi : Zaman Kemajuan

 

Gedung-gedung tinggi
Menjulang ke atas langit
Lampu-lampu bersinar terang
Menghiasi gelapnya sudut malam
 
Kendaraan berlalu-lalang
Mobil, sepeda motor dan pesawat
Asap knalpot bertebaran
Bau sampah menyengat hidung
 
Kaum borjuis berpestapora
Kaum marjinal bermuram durja
Pestapora di malam minggu
Suara jangkrik menjadi kelabu
 
Zaman kemajuan banyak penyesatan
Zaman kemajuan banyak penipuan
Zaman kemajuan banyak pembodohan
Zaman kemajuan banyak pembabatan
 
Penyesatan jadi pegangan
Penipuan meraja lela
Pembodohan jadi kebiasaan
Pembabatan hutan jadi biangnya

Puisi : Kapan Kita Punya Rumah ?

 

 

Hidup di tengah kerumunan
Sungguh memprihatinkan
Makan tidur depan emperan
Di trotoar kita cari makan
 
Nyanyikan lagu kebebasan
Agar dapat sebuah kelayakan
Bermimpi punya rumah
Istana yang amat indah
 
Kapan kita punya rumah ?
Bosan hidup di jalanan
Kapan kita punya rumah ?
Itu yang selalu ditanyakan
 
Kepanasan, kehujanan
Kehausan, kelaparan
Itulah yang dirasakan
Kedinginan, kesakitan
 
Menahan kesabaran
Itulah yang dilakukan
Istana hanya tinggal impian
 
Tidur siang di tengah lapangan
Wajah dekil bau keringat
Kapan derajat akan terangkat ?

Selasa, 17 November 2020

Puisi : Barisan Sakit Hati

 
Foto : Habib Novel Bamukmin (Habib Palsu)

Mereka Sakit Hati
Karena Disebabkan Kekalahan
Mereka Sakit Hati
Karena Tidak Diberi Jabatan
 
Mereka Adalah Kaum Pendengki
Mereka Adalah Tukang Iri
Kalau Kerja Hasilnya Pas-pasan
Kalau Demo Ocehannya Bernilai Jutaan
 
Akalnya Pendek
Panjangan Angan-Angan
Hidungnya Pesek
Narasinya Keterlaluan
 
Barisan Sakit Hati
Orang-orang Tidak Tahu Diri
Barisan Sakit Jiwa
Orang-orang Yang Gila Kuasa
 
Lembek Iman Uring-uringan
Lembah Syahwat Semakin Gawat
Manusia Berotak Sekecil Kutu
Baru Dengan Petasan Mati Kutu
 
Kalau Sudah Begini Jadinya
Lebih Kau Baik Tobat Saja
Untuk Apa Mengurus Dunia Fana
Kalau Ujungnya Menambah Dosa
 
Rambutmu Mulai Beruban
Kulitmu Makin Mengkerut
Kakimu Sering Kesemutan
Tapi Sakit Hatimu Makin Akut
 
Susah Dinasehati Malah Balik Menasehati
Ingatlah Semua Itu Tiada Arti
Banyak Ulah Banyak Pula Tingkahmu
Membuat Malu Anak Menantu Dan Cucu